Awal Agustus biasanya pencemaran Sungai Cileungsi meningkat, limbah bambu jadi pekerjaan rumah
METROPOLITAN.id – Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) menemukan bahwa pencemaran Sungai Cileungsi umumnya meningkat pada awal bulan Agustus hingga September. Peningkatan tersebut terjadi karena mulainya musim kemarau pada bulan tersebut.
“Pada Agustus-September biasanya polusi meningkat karena musim kemarau,” kata Kepala KP2C Puarman usai audiensi dengan Plt Bupati Bogor Iwan Setiawan belum lama ini.
Menurutnya, masalah pencemaran Sungai Cileungsi sudah menjadi masalah nasional. Saat hujan, banjir adalah masalahnya. Di musim kemarau, di sisi lain, masalahnya adalah polusi dari limbah industri.
“Sudah jalan, tapi sekarang penanganannya sudah lebih baik dari sebelumnya, tapi belum selesai,” katanya.
Dengan ini, Puarman berharap pemerintah Kabupaten Bogor (Pemkab) Bogor terus memberikan perhatian khusus terhadap masalah pencemaran Sungai Cileungsi.
“Kita semua berharap para pencemar sungai diberi sanksi yang berat sehingga masalah limbah industri ini perlahan bisa teratasi,” harapnya.
Sampah bambu juga menjadi masalah besar di Sungai Cikeas. Setiap tahun selalu ada 10 hingga 20 bakiak di bagian hilir Sungai Cikeas akibat limbah bambu.
“Sekali blokade bisa mencapai 20-30 truk. Bahkan, hingga 200 truk sampah bambu tersumbat di sungai,” jelas Puarman.
Sumber limbah bambu diperkirakan 50 persen dari Kabupaten Bogor, 25 persen dari Depok dan 25 persen dari Kota Bekasi. Blokade ini dapat menyebabkan banjir dan membutuhkan kerja sama ketiga wilayah tersebut.
“Terakhir kali kami mengumumkan bahwa gerakan Sungai Cinta akan digalakkan di Bojongkulur. Jika sungai dilihat sebagai sumber bencana, sumber masalah, sekarang menjadi sumber berkah. Oleh karena itu, Bojongkukur kini telah menjadi desa wisata. Tur yang mana? Wisata air, wisata sungai. Kami komunikasikan itu ke Pak incumbent, Alhamdulillah responnya sangat baik,” ujarnya.(Fin)
Source: www.metropolitan.id
