Kebangkitan pariwisata terancam oleh harga tiket pesawat - WisataHits
Jawa Timur

Kebangkitan pariwisata terancam oleh harga tiket pesawat

Melambung Tinggi: Biro Pariwisata Provinsi NTB telah menulis surat kepada Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam tentang kenaikan harga tiket pesawat yang mengancam kebangkitan pariwisata. (DOKUMEN/RADAR LOMBOK)

mataram — Dinas Pariwisata Provinsi NTB menulis surat kepada Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) tentang mahalnya harga tiket pesawat. Surat pemberitahuan pelonggaran harga tiket pesawat ini juga ditembuskan ke Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf) Jumat (22/7) lalu.

Dalam surat tersebut, Dinas Pariwisata Provinsi NTB menyampaikan kondisi kenaikan harga tiket dan dampaknya. Biro pariwisata juga meminta pemerintah pusat mengatur perjalanan udara untuk menyesuaikan harga tiket pesawat. Karena dalam tiga bulan ke depan, NTB akan kembali menjadi tuan rumah World Superbike (WSBK) dan event nasional dan internasional lainnya. “Kami berharap pemerintah pusat segera mengembalikan harga tiket pesawat,” kata Yusron Hadi, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Senin (25/7).

Lalu Hasbulwadi, Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi NTB, menambahkan, pemerintah sedang mengupayakan penambahan penerbangan di Bandara Lombok untuk mengatasi tingginya harga tiket pesawat. “Solusi harga tiket yang mahal adalah dengan menambah penerbangan tambahan dari beberapa maskapai yang ada. Saya kira ini bisa dilakukan ke depan dalam jangka pendek dan menengah untuk menurunkan harga tiket yang meroket,” kata Hasbulwadi.

Soal mahalnya harga tiket pesawat, lanjutnya, tentu kembali ke mekanisme pasar. Mengingat jumlah penerbangan di Bandara Lombok cukup terbatas, sedangkan jumlah pemudik banyak. Kondisi ini tidak seimbang antara jumlah penerbangan yang tersedia dengan orang yang pergi atau datang ke Lombok. “Penambahan frekuensi penerbangan dan penambahan direct flight dari beberapa titik regional seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Makassar, Bandung. Artinya, penerbangan akan diaktifkan kembali seperti semula,” imbuhnya.

Hasbulwadi menjelaskan, saat ini dalam tahap pembicaraan dan koordinasi dengan Kementerian Perhubungan, sehingga penambahan jumlah penerbangan langsung bisa menjadi solusi jangka pendek, menengah, dan panjang. Namun, bukan berarti penambahan penerbangan langsung bisa segera dilaksanakan. Namun masih harus dilihat bagaimana jumlah wisatawan yang akan datang ke NTB berkembang. Artinya penambahan penerbangan langsung akan dilakukan secara bertahap dan prorata. “Menambahkan penerbangan tetap membaca segmen pasar karena memperhitungkan apa yang didapat negara atau tujuan. Kalau tidak ada (keuntungan), tidak mungkin. Mudah-mudahan tahun ini lebih banyak lagi,” ujarnya.

Stakeholder Relations Manager Bandara Lombok Arif Haryanto mengatakan jumlah penumpang di Bandara Lombok relatif stabil sekitar 6.000 penumpang per hari. Jumlah tersebut sesuai dengan angka pada Mei dan Juni 2022. Begitu pula dengan pergerakan penerbangan yang masih relatif stabil yaitu 58 pergerakan per hari. “Sementara, okupansi kursi masih relatif tinggi. Mei, Juni dan Juli rata-rata di atas 90 persen,” katanya.

Karena itu, kata Arif, pihaknya belum merasakan dampak dari kenaikan harga tiket pesawat tersebut. Jika melihat pergerakan penumpang yang masih relatif datang atau berangkat dari Bandara Lombok. Namun, menurut dia, kenaikan harga tiket pesawat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah ketidakseimbangan antara supply dan demand dalam penerbangan. Apalagi di masa pandemi, maskapai memotong rute penerbangan dan membatalkan sewa pesawat. Sehingga ketika pemerintah melonggarkan kondisi perjalanan yang meningkatkan kebutuhan masyarakat untuk bepergian, maskapai tidak dapat memenuhinya. “Mungkin karena frekuensi jumlah penerbangan masih sangat terbatas saat ini. Jadi ada ketidakseimbangan antara supply dan demand,” katanya.

Arif mencontohkan, Garuda Indonesia saat ini hanya mengoperasikan 33 pesawat dari sebelumnya 142 pesawat untuk melayani seluruh penerbangannya. “Rata-rata pergerakan 29 pesawat tiba dan 29 pesawat berangkat per hari saat ini di Bandara Lombok,” katanya.

Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Astindo) NTB, Sahlan M Saleh, sebelumnya mengeluhkan kenaikan harga tiket pesawat yang luar biasa tinggi. Kondisi ini berdampak besar bagi industri pariwisata NTB. Banyak tamu yang sudah memesan liburan ke Lombok terpaksa harus menunda liburannya karena biaya atau pengeluaran yang harus dikeluarkan melebihi anggaran yang telah disiapkan sebelumnya. Selain pedoman, pelancong harus memiliki vaksin booster, jika tidak, tes PCR diperlukan. “Sebetulnya kami paham bahwa menaikkan tiket pesawat itu sah-sah saja. Tapi ya, tidak terlalu tinggi hingga 200 persen. Karena tiket pesawat yang mahal ini, dipastikan pariwisata NTB yang baru saja bangkit kembali tergerus,” sesalnya.

Sahlan mengatakan harga tiket saat ini terlalu tinggi. Pasalnya, harga tiket pesawat Lombok-Bali yang dulu berkisar Rp 300.000 hingga Rp 500.000, kini menjadi Rp 1 juta. Harga tiket Surabaya-Lombok juga naik menjadi Rp 1,2 juta. Padahal sebelumnya hanya Rp 400.000 hingga 500.000. Begitu pula dengan kenaikan harga tiket Jakarta-Lombok yang mencapai Rp 1,5 juta dari harga sebelumnya sekitar Rp 700.000 menjadi Rp 900.000.

Oleh karena itu, Sahlan berharap pemerintah daerah dan pusat dapat mengambil langkah-langkah agar kenaikan harga tiket pesawat tidak terlalu besar di tengah perjuangan menghidupkan kembali pariwisata yang dihantam pandemi Covid-19 lebih dari 2 tahun. “Pariwisata kita baru mulai meningkat setelah pandemi Covid-19. Tapi karena harga tiket meroket selama sebulan terakhir, kunjungan turun,” katanya. (sal/cr tikus)

Source: radarlombok.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button