Geliat Cianjur pada hari kesepuluh pasca gempa - WisataHits
Jawa Barat

Geliat Cianjur pada hari kesepuluh pasca gempa

CIANJUR, READERS – Rabu siang (30/11), dinamika kehidupan masyarakat di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, belum sepenuhnya pulih pascagempa 5,6 SR melanda wilayah itu sepuluh hari lalu.

Suasana di beberapa pusat keramaian, seperti Jalan KH Abdullah bin Nuh, tampak ramai, didominasi oleh kendaraan pengangkut bantuan kemanusiaan dan ambulans.

Massa lalu lintas bergerak menuju jalan raya nasional menuju titik bencana di Cugeunang, serta menuju Kecamatan Nagrak menuju Desa Benjot dan Jalan Rancagoong menuju Warung Jengkol.

City Mall di Simpang Tugu Gentur tampaknya belum dibuka untuk umum. Akses masih diblokir dengan rantai dan spanduk larangan.

Sejumlah toko kelontong di kawasan itu masih tutup sebagian, termasuk gedung perkantoran. Suasana di Pasar Ramayana Cianjur mulai semarak. Pengunjung mulai memadati area sekitar pasar untuk mencari sembako.

Lalu lintas di kawasan itu tidak sepadat beberapa hari lalu. Padahal lokasi yang dulunya merupakan pertigaan macet, kini arus lalu lintas cukup lancar dengan dominasi kendaraan bermotor dan minibus.

Situasi serupa juga terlihat di sekitar Jalan Siliwangi dan Jalan Siti Jenab, sebagian distribusi bantuan ke gudang logistik dan pos terdepan di Komplek Pemda Cianjur mulai berkurang.

Di beberapa simpang macet, misalnya dari pertigaan hingga pusat kemacetan, petugas polisi lalu lintas dari kepolisian dan dinas perhubungan setempat masih bersiaga.

Ruas jalan menuju Jambu Dipa yang semula kelebihan kapasitas akibat aktivitas kendaraan melebihi lebar jalan dan parkir di bahu jalan, sebagian sudah dibersihkan petugas.

Petugas juga tampak mengalihkan tempat parkir dari kendaraan milik relawan yang sedang membagikan sembako di bahu jalan. Petugas mengarahkan bantuan ke posko yang berada di komplek Pemda Cianjur.

Sejumlah tenda pengungsi yang didirikan sendiri oleh korban gempa pinggir jalan juga dibongkar sendiri.

Pemantauan di titik gempa sekitar Tapal Kuda dan Warung Negara Shinta Jalan Raya Cianjur-Cipanas tampak lancar dengan kecepatan kendaraan rata-rata sekitar 20-40 km/jam.

Pengendalian arus lalu lintas dengan buka tutup juga tidak diberlakukan lagi. Alat berat yang sebelumnya menghambat arus lalu lintas di bahu jalan, telah disterilkan total.

Area longsor di sekitar Warung Sate Shinta setinggi 10 meter dibersihkan untuk mencegah longsor susulan dengan meratakan gundukan.

wisata bencana

Jika melewati kawasan gempa di Desa Nagrak Kabupaten Cianjur, masih terlihat kerumunan korban gempa yang menyerang kendaraan distribusi logistik.

Bantuan datang dari sejumlah yayasan dan komunitas di luar Kabupaten Cianjur, seperti Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, dan Palembang.

Konvoi minibus yang mengantar bantuan rata-rata terdiri dari dua hingga lima kendaraan. Rata-rata, satu kendaraan diisi lebih dari empat penumpang.

Imigran ke tempat ini juga berasal dari orang asing. Beberapa tim evakuasi melarang mereka berswafoto di lokasi karena tidak dilengkapi alat pelindung diri seperti helm atau rompi.

Spanduk bertuliskan “Ini bukan kawasan wisata selfie dan gempa” dipasang di sejumlah pintu masuk lokasi pengungsian warga Jalan Nagrak Salahuni.

Kawasan pemukiman padat penduduk tersebut masih menjadi target penyaluran bantuan setelah jumlah korban gempa mencapai sekitar 9.000 jiwa.

Sebagian besar korban tampaknya sedang mencari puing-puing bangunan yang runtuh untuk sisa harta benda yang dapat diselamatkan. Lainnya memperbaiki bangunan yang masih layak berdiri sendiri.

Koordinator Misi Pencarian Basarnas Jumaril mengatakan, kegiatan wisata bencana menjadi salah satu pemicu mobilitas petugas SAR karena menimbulkan kemacetan lalu lintas.

“Pariwisata adalah bencana jika bisa dihindari. Mobilitas logistik kami terhambat, tidak hanya makanan tetapi juga peralatan. Itu juga akan terhambat,” ujarnya.

Perluas tanggap darurat

Hingga hari ke-10 setelah kejadian, tercatat 703 orang luka-luka akibat gempa Cianjur, 39.985 titik pengungsian, 108.720 pengungsi yang terdiri dari 52.987 laki-laki dan 55.733 perempuan, 327 orang meninggal dunia dan 13 orang masih dalam pencarian.

Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan pencarian korban yang seharusnya berakhir Rabu, diperpanjang tiga hari ke depan atau hingga Sabtu (3/12).

Perpanjangan batas waktu pencarian korban gempa Cianjur diputuskan karena masih ada laporan warga hilang yang belum ditemukan hingga Rabu (30/11).

Pencarian korban oleh tim SAR gabungan berakhir pada Rabu, namun melihat kondisi di lapangan dan pantauan para ahli, masih ada warga sekitar yang masih berharap menemukan korban.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya telah mengusulkan kepada Bupati Cianjur Herman Suherman agar pencarian korban gempa di kabupaten itu diperpanjang hingga Sabtu (3/12).

Jika pencarian korban masih belum ditemukan dalam waktu dua minggu, warga yang kehilangan orang tercinta akibat gempa bisa mengganti kerugian tersebut.

Sebelumnya, dua kepala desa yakni Kepala Desa Cijedil dan Kepala Desa Mangunkerta Kabupaten Cianjur melaporkan delapan warganya hilang.

Laporan kepala desa disampaikan pada hari kesembilan pencarian korban gempa di Kabupaten Cianjur.

Energi

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button