Garasi parkir harus menjadi contoh Malioboro dan Braga
BALIKPAPAN – Keberadaan garasi parkir Klandasan dinilai mubazir. Fungsinya tidak optimal. Meski beberapa kendaraan terparkir di sana. Namun masih banyak lahan parkir yang kosong dari kapasitas yang tersedia.
Demikian keprihatinan Taufik Qul Rahman, anggota Komisi II DPRD Balikpapan. “Ada apa dengan tempat parkir? Fungsi utamanya sebagai garasi parkir, tapi sekarang fungsinya tidak jelas,” ujarnya.
Menurutnya, Pemkot Balikpapan perlu mencari cara agar garasi parkir bisa berfungsi maksimal. “Ini tugas Pemkot Balikpapan bagaimana mengubah fungsinya atau bagaimana mengembalikannya ke depan,” ujarnya.
Misalnya, jika ingin mengembalikan fungsinya sebagai tempat parkir, tugas utama pemerintah pertama-tama harus mengubah mentalitas masyarakat. Dia berpendapat bahwa setiap kendaraan yang ada di sekitarnya sebenarnya bisa diarahkan ke garasi parkir.
Taufik mencontohkan pengenalan parkir gratis di kawasan Malioboro, Jogjakarta dan Braga, Bandung. Kedua tempat wisata ini juga tidak memperbolehkan parkir di sembarang tempat.
Kita bisa mencontoh Malioboro di Yogyakarta atau Braga di Bandung, mereka juga menyediakan tempat parkir bagi pengunjung yang akan mengunjungi tempat wisata terdekat,” jelasnya.
Pemerintah kota menyediakan garasi parkir. Agar masyarakat dan wisatawan yang datang tertib mengikuti aturan. Meski harus berjalan satu atau dua kilometer, mereka tetap berpegang pada aturan.
“Masyarakat atau wisatawan hanya ingin parkir di tempat yang telah ditentukan. Jadi pemimpin daerah harus berani,” ujarnya. Taufik memperkirakan, hal itu juga bisa diterapkan di Gedung Parkir Klandasan.
“Jangan izinkan atau hapuskan saja parkir di pinggir jalan pasar jika tujuannya ke pasar,” tambahnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan perlu melakukan kajian untuk mengadopsi kebijakan perparkiran. (din/adv/pro)
Source: news.google.com
