Pemkot Surabaya membatasi jumlah orang pada acara Tahun Baru
JawaPos.com- Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur memperkirakan okupansi hotel di Kota Surabaya akan mencapai puncaknya pada akhir tahun ini. Hal ini disebabkan banyaknya acara malam tahun baru yang berlangsung di hotel tersebut.
Dwi Cahyono, Ketua PHRI Jatim, mengatakan kondisi hotel di Jatim, terutama di kota-kota besar, bagus. Kegiatan Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE) dapat meningkatkan jumlah pengunjung hotel.
“Nopember ini, tren kegiatan MICE mendominasi. Hotel dan restoran paling tinggi di bulan Desember karena banyaknya perayaan tahun baru,” ujarnya kemarin (27/11).
Menurut Dwi, warga sudah rindu merayakan tahun baru bersama keluarga, sahabat, dan kolega. Pasalnya, tahun lalu kegiatan tersebut tidak bisa dilaksanakan akibat tingginya kasus Covid 19 varian Delta. “Bahkan ada yang sudah booking tempat, tapi ternyata acara dibatalkan karena tidak mendapat izin dari Pemprov DKI,” jelasnya.
Menjelang akhir tahun hotel mulai menyelenggarakan acara. Pengelola hotel berlomba-lomba menghadirkan pesta akhir tahun yang mampu menarik ratusan pengunjung. Dwi optimistis kegiatan tersebut akan berjalan lancar. “Sejauh ini belum ada larangan pemerintah terhadap pesta malam tahun baru,” ujarnya.
Meski Surabaya sudah membaik, pemerintah kota tidak ingin pesta tahun baru menjadi pemicu munculnya virus corona. Untuk langkah proaktif, Pemkot mengatur jumlah pengunjung yang datang merayakan pergantian tahun. “Jumlah pengunjung maksimal 60-70 persen dari total kapasitas ruangan. Ini demi kenyamanan tamu agar tidak terlalu berdesak-desakan,” kata Dwi.
Jika okupansi hotel di perkotaan diperkirakan akan meningkat, akan berbeda dengan hotel di tempat wisata. Menurut Dwi, animo masyarakat untuk berwisata akhir tahun semakin berkurang menyusul banyaknya bencana alam. “Hotel di kawasan wisata akan sedikit terdampak. Minat masyarakat terhadap pariwisata tentu akan menurun,” jelasnya.
Source: news.google.com