HUT RI ke-77: Sejarah kawasan Puncak Bogor menjadi tempat peristirahatan para elit wabah malaria - WisataHits
Jawa Barat

HUT RI ke-77: Sejarah kawasan Puncak Bogor menjadi tempat peristirahatan para elit wabah malaria

TRIBUN-VIDEO.COM – Arus kendaraan menuju kawasan wisata Puncak Bogor Jawa Barat kembali stabil pada Kamis pagi (5/5/2022).

Polisi mencatat sebanyak 11.000 kendaraan telah memasuki kawasan itu dari luar Bogor sejak Kamis pagi.

Angka ini sedikit meningkat dibandingkan arus lalu lintas hari Rabu. Jumlah itu meningkat hanya dalam 3 jam.

Sejak Kamis pagi, pengguna kendaraan pribadi terus memadati kawasan wisata Puncak Bogor.

Lalu bagaimana sejarah kawasan Puncak Bogor?

Dikutip dari gridoto.com, sejarawan Jakarta JJ Rizal mengatakan bahwa kawasan Puncak dimulai dengan wabah penyakit yang mengerikan di kota Batavia, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta.

“300 tahun yang lalu pada tahun 1733, Kota Benteng yang dulu bernama Batavia mengalami wabah demam aneh kemudian tiba-tiba mati di tempat yang sekarang dikenal dengan malaria,” kata Rizal saat konferensi pers virtual yang diadakan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). ), Selasa (29/12). .2020).

Baca: Ribuan Santri Ikut Kawan Ganjar Peringati HUT RI ke-77

Pada saat itu, keadaan epidemi malaria menyebabkan elit meninggalkan Batavia ke selatan untuk mendirikan resor atau resor.

Pendirian resort ini diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Belanda keturunan Jerman, yaitu Baron Van Imhoff (1743-1750).

“Dengan kondisi epidemi yang mengerikan ini, elit Batavia bergeser ke wilayah selatan dan meninggalkan Kota Benteng Batavia dari tahun 1740 hingga 1745. Ini diprakarsai oleh Gubernur Baron Van Imhoff,” katanya.

Karena penyakit malaria yang belum diketahui obatnya pada saat itu, Van Imhoff memutuskan untuk membuka ruang pengobatan alternatif di daerah Bogor.

“Di tengah ketidaktahuan akan penyakit ini, Van Imhoff mencari pengobatan alternatif dengan memindahkan rumah-rumah elit dengan membangun rumah peristirahatan atau resort yang mengarah ke selatan Batavia karena alam di selatan lebih baik daripada di Batavia”, Rizal dilanjutkan.

Tempat Istana Bogor hari ini adalah titik awal untuk menemukan daerah Puncak.

“Misalnya yang di Cimanggis, Depok, yang dibangun Gubernur Jenderal Van Der Varra, di sekitar rumah peristirahatan Baron Van Imhoff, yang sekarang menjadi Istana Bogor, dulunya berada di kawasan Buitenzorg yang juga dikenal sebagai Bogor. ” dia berkata.

Kawasan Bogor yang dulunya sangat indah mendorong Van Imhoff mendirikan tempat pengobatan alternatif seperti spa.

“Sebagai keturunan Jerman, Van Imhoff mengimpor sistem pemulihan kesehatan alternatif dengan spa di lingkungan alami yang sehat dengan udara yang sangat baik ke tempat yang sekarang kita kenal sebagai Wilayah Puncak.

Udara di Batavia sekarang bau dan pengap saat malaria menyebar,” kata Rizal.

Untuk memudahkan administrasi, Gustaf menggabungkan sembilan kabupaten di wilayah ini, yaitu Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga dan Kampung Baru, menjadi satu pemerintahan yang disebut Regenteschap Kampung Baru Buitenzorg.

Baca: Puncak Bogor, Jadi Tempat Peristirahatan Elit Dari Wabah Malaria

Namun dalam perkembangan selanjutnya nama Buitenzorg digunakan untuk menyebut kawasan Puncak, Telaga Warna, Mega Mendundung, Ciliwung, Muara Cihideung hingga puncak Gunung Salak dan Puncak Gunung Gede.

Singkat cerita, Bogor dan kawasan Puncak berangsur-angsur menjadi daerah penelitian para ilmuwan untuk menemukan obat malaria.

“Pada tahun 1815, Raja Willem I dari Belanda mengirim Botanicus Belanda untuk menggali dan menggali potensi perkebunan di Bogor, tepat di rumah Baron Van Imhoff, hingga muncul Kebun Raya Bogor untuk keperluan penelitian,” kata Rizal.

Pembangunan Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas tentunya tidak lepas dari akses jalan yang dibuat Gubernur Jenderal Belanda yang terkenal dengan sistem kerja paksa.

“Lokasi penelitian ini dapat berkembang sejalan dengan infrastruktur Jalan Raya Pos yang sekarang dikenal dengan Jalan Puncak Pas yang digagas oleh Herman William Daendels,” jelas Rizal.

Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels (1808-1811), memprakarsai Grotepost Weg atau Jalan Raya Pos, yang membentang di utara pulau Jawa dan menghubungkan Anyer (Banten) dengan Panarukan (Jawa Timur).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Sering Terjadi Kemacetan, Begini Kisah Kawasan Puncak Bogor, Berawal dari Wabah di Batavia”

Source: video.tribunnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button