Yogyakarta

Inflasi DIY diperkirakan akan lebih tinggi pada akhir tahun

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi DIY mengarah pada kenaikan inflasi DIY pada akhir tahun 2022. Saat ini inflasi DIY masih tinggi sebesar 6,54 persen (y/y).

Inflasi diprakirakan meningkat pada libur Natal dan Tahun Baru 2023 (Nataru) seiring meningkatnya permintaan masyarakat. Hal ini didorong oleh kenaikan harga kebutuhan perbaikan rumah dan meningkatnya biaya transportasi.

“Hingga akhir tahun, kami perkirakan inflasi DIY akan semakin meningkat, terutama karena pertumbuhan permintaan yang lebih tinggi dari periode sebelumnya,” kata Budiharto Setyawan, Kepala Perwakilan BI DIY, di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (20/2012). ).

“Ini (inflasi) karena meningkatnya permintaan pasokan pangan dan transportasi, yang telah mendorong harga sementara. Jadi lebih karena permintaan yang meningkat,” lanjut Budi.

Menjelang hari raya Nataru 2023, tuntutan masyarakat akan perbaikan rumah semakin meningkat. Menjelang liburan Nataru, permintaan diperkirakan akan terus meningkat karena DIYers adalah tujuan wisata.

Budi mengatakan pemulihan ekonomi di DIY sebenarnya lebih cepat dibandingkan daerah lain di Indonesia karena karakteristik DIY. Di sisi lain, ini juga menyebabkan inflasi do-it-yourself yang lebih tinggi.

“Kita mengalami pemulihan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan daerah lain, namun di sisi lain inflasi kita lebih tinggi karena masyarakat bergerak lebih cepat dibandingkan daerah lain, bahkan di sektor DIY,” ujarnya.

“69 persen inflasi kita disumbang oleh demand-driven core inflation, Yogyakarta adalah tujuan wisata dan pendidikan. Jadi siapa saja yang datang ke Yogya dari luar daerah dan di daerah asalnya memiliki daya beli yang tinggi, sehingga saat berada di Yogya karena permintaan tadi, menjadi peluang pedagang untuk menjual (dengan harga tinggi),” ujarnya. ditambahkan.

Merujuk pada bahan makanan penyumbang inflasi DIY, yakni telur, bawang merah, dan aneka cabai. Budi mengatakan, makanan ini mengalami lonjakan pasar, meski ketersediaannya masih banyak.

“Berdasarkan pantauan bersama tim TPID DIY, meski ada tren kenaikan harga yang kami anggap bersifat sementara, pasokan di pasar masih terjaga,” jelas Budi.

Yuna Pancawati, Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam (APSDA) DIY, mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengendalikan inflasi DIY.

“Inflasi kita kendalikan, upaya kita monitor harga setiap hari, operasi pasar juga dilakukan, pasar harga murah dan koordinasi dengan distributor dan dealer,” ujar Yuna.

Dalam hal pemantauan, akan terus dilakukan di seluruh kabupaten/kota di DIY sebelum Nataru. Pemantauan yang dilakukan mengungkapkan adanya peningkatan beberapa bahan makanan yang berkontribusi terhadap inflasi perlengkapan rumah tangga, seperti: B. kenaikan harga telur ayam ras.

“Ada beberapa komoditas, tapi tidak berpengaruh karena permintaan masyarakat meningkat,” jelas Yuna.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button