Erick Thohir memenangkan gelar Balugu Sangeri Banua - WisataHits
Yogyakarta

Erick Thohir memenangkan gelar Balugu Sangeri Banua

Erick Thohir memenangkan gelar Balugu Sangeri Banua

JAKARTA— Menteri BUMN Erick Thohir diapresiasi oleh masyarakat Pulau Nias sebagai bagian dari marga Zebua. Dengan kehormatan tersebut, Erick dianggap sebagai warga negara Pulau Nias.

Bagi Erick, gelar ini merupakan suatu kehormatan besar, tetapi juga tanggung jawab untuk membantu masyarakat Nias agar kondisi ekonomi mereka segera membaik.

Erick menyoroti kondisi ekonomi Pulau Nias karena empat kabupaten di pulau paling barat Indonesia ini tergolong tertinggal, juga dibandingkan dengan kabupaten dan kota lain di Provinsi Sumatera Utara.

“Suatu kehormatan yang luar biasa bagi saya bisa menjadi bagian dari masyarakat Zebua dan bagian dari masyarakat Pulau Nias. Karena itu, tidak mungkin kita meninggalkan saudara-saudara kita yang tertinggal di berbagai daerah. Pulau Nias memiliki 4 kabupaten yang terendah dari segi ekonomi. Kalau kita anggap sebagai bagian dari Provinsi Sumut, di bawah ini ada 4 kabupaten, yang ekonominya paling rendah di sini,” kata Erick, Minggu (1/7/2023) di taman kota Gunung Sitoli, Pulau Nias, Sumut). .

Pemberian gelar adat Nias ditentukan berdasarkan musyawarah para tetua adat. Diakui Erick, gelar kehormatan selalu dibarengi dengan tanggung jawab dan dedikasi yang harus dijalankan dan dijunjung tinggi.

“Saya sekarang dikenal masyarakat Nias sebagai Erick Thohir Zebua, dengan gelar kebangsawanan Balugu Sangeri Banua, yang berarti ‘Pelindung Tanah’. Suatu kehormatan. Zebua adalah nama keluarga terhormat yang juga berperan penting dalam budaya Nias. “, Erick menjelaskan.

*Tindakan jangka pendek*

Karena itu, saat menjawab pertanyaan media, Erick menekankan langkah taktis yang ia soroti agar bisa dipersiapkan dalam jangka pendek. Langkah tersebut antara lain penguatan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan program PNM Mekaar.

Saat ini KUR yang disalurkan di Pulau Nias baru mencapai Rp 300 miliar dan menjangkau 7.580 nasabah. Sementara itu, penerima manfaat program PNM Mekaar sebanyak 7.500 perempuan dengan total nilai Rp 24 miliar yang masing-masing mendapatkan bantuan dana mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 4 juta. Statistik itu masih belum cukup untuk Erick.

Kemudian Erick juga melihat komoditas utama yang terdapat di Pulau Nias sebagai dasar pengembangan ke depan, antara lain perkebunan kelapa. Pengalaman di Deli Serdang bisa diterapkan di Nias.

Sehari sebelumnya, Erick mengunjungi proyek pembangunan Pabrik Kelapa Sawit (PMKS) di Deli Serdang untuk produksi minyak goreng merah. Pengembangannya tidak menitikberatkan pada BUMN melainkan memaksimalkan partisipasi petani melalui koperasi pertanian.

“Bagaimana kita dapat meningkatkan program KUR dan PNM Mekaar dalam jangka pendek? Kemudian ada potensi perkebunan kelapa yang bisa diindustrialisasi. Seperti kemarin, kita sedang membangun pabrik minyak goreng merah di Deli Serdang yang harganya lebih murah Rp 2.000. Dan ada vitamin A dan E. BUMN berkoordinasi dengan petani, membangun koperasi petani, tidak melulu BUMN, tapi membangun ekosistemnya,” kata Erick.

*Opsi untuk Nias*

Dalam jangka panjang, Erick mengatakan telah berbicara dengan sepenuh hati kepada para pemimpin daerah di Nias untuk mendapatkan masukan bagi pembangunan ekonomi pulau Nias ke depan.

Ada beberapa alternatif, antara lain mengubah Nias menjadi hub wisata (seperti Labuan Bajo dan Mandalika) atau mengubahnya menjadi kawasan laut terpadu.

“Sebelumnya, kami melakukan pembicaraan hangat dengan para pemimpin daerah. Bagaimana kita bisa melaksanakan pembangunan Nias secara keseluruhan bersama-sama dengan pemerintah pusat? Jadi bukan secara parsial satu demi satu. Ini akan dikomunikasikan oleh pimpinan daerah kepada Presiden sebagai prioritas pembangunan di Pulau Nias,” kata Erick.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button