Desa Penglipuran dan mimpi besar Indonesia untuk pariwisata berkelanjutan - WisataHits
Jawa Tengah

Desa Penglipuran dan mimpi besar Indonesia untuk pariwisata berkelanjutan

KONTAN.CO.ID – BALI. Indonesia mulai merintis pengembangan pariwisata hijau berkelanjutan (pariwisata berkelanjutan) untuk mengantisipasi ancaman pemanasan global. Dari Desa Penglipuran di Bali, Indonesia telah mengembangkan tempat wisata ramah lingkungan.

Pagi itu seminggu yang lalu, Desa Penglipuran di Kabupaten Bangli, Bali sangat ramai. Deretan bus dan mobil pribadi dari dalam dan luar Bali terparkir teratur. Salah satu alasan utama para traveler ingin berwisata menikmati desa terbersih di dunia menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UN).

Baca juga: Infrastruktur Green Tourism Terus Selesai, PLN dan Pertamina Compact Bangun PLTS

Kampung adat ini bukan hanya sekedar tempat tinggal. Penglipuran menjadi desa yang menerapkan pariwisata hijau. Peraturan desa melarang penggunaan kendaraan bermotor. Desa ini tidak hanya indah secara tata ruang, tetapi juga unik secara arsitektur. Jika difoto dari atas dengan drone, Desa Penglipuran seperti labirin, untuk sampai ke rumah warga kita harus melalui lorong seukuran pintu. Fitur khusus adalah jalan desa yang lurus dan menurun.

Untuk masuk desa, pengunjung dikenakan biaya 25.000 rupee per orang. Panglipuran bukan hanya desa terbersih, tetapi juga salah satu dari 100 destinasi wisata paling berkelanjutan menurut Global Green Destinations Days (GGDD).

“Kita sudah memiliki ragam wisata yang menyatu dengan alam, tidak hanya sumber energi, tapi juga aspek hijau dan bersih. Salah satunya Desa Adat Penglipuran,” kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati dalam rapat KONTAN di kantornya, Selasa (5/7).

Baca Juga: Dalam Perjalanan Mempercepat Inisiatif Hijau di TMII, Mandalika, Borobudur dan The Nusa Dua

Dalam mengembangkan objek wisata hijau, Cok Ace, sapaan akrab Tjokorda, mengaku mendapat dukungan dari pemerintah pusat berupa pembangunan jalan dan pemanfaatan sumber air bersih. Selain membangun desa wisata, Pemprov Bali menerapkan berbagai aturan untuk mewujudkan wisata hijau di pulau dewata.

Misalnya, Peraturan Gubernur Bali No. 97/2018 tentang Pembatasan Penyimpanan Sampah Plastik Sekali Pakai. Peraturan ini dapat mengurangi ketergantungan plastik lebih dari 80% di hotel bintang lima serta di restoran dan pusat perbelanjaan. Namun, aturan ini belum sepenuhnya direalisasikan di pasar tradisional.

Bali juga mempromosikan penggunaan sumber energi baru dan terbarukan (EBT) dalam kegiatan sehari-hari dan pariwisata. Sudah ada beberapa peraturan, seperti B. Peraturan Gubernur Bali Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Listrik Berbaterai. Hal ini juga didukung oleh PT PLN yang telah menggelar Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di beberapa lokasi.

Baca Juga: Kemenparekraf Tetapkan Tujuh Desa Berkonsep Green Tourism, Ini Profilnya

Ada juga Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 5 Tahun 2022 tentang Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Pemerintah Provinsi Bali menawarkan insentif bagi pengelola hotel yang menggunakan sumber EBT.

Namun, Cok Ace mengakui aturan ini belum sepenuhnya diterapkan. “Sudah ada di sana jadwal Tujuan kami adalah untuk menciptakan pariwisata hijau yang terkait dengan sumber energi. Semangat itu terus tumbuh bahkan setelah kita dilanda Covid-19 di tahun 2020,” ujarnya.

Semangat Bali ini sejalan dengan tekad pemerintah untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno merilis pedoman destinasi pariwisata berkelanjutan di Indonesia tahun lalu. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Ada empat pilar pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Baca Juga: Dukung Green Tourism di Bali, Blue Bird Terapkan Blue Sky, Blue Life dan Blue Corp

Sejalan dengan itu, PT Indonesia Tourism Development (Persero) atau ITDC juga menerapkan konsep tersebut wisata hijau di Nusa Dua. Bahkan ITDC menjelaskannya dengan prinsip pariwisata destinasi pariwisata hijau.

ITDC berupaya mengembangkan pariwisata ramah lingkungan dan sosial berdasarkan konsep Tri Hita Karana dan Tri Mandala. Kawasan Nusa Dua telah memperhatikan lingkungan sejak awal, dengan sistem pengolahan air limbah hotel untuk irigasi dan irigasi. Pusat pemrosesan ini disebut “laguna”.

Di kawasan ini juga terdapat pengelolaan sampah. Produksi sampah harian mencapai sekitar 18 meter kubik, yang sebagian diolah menjadi pupuk organik untuk digunakan sendiri. “Kami juga memiliki fasilitas pengomposan yang menggunakan teknologi mikroorganisme yang efektif, sehingga proses pembusukan dalam pembuatan pupuk dapat dipercepat,” ujar Abdulbar M. Mansoer, Presiden Direktur ITDC.

Baca juga: Berkat Panel Surya, Pabrik Mobil Hyundai Dilengkapi AC

Holding BUMN Tourism (In Journey) ini juga mendukung pengembangan pariwisata hijau di Indonesia. Tak hanya di Bali, In Journey menggarap pariwisata ramah lingkungan di sejumlah destinasi, seperti B. Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang menggunakan trem listrik, mobil listrik dan bus. Sarinah juga telah menerapkan pusat perbelanjaan ramah lingkungan. “Taman Mini akan menjadi lokasi G20, jadi akan dibuka pada November,” kata Maya Watono, direktur pemasaran In Journey.

Green tourism juga digalakkan di destinasi prioritas, yaitu Mandalika (NTB), Labuan Bajo (NTT), Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah) dan Likupang (Sulawesi Utara).

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: jelajahekonomi.kontan.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button