Ada 3 Fase, Pekan Budaya Disabilitas 2022 Ngayomi Ngayemi di Desa Bantul - WisataHits
Yogyakarta

Ada 3 Fase, Pekan Budaya Disabilitas 2022 Ngayomi Ngayemi di Desa Bantul

Pekan Budaya Disabilitas 2022 kembali digelar di Desa Wisata Kebon Agung, Imogirim, Bantul mulai 28 November hingga 3 Desember 2022.

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2022.

Ada 4 Fase, Pekan Budaya Disabilitas 2022 Dukung Ngayemi Difabel di Desa BantulPresscon Pekan Budaya Disabilitas 2022, Foto: Sany/Piknikdong

Hadir dalam temu media pekan budaya difabel di Pendapa Dinas Kebudayaan DIY pada Sabtu pagi (26/11), yakni Kabid Pemeliharaan dan Pengembangan Lembaga Adat, Tradisi, Budaya dan Seni DIY, Dra. Yuliana Eni Lestari Rahayu, Kepala Dinas Kesenian DIY Drs Aryanto Hendro Suprantoro, Ketua Panitia dan Manajer Produksi Broto Wijayanto, Perwakilan Desa Wisata Kebon Agung, Bapak Patoni, dan Perwakilan Komunitas Difabel Cublik Sulistyo.

Diadakan untuk pertama kalinya sejak 2019, pekan budaya difabel tahun ini tidak akan berlangsung di pusat kota, melainkan di pinggiran.

“Pekan Budaya Disabilitas 2022 ini akan diselenggarakan di pedesaan.

Sekitar 25KM dari kota, kami ingin menghadirkan budaya yang tidak hanya terjadi di pusat pemerintahan, tetapi juga dapat menyentuh masyarakat yang jauh dari keramaian.”

kata Aryanto Hendro.

Tema Pekan Budaya Disabilitas 2022 adalah Ngayomi Ngayemi

Tema Pekan Budaya Disabilitas 2022 adalah Ngayomi Ngayemi yang melambangkan daun pohon pisang.

Dimana filosofi daun pohon pisang adalah fungsinya sebagai payung Ngayomi.

Termasuk kegiatan penyandang disabilitas dan Ngayemi dimana daun pisang bisa dijadikan wadah atau bungkus makanan yang bikin kenyang dan tenang.

“Tahun ini diadakan di desa sehingga menyentuh komunitas lain dan menciptakan inklusi dan meningkatkan ekonomi lokal.

Warga Kebon Agung yang jaga konsumsi.

Sehingga perekonomian tersentuh dan berjalan.

Juga, beberapa homestay yang meninggal kali ini karena pandemi akan dihidupkan kembali untuk Pameran Disabilitas.”

Broto Wijayanto menjelaskan.

Akan ada 3 tahap

Acara Pekan Budaya Disabilitas 2022 terdiri dari 3 tahapan. Panggung Ayom, Panggung Esem, Panggung Ayem dan satu lagi, keduanya Panggung Kasuli.

Panggung Ayom merupakan panggung utama pembukaan acara yang akan berlangsung pada 28 November 2022 pukul 15.00 WIB.

Panggung ini menggunakan tenda berukuran 30m untuk penampilan Sahabat Difabel dan Jathilan dari masyarakat.

“Masyarakat setempat sudah tertarik mengadakan pameran bagi difabel di desanya, apalagi setelah diadakan.

Semoga komunitas difabel lebih dikenal dan Desa Wisata Kebon Agung juga lebih dikenal.”

kata Patoni.

“Teman-teman penyandang disabilitas di Imogiri banyak yang tidak bisa beraktivitas dari jarak jauh.

Maka saya berinisiatif membuat wadah komunitas Sapadifa Imogiri.

Di Imogiri juga banyak penyandang disabilitas yang memiliki UMKM seperti B. Membuat Telur Asin dan Kepang.

Semoga dengan pameran disabilitas ini dia bisa memotivasi teman-teman disabilitas lainnya untuk memberi tahu mereka bahwa penyandang disabilitas bisa dan melakukan hal-hal di luar batas.”

jelas Cublik Sulistyo.

Pengunjung yang datang ke Pekan Budaya Disabilitas dapat berkeliling desa dengan sepeda motor dan gerobak kelinci yang disediakan.

Ada juga juru bahasa yang dinonaktifkan di setiap tahap.

Kegiatan lain yang bisa diikuti antara lain workshop bahasa isyarat, memasak, ecoprint, ada juga kegiatan mancing lele di selokan.

Kali ini, 60% komunitas difabel di Jogja mengikuti Pekan Budaya Difabel yaitu Nali Tari, Puser Bumi, Bawayang dan Netraband.

Terakhir digelar pertunjukan wayang bersama dalang yang juga penyandang disabilitas netra asal Gunungkidul, dan berlangsung selama 5 jam.

Kepala Balai Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Seni dan Budaya DIY, Dra. Yuliana Eni Lestari Rahayu berharap Pekan Budaya Disabilitas ini membawa dampak positif dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

“Pekan Budaya Disabilitas ini lebih unggul dari lokasi pinggiran.

Boleh saja memilih desa wisata, desa budaya atau desa lainnya, karena desa wisata juga merupakan desa yang mandiri secara budaya.

Masyarakat juga sudah mendukung kami, semoga kedepannya ada value effect positif dan muncul kemakmuran serta ide-ide kreatif.”

kata Eni.

Konferensi media Pekan Budaya Penyandang Cacat Ngayomi Ngayemi diakhiri dengan sebuah film tentang kecacatan.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button