Jembatan gantung Mbah Buto memudahkan akses warga antar desa - WisataHits
Jawa Timur

Jembatan gantung Mbah Buto memudahkan akses warga antar desa

UNITEDNEWS.COM – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan jembatan gantung Mbah Buto. Kini warga sudah merasakan manfaatnya secara langsung karena membuka akses antara desa Ngrimbi dan Penggaron.

Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, pembangunan jembatan gantung sebagai salah satu infrastruktur akan memudahkan mobilitas masyarakat dan mempersingkat waktu tempuh antar desa. Dulu mereka harus berbelok lebar karena dipisahkan oleh fitur geografis seperti lereng, bukit, ngarai atau sungai.

“Kehadiran jembatan gantung akan mempermudah dan mempersingkat warga masyarakat pedesaan untuk mengakses sekolah, pasar, pekerjaan, mengelola kantor desa atau kelurahan, dan mengakses silaturahim antar warga,” kata Menteri Basuki, seperti dikutip pejabat kementerian. website PUPR, Jumat 29 Juli 2022.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.3 Balai Besar Penyelenggaraan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur – Bali David Rachmat Prabowo mengatakan pembangunan Jembatan Gantung Mbah Buto ini merupakan bagian dari paket pekerjaan Jembatan Gantung Kaliregoyo Cs yang dibangun pada 2020- 2021. Selain Jembatan Gantung Mbah Buto, dua jembatan gantung lainnya telah selesai dikerjakan, yakni Jembatan Gantung Kaliregoyo di Kabupaten Lumajang dan Jembatan Gantung Ngares di Kabupaten Trenggalek.

“Anggaran pembangunan tiga jembatan itu Rp 17 miliar. Kontrak Jembatan Mbah Buto akan dimulai pada November 2020 dan selesai pada Juni 2021 dengan nilai kontrak Rp 2,8 miliar,” kata David Rachmat.

Jembatan Gantung Mbah Buto membentang di Sungai Seloemboeng dengan panjang 60 meter. Struktur jembatan gantung berupa rangka baja simetris yang dipasangi struktur pondasi tiang pancang burung unta berdiameter 40 cm, menggunakan sling hanger untuk perkuatan di tanah.

David Rachmat mengatakan Jembatan Mbah Buto, demikian sebutannya, dirancang khusus untuk warga yang berjalan kaki atau menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Jembatan ini tidak boleh dilintasi kendaraan roda 4 kecuali ambulans sangat dibutuhkan.

“Ini pembangunan jembatan baru atas usulan Pemkot karena sebelumnya harus melewati atau menyeberangi sungai. Jembatan ini diperkirakan memiliki usia konstruksi sekitar 50 tahun dengan catatan perawatan yang baik,” katanya.

Kepala Desa Penggaron Riko Ret Hendrik mengatakan selesainya jembatan gantung Mbah Buto dapat meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas warga Desa Penggaron. Khusus untuk warga RT 01 RW 002.

“Dulu warga kami merasa terasing di RT 01 RW 002, lokasinya terisolir karena menghadap sungai. Selain itu, kami mengusulkan untuk membangun jembatan penghubung dan sekarang jembatan ini sebenarnya menjadi jalur akses bagi penduduk desa di seberang sungai seperti Desa Ngrimbi, ”kata Riko.

Sementara itu, Kepala Desa RT 01 RW 002 Penggaron Setyowati mengatakan, warga yang tinggal di sisi barat Sungai Seloemboeng sebelumnya harus menyeberangi sungai saat musim kemarau dan memutar selama kurang lebih 1 jam saat ketinggian air sedang tinggi. “Sekarang butuh waktu 15 menit untuk pergi ke pasar Mojoduwur untuk berbelanja atau menjual hasil pertanian. Anak-anak kita juga lebih cepat di sekolah,” kata Setyowati.

Selain mengurangi jarak dan waktu tempuh, keberadaan jembatan gantung ini juga membuka potensi lain untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar, yang salah satunya dianggap sebagai objek wisata air karena berdekatan dengan Bendungan Mbah Buto. Tercatat, Pusat Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah-Bali akan menyelesaikan pembangunan 14 unit jembatan gantung pada tahun anggaran 2022. Pada tahun anggaran 2022, 77 jembatan gantung akan diselesaikan secara nasional.

UnitedNews.com adalah sumber penting bagi anak bangsa. menyajikan informasi dengan benar. Serta loyalitas untuk menjadi wadah pertukaran ide-ide faktual.

Source: serikatnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button