Jawa Tengah

Jika ingin berwisata, warga Pacet Mojokerto akan menemukan susunan benda-benda yang diduga cagar budaya

Mojokerto (beritajatim.com) – Sejumlah Benda Cagar Budaya Diduga (ODCB) ditemukan warga Dusun Wonokerto, Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Warga menemukan susunan bata kuno yang diyakini sebagai struktur dinding melingkar yang terletak di lahan bambu milik masyarakat.

ODCB terletak di kebun bambu milik beberapa warga, dengan luas 50 x 300 m. Susunan batu bata kuno tidak terlihat secara keseluruhan, hanya beberapa sentimeter dari permukaan tanah. Ukuran batu bata lebih besar dari batu bata yang diproduksi saat ini, yaitu kurang lebih 20cm x 30cm.

Ketua RT 3 RW 7 Dusun Wonokerto Budiharjo mengatakan saat ODCB ditemukan Sabtu (7/9/2022) lalu. “Saya sudah 12 tahun di sini dan saya berencana wisata seperti Pasar Papringan di Temenggung, Jawa Tengah. Kami cek di sini, kebetulan ada pemandian di sisi barat, jadi terkait dengan pariwisata,” katanya, Senin (18/7/2022).

Rencananya di tempat ini akan dibuat pasar tradisional, pasar budaya untuk pariwisata, sehingga akan dilakukan survei. Namun secara kebetulan ditemukan batu bata tua berserakan di beberapa tempat, sehingga disodorkan kepada aparat desa. Batu bata kuno dikatakan peninggalan Kerajaan Majapahit karena ukurannya yang mirip.

“Mungkin zaman Kerajaan Majapahit karena lebarnya batu bata. Seperti pondasi rumah berukuran sekitar 20cm x 30cm, orang-orang di sini, daerah ini adalah tempat yang angker, tidak ada yang berani datang ke sini. Juga, ini adalah taman bambu. Tidak (dilaporkan BPCB) tapi desa sudah mengetahui temuan itu,” katanya.

Ketua RT 3 RW 7 Dusun Wonokerto, Budiharjo, saat menunjukkan temuan batu bata di lahan milik warga.

Ketua RT menjelaskan, temuan itu terlihat setelah lokasi terendam banjir akibat banjir irigasi beberapa waktu lalu. Warga menemukan temuan ODCB dan kemudian berusaha melindungi diri dari tindakan jahil pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun sejauh ini, belum ada badan berwenang yang memeriksa dan mengkonfirmasi temuan yang diduga bernilai sejarah itu.

“Kami melaporkannya ke perangkat desa. Namun belum ada instansi terkait yang melakukan pengecekan di sini. Lakukan beberapa tamasya wisata di sini karena tempat ini tidak digunakan oleh penduduk setempat, dimiliki oleh 7 orang dan mereka setuju untuk bepergian. Survey pertama di sisi barat dan kebetulan Sumber Belik digunakan oleh warga sekitar,” ujarnya.

Menurutnya, keberadaan Sumber Belik yang dipadukan dengan melimpahnya tanaman bambu mencetuskan ide untuk menciptakan wisata tradisional dan budaya. Mata air Belik berasal dari dalam kompleks, meskipun musim kemarau yang buruk, mata air tersebut digunakan warga untuk mencuci pakaian dan mandi.

“Dulu, hampir separuh penduduk desa menggunakan mata air ini, tetapi sekarang sudah ada air PDAM, jadi hanya sedikit orang yang menggunakan mata air ini. Kebanyakan orang tua. Ya, sumber ini sudah ada, karena empat makam di sisi selatan milik warga, yakni pemiliknya. Bukan punden atau suci. Warga juga menemukan lesung (petani padi),” jelasnya. [tin/ted]

Source: beritajatim.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button