Ironi "Kota Militer" Cimahi saat bangunan bersejarah berubah bentuk - WisataHits
Jawa Barat

Ironi “Kota Militer” Cimahi saat bangunan bersejarah berubah bentuk

Cimahi

Cimahi, sebuah kota kecil di sebelah barat Kota Bandung, dikenal sebagai “Kota Militer” atau “Kota Hijau”. Julukan itu ada kaitannya dengan sejarah penjajahan Belanda di Indonesia ratusan tahun lalu.

Pada masa pendudukan Belanda, Cimahi digunakan sebagai pangkalan militer Tentara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). Saat ini kawasan di Cimahi yang paling bernuansa militer ada di sepanjang Jalan Gatot Subroto atau biasa dikenal dengan kawasan Rajawali.

Ada Markas TNI dan pusat pendidikan militer seperti Pusat Pendidikan Pengetahuan Militer Umum (Pusdik Pengmilum), Sekolah Pelatih Infanteri, Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif), Pusat Pendidikan Latihan Transportasi (Pusdikbekang), Pusat Pendidikan Transportasi (Pusdikhub), Batalyon Artileri Medan ( Yonarmed) 4/155 dan banyak bangunan lainnya.

Namun sangat disayangkan karena kebanyakan bangunan bersejarah Belanda mengalami perubahan yang sangat drastis. Menurut Mahmud Mubarok, pegiat sejarah Cimahi dan anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Cimahi, hanya ada satu bangunan yang bentuknya asli.

“Yang memprihatinkan, gedung-gedung di depan seperti Pusdikhub atau Pusdikbekang sudah tidak ada bagian depan aslinya. Dulu ada gapura yang diapit dua bangunan, sekarang sudah hilang, yang masih asli dengan gapura penjaganya adalah Pusdikpengmilum,” kata Mahmud. detikJabar.

Mahmud tidak memungkiri pemeliharaan dan perbaikan bangunan yang sudah berusia ratusan tahun itu memang kewenangannya, dengan alasan kebutuhan TNI sendiri, baik perluasan rumah prajurit atau untuk keperluan lain.

“Padahal setiap pergantian panglima pasti ada perubahan kebijakan karena ada bangunan lama yang dibongkar kemudian dibangun bangunan baru. Ada juga bangunan yang diratakan lalu tidak dibangun kembali. Tergantung kebijakan panglima dan kebutuhan TNI sendiri,” kata Mahmud.

Hanya perubahan yang dilakukan kemudian telah memudarkan nilai sejarah dari setiap bangunan yang dibangun di Belanda yang masih berdiri. Misalnya Gedung Rumah Sakit Dustira, Lemasmil Poncol, Gedung Bersejarah dan bangunan lainnya yang sangat kental dengan gaya kolonial.

“Persoalannya, sampai saat ini belum ada pusdik yang menjadi cagar budaya. Mungkin ada yang masuk data verifikasi, tapi itupun masih sangat rentan, sangat jauh dari perlindungan hukum,” kata Mahmud.

“Sedangkan gedung-gedung banyak yang kejar dari waktu ke waktu, kita tidak tahu ke depannya misalnya pusdik angkatan akan berganti, saat ini RS Dustira sedang dibangun kembali dan dibangun sana-sini yaitu Agak susah saat ini, kalau belum ditetapkan sebagai cagar budaya,” lanjut Mahmud.

Meski demikian, Mahmud yakin jika julukan “Military City” atau “Green City” dikaitkan dengan nama Cimahi, tidak akan ada pengikisan esensinya. Mengingat masyarakat lebih mengingat banyaknya bangunan militer di Cimahi ketimbang nilai sejarah dari bangunan itu sendiri.

“Padahal keberadaan kemiliteran tentara dan pusat pendidikannya tidak tergantung pada bentuk bangunannya. Jadi kalau bangunannya ada maunya luas bangunannya, tapi kalau untuk tempat latihan tentara tetap mengacu pada sebutan Kota Hijau atau Kota Militer,” kata Mahmud.

Selain itu, kata Mahmud, Pemkot Cimahi memang telah menginisiasi “Military Heritage Tourism”. Agak aneh memang ketika diadakan wisata sejarah militer di Cimahi, namun tidak ada bangunan yang mengandung unsur sejarah karena sudah dipugar di sana-sini.

“Cimahi telah mendeklarasikan dirinya sebagai kota wisata militer. Seharusnya dia sudah tersosialisasi dengan baik dengan Pusdik-Pusdik dan TNI di Cimahi. Seharusnya ada kesadaran bahwa Gedung TNI dan Rumah Dinas dimasukkan sebagai cagar budaya di Cimahi. Jadi kalau mau renovasi harus koordinasi dulu dengan pemkot atau TACB,” kata Mahmud.

“Cimahi punya potensi di gedung-gedung tua, persoalannya sekarang adalah bagaimana berkoordinasi dengan pihak TNI agar nantinya bisa menjaga kelestarian gedung-gedung tersebut. Tentu yang paling penting seperti (RS) Dustira, (Lemasmil) Poncol, Pusdikpengmilum, ini harus dipertahankan karena memang seperti itu bentuk awalnya,” ujar Mahmud.

Simak video “Pelepasan Pelaku Pembunuhan Gadis Pulang Al Quran di Cimahi”.
[Gambas:Video 20detik]

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button