Asal Usul Kaki Gunung Lawu di Karanganyar Disebut Tawangmangu - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Asal Usul Kaki Gunung Lawu di Karanganyar Disebut Tawangmangu – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Ribuan pengunjung memadati objek wisata Grojogan Sewu di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu (5/4/2022). (Khusus/Relawan FKMP Tawangmangu)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tawangmangu merupakan salah satu ikon wisata di Kabupaten Karanganyar. Namun, banyak yang tidak tahu mengapa kawasan di kaki Gunung Lawu ini disebut Tawangmangu.

Pemandangan alam yang indah dan suhu udara yang sejuk membuat Tawangmangu menjadi referensi populer bagi para wisatawan khususnya di wilayah Soloraya obat. Selain itu, keragaman budaya dan sejarah membuat Tawangmangu menarik. Termasuk mengapa daerah ini disebut Tawangmangu.

Promosi Rekomendasi merek jeans pria & wanita terbaik, murah banget!

Solopos.com mencoba mencari tahu asal muasal nama Tawangmangu mengutip channel Youtube OTW NGGAMBLEH, Kamis (18/8/2022). Dalam video tersebut, seorang informan bernama Sudono Salim SPd menceritakan kisah Tawangmangu.

Menurut Sudono yang dikenal sebagai penyuka sejarah, menceritakan asal-usul Tawangmangu yang kita tarik ke belakang tepatnya pada Desember 1744. Saat itulah Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa turun dari pertapaan atau ritual.

Baca Juga: Ini 5 Rekomendasi Hotel di Tawangmangu Beserta Harga Kamarnya

Saat itu, Raden Mas Said diserang oleh tentara Belanda yang bekerja sama dengan tentara Kasunanan Surakarta. Peristiwa itu terjadi di Desa Nglaroh, Wonogiri.

Raden Mas Said berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam usahanya untuk melarikan diri. Kemudian ia teringat nasehat Tumenggung Kudono Warso dan Tumenggung Suro Wijoyo untuk menuntut ilmu di Desa Sumokaton, sekarang disebut Somokado di Kecamatan Tawangmangu.

Ada dua Ki Hajar yaitu Ki Hajar Adisono dan Ki Hajar Adi Roso. Ki Hajar Adi Roso mengatakan belum saatnya Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa disebut ratu. Dia harus melakukan ritual khusus terlebih dahulu.

Setelah itu, Raden Mas Said bertapa atau kesepian di Gunung Mengadek yang saat itu masih berupa hutan belantara. Ia didampingi Tumenggung Kudono Warso dan Tumenggung Suko Wijaya. Namun ketiganya kemudian dipisahkan karena angin kencang dan hujan lebat. Keduanya tidak tahan dan bergerak sementara Raden Mas Said tetap tinggal.

Baca Juga: Inisiasi Festival Budaya Lawu di Tawangmangu Baru

Pangeran dari jiwa yang bijaksana

Raden Mas Said kemudian bertemu dengan seorang lelaki tua yang datang dengan dua pusaka. Yang satu berbentuk bendera disebut Kyai Gubro dan yang satu lagi berbentuk perisai kulit binatang yang disebut Kyai Slamet.

Setelah menerima keduanya, Raden Mas Said ingin pergi ke suatu tempat untuk menemui gurunya yaitu Ki Hajar Adiroso di Desa Sumokado. Namun ketika Raden Mas Said hendak pergi, ternyata guru itu sudah menjemputnya.

Sang guru pun berkata, “Nak, kamu akan mendapat wahyu, tetapi syaratnya kamu harus bertemu dengan pamanmu, Pangeran Mangkubumi, yang tinggal di Sukowati. [sekarang Sragen].”

Dalam perjalanan menuju Sukowati, Raden Mas Said melihat ke timur. Ia melihat pemandangan Gunung Lawu yang sangat besar dan diselimuti awan, kemudian terdiam, terpana.

Baca Juga: Inilah Jenis Kuliner Khas yang Wajib Kamu Coba Saat Ke Tawangmangu

Setelah berpikir sejenak, Raden Mas Said berkata, “Nanti kalau zaman sudah berkembang atau zaman sudah mulai penuh, akan muncul orang-orang baru, makanya saya sebut tempat ini Tawangmangu.”

Inilah sejarah singkat asal usul Tawangmangu, dimana Tawangmangu berasal dari kata “tawang” dan “mangu” yang berarti surga dan tempat yang nyaman.

Source: www.solopos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button