Hotel Unik Sapo Belen di Singkil menarik wisatawan dari luar negeri - WisataHits
Yogyakarta

Hotel Unik Sapo Belen di Singkil menarik wisatawan dari luar negeri

ACEH SINGKIL – Ladang belalang berbeda, kedalaman ikan berbeda. Pepatah lama masih menjadi panutan bagi masyarakat, sedangkan gaya hidup masa kini masih berdampak, suatu daerah juga memiliki bentuk corak adat dan kesukuan yang sangat beragam.

Seperti halnya di wilayah Aceh Singkil, Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak tempat wisata dan memiliki berbagai obyek situs yang sudah ada di dunia. Namun keunikan dari negara Rencong ini adalah memiliki suku dan budaya yang berbeda-beda (Multi Budaya).

Kecamatan Singkil, lebih tepatnya Desa Pulo Sarok, merupakan pusat dari ibukota Kabupaten Aceh Singkil. Terdapat berbagai jenis hotel, losmen, kos-kosan dan akomodasi pribadi karena lokasi Singkil juga merupakan pusat transit bagi para pelancong dan wisatawan.

Meski Kota Singkil selain sebagai tempat transit, juga menawarkan beberapa tempat wisata seperti Pantai Cemara dan Hutan Lae Treup Rawa Singkil sebagai penyangga saat kondisi cuaca tidak memungkinkan wisatawan untuk berwisata ke Pulau Banyak.

Hotel Sapo Belen di Pulo Sarok, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil. Foto: AJNN/Khairuman.

Sehingga aman, sangat cocok bagi yang membutuhkan tempat tinggal atau istirahat. Selain itu juga dapat menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Seperti Hotel Sapo Belen. zPenginapan yang satu ini unik dan menarik bagi wisatawan yang menginap di Kota Singkil dan menunggu perjalanan selanjutnya.

Meski konstruksi bangunannya seluruhnya terbuat dari kayu, namun kesannya tetap atraktif tanpa skema warna yang sederhana, mengandalkan nuansa budaya tradisional untuk membaur dan tetap natural.

“Sapo Belen” berarti “rumah besar” dalam bahasa salah satu suku di Aceh Singkil, Gedung ini berlantai dua dan berlantai satu.

Saat masuk, pertama-tama Anda akan melihat kursi kayu di berbagai sudut teras. Menuju ruang lobi utama, para tamu di meja terlihat seperti panci besar dan di langit-langit atas perahu panjang dan bola lampu tergantung di tengah.

Konyol banget kalau perahu kayunya bergelantungan di langit-langit, pikirku saat AJNN berkunjung ke hotel. Namun yang pasti, perahu itu tertancap kuat oleh tekanan paku-paku pembuatnya.

Dalam perjalanan ke ruang belakang ada meja panjang, juga terbuat dari kayu alami. Dan di sana-sini rak buku tergeletak seperti perpustakaan.

Hotel Sapo Belen di Pulo Sarok, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil. Foto: AJNN/Khairuman.

Sapo Belen Hotel memiliki 10 kamar dan diberi nama sesuai dengan jenis kue tradisional Aceh Singkil.

Mukhlis alias Lelek, pemilik Hotel Sapo Belen, mengatakan kepada AJNN bahwa kamar hotel diberi nama berdasarkan jenis kue, yaitu Nasi Tuei, Godog-godog, Lompong, Itak, Pinukut, Tumbang, Kue Qasidah, Sagu Bone, dan Lingilingi kue singkil tradisional lainnya.

Diakuinya, penginapan akan kembali normal dalam sebulan, yakni pada Juli 2022, sejak hampir dua tahun tidak ada animasi tanpa pengunjung turis akibat merebaknya Covid-19.

Sebagian besar turis dari Belanda menginap bulan ini. Bagian Amerika. Mereka biasanya tinggal selama dua sampai tiga hari. Sisanya ke Pulau Banyak.

“Pengunjung bule dari Republik Ceko tinggal lebih lama, hingga seminggu. Mereka kebanyakan melakukan perjalanan ke Hutan Lae Treup untuk melihat orangutan dan buaya liar,” tambahnya.

Sementara itu, lanjutnya, warga lokal dari Kota Banda Aceh sudah mendapat pesanan kantor.

Saat ditanya harga per kamar, Lelek mengatakan rata-rata per kamar Rp 150.000, hanya kamar Godok-Godok yang dibandrol Rp 250.000 per malam karena sangat luas.

Pemilik Hotel The Sapo Belen, Fajri Alihar, adalah seorang ASN yang bekerja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Lipi). Meski sudah berkantor di Bekasi Selatan, ia sering pulang kampung di Kota Singkil.

Fajri mengatakan Sapo Belen Hotel telah beroperasi selama hampir 15 tahun, melayani wisatawan dari daerah dan seluruh dunia.

Fadjri mengatakan bangunan itu dulunya hanya rumah biasa, setelah dibeli warga setempat diperluas menjadi delapan ruangan. Tujuan dari penghasilannya adalah untuk dibelanjakan pada orang tuanya.

“Sebelumnya tidak banyak turis di Pulau Banyak, Aceh Singkil, saya khusus merancang pola yang sama sekali berbeda dengan berbagai jenis hotel dan homestay untuk menarik wisatawan,” katanya.

Kemudian konsep menjaring turis asing yang berkunjung ke negara bahagia ini. Selain itu, Fadjri mengaku pernah bekerja di bidang pariwisata dan kehidupan budaya masyarakat.

“Saya sangat tahu bagaimana menarik bule karena saya suka yang unik, antik dan etnik dan bohemian. Saya membuat pola seperti ini, mulai mengoleksi barang antik, dan setiap ruangan ada rak bukunya,” jelasnya.

Hotel Sapo Belen di Pulo Sarok, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil. Foto: AJNN/Khairuman.

Lulusan PhD dari University of Kasel, Jerman ini menambahkan, turis asing sangat menyukai hal-hal yang unik, etnik dan bernuansa klasik.

“Itulah konsep Wild Singkil di luar cengkeraman out-of-the-box,” katanya.

Dari situ, ia mulai mengoleksi barang-barang tua dan antik dari tetangga, seperti capah, ketel tua, pengukur manual kelapa, mesin ketik tua, disertai dengan pameran foto-fotonya di luar negeri, dan memamerkan beberapa papan selancar.

Sedangkan untuk promosi, kata Fadjri yang berhasil melalui grup hotel melalui situs Trip Advisor hotelsingkil.com. Menurutnya, domain tersebut sengaja dibangun dan Alhamdulillah Sapo Belen mampu bersaing dengan hotel bintang tiga sekelas Hermes, meski konstruksinya sebagian besar berbahan kayu.

Dia juga mengakui bahwa ada perubahan signifikan selama pandemi Covid-19. Bahkan di luar daerah wisata seperti Lombok, Bali dan Jakarta, banyak hotel yang jual karena tidak mampu membayar karyawannya.

“Tapi untuk Sapo Belen, petugas dan juru bahasa dari teman dan kerabat dari daerah terus membantu sehingga mereka bertahan sampai sekarang,” katanya.

Dan dalam satu bulan tahun 2022 ini wisatawan kembali menggeliat, sejumlah wisatawan menginap di Hotel Sapo Belen, semuanya tak terlupakan, setiap tamu selalu diperlakukan secara social marketing.

“Artinya setiap tamu datang sarapan gratis untuk minum kopi dan teh. Tamu dari Afrika Selatan hingga warga Swedia yaitu dari benua Eropa hingga Amerika,” jelasnya.

Pria berkulit putih dan ceria ini juga banyak bercerita tentang pengalaman SMA-nya ketika merantau ke Jakarta, belajar di Yogyakarta pada tahun 70-an jurusan geografi dan menyelesaikan gelar masternya pada tahun 90-an di Kasel University di Jerman.

Bahkan bagaimana beradaptasi dengan kehidupan empat musim di negara Eropa ini, kesan pesta pers Oktober di musim dingin.

Ini benar-benar cerita yang bagus, jadi tidak cukup waktu untuk menulis ide tentang karakter inspirasi siswa yang tangguh ini.

Namun di akhir cerita, ia juga berniat mengundang Pj Bupati Aceh Singkil Marthunis ke Hotel Sapo Belen dalam waktu dekat.

Ia ingin para pejabat daerah mengetahui sejarah dan gagasan untuk lebih mengembangkan sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat Aceh Singkil.

dr Fadjri Alihar adalah tokoh masyarakat dari Aceh Singkil, beliau bisa menjadi inspirasi, orang bijak yang berpendidikan bahkan dari pantai terjauh sekalipun.

Source: www.ajnn.net

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button