IDI Kota Yogyakarta Berikan Edukasi Tentang Neuropati - WisataHits
Yogyakarta

IDI Kota Yogyakarta Berikan Edukasi Tentang Neuropati

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Yogyakarta bekerja sama dengan P&G Health and Doctors dapat menyelenggarakan seminar hybrid dan lokakarya offline tentang diagnosis dan manajemen neuropati di layanan primer: Just do it.

“Acara ini bertujuan untuk memperbaharui keterampilan para dokter (spesialis saraf),” kata dr. Tri Kusumo Bawono, SE, berbicara di Alana Convention Center, Minggu pagi (11 Juni 2022).

Pada kesempatan ini, drg. Tri Kusumo juga menekankan kepada para dokter untuk selalu memegang teguh etika kedokteran Indonesia.

Di sisi lain, Ketua Pokdi Neurofisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) menjelaskan neuropati atau penyakit yang terjadi pada sistem saraf tepi dapat menyerang siapa saja.

Baca Juga: IDI Kota Yogyakarta Siap Berkolaborasi Lintas Sektor Kelola Transisi Endemik

Konon, penyakit ini tidak hanya ditemukan di Indonesia, tetapi juga dapat menyerang orang di seluruh negeri.

“Menjadi masalah besar atau berpotensi menjadi masalah juga. Namun karena beberapa masalah sudah menjadi penyakit kronis dan ada juga yang berkembang kronis, tidak terasa tiba-tiba,” kata dr. Manfaluthy.

Tak heran, begitu banyak neuropati pada stadium awal yang selalu diabaikan hingga muncul gejala yang parah.

Penyakit yang muncul disebabkan oleh diabetes dan pengobatan dalam bentuk kemoterapi dirasakan paling ringan pada 7 persen orang dewasa.

“Paling mudah jika kita duduk bersila setelah 5 hingga 10 menit, kaki kita mungkin merasa paresthesia atau meringis dan kesemutan. Itu gejala neuropati,” katanya.

Ada banyak penyebab neuropati.

Mulai dari metabolisme, nutrisi, mekanik, berbagai jenis racun, penyakit autoimun, infeksi, hingga faktor keturunan.

Baca Juga: Persi, IDI dan Perkedwi Kembangkan Wisata Kesehatan di DIY

“Klasifikasi neuropati itu sendiri, ketika rekan-rekan melihatnya, beragam. Bisa berdasarkan anatomi, etiologi, histopatologi, dan sebagainya. Tapi secara umum bisa dibagi berdasarkan jumlah saraf yang terlibat, distribusinya, dan klausanya,” jelasnya.

Bahkan memperhitungkan waktu atau durasi paparan neuropati, pasien ini dapat menjadi progresif kronis akut.

“Karena neuropati memiliki satu gejala dan hadir di banyak penyakit lain dan kami tidak melakukan analisis yang baik, neuropati sering salah didiagnosis dan kurang terdiagnosis,” kata Dr. Manfaluthy.

Namun, analisis dapat dilakukan karena pasien sendiri tidak memberikan perhatian khusus.

Jadi sekarang dr. Manfaluthy menghimbau kepada seluruh pasien dan dokter untuk lebih memperhatikan penyakit yang diderita setiap orang (Tribujogja.com).

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button