Kader Parpol Surabaya Banyak, DPRD Surabaya: Jangan Pakai Atribut Partai Saat Kerja Sosial - WisataHits
Jawa Timur

Kader Parpol Surabaya Banyak, DPRD Surabaya: Jangan Pakai Atribut Partai Saat Kerja Sosial

SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA – Kritikan dari Parliament Watch di Jawa Timur dan seorang dosen di salah satu perguruan tinggi swasta terkait dugaan politisasi Kader Surabaya Raya (KSH) oleh anggota DPRD Surabaya, memicu reaksi dari Dewan sendiri.

DPRD menyayangkan ada anggota yang mempolitisasi anggota KSH, meski ada kemungkinan KSH akan menjadi salah satu kader partai. Pernyataan ini menanggapi keberadaan KSH yang diundang jalan-jalan oleh salah satu politisi DPRD dari Surabaya, yang menuai kecaman dari sejumlah ormas.

Ketua Komisi A DPRD Surabaya Pertiwi Ayu Krishna menyatakan, ada KSH yang sebenarnya adalah kader partai politik. Dengan demikian, anggota dewan dapat mengundang KSH untuk bepergian. Meski demikian, pihaknya menyerukan KSH yang profesional. Artinya, tidak boleh ada identitas partai saat kader bertugas.

“Namun, tidak boleh memaksa KSH menggunakan atribut partai politik. Juga, penyebutan KSH hanya milik satu pihak saja,” kata Ayu saat dihubungi MATAHARIJumat (10/7/2022).

Ayu tak memungkiri ada KSH yang merupakan kader parpol. Namun, ia juga menegaskan bahwa tidak semua anggota KSH berasal dari partai politik. “Kita tidak bisa memungkiri bahwa KSH ada di beberapa parpol, tapi tidak bisa digeneralisir,” jelasnya.

Menurut Ayu, dewan harus dekat dengan masyarakat. Sedangkan KSH juga berasal dari unsur masyarakat. “KSH juga komunitas asalkan tidak menggunakan atribut partai. Karena KSH sudah punya identitas sendiri, yaitu seragamnya,” kata Ayu.

Katanya lagi kalau ada yang bisa mengajak KSH jalan-jalan. Namun, jangan sampai KSH ini menggunakan atribut party. “Tidak etis jika dia menggunakan (atribut partai),” tambahnya.

Sekretaris Komisi B DPRD Surabaya Mahfudz dihubungi secara terpisah dan meminta legislatif atau eksekutif tidak menggunakan instrumen pemerintah untuk kepentingan pribadi. “Jadi saya katakan itu tidak baik, tidak etis, baik di eksekutif maupun di legislatif. Kalau itu alat pemerintah ya jangan embel-embel lain,” jelas Mahfudz.

Mahfudz tidak mengetahui kebenaran tentang keberadaan anggota dewan yang mempolitisasi KSH. Tapi ketika itu terjadi, itu dianggap tidak etis. “Saya tidak tahu apa yang sebenarnya. Tapi kalau hal seperti itu benar-benar ada, itu tidak baik,” pungkasnya.

Para kader juga tidak setuju dengan politisasi. Eka antara lain salah satu KSH Desa Kebonsari, Kecamatan Jambangan. “Di daerah saya belum pernah ada. Saya juga tidak pernah diundang dalam tur oleh anggota dewan mana pun. Di daerah saya tidak ada,” kata Eka.

Source: surabaya.tribunnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button