100 warga Wadas diam-diam menentang survei lahan untuk tambang andesit - WisataHits
Jawa Tengah

100 warga Wadas diam-diam menentang survei lahan untuk tambang andesit

TEMPO.CO, jakarta -Sekitar 100 warga Desa Wadas Kabupaten Purworejo yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (Gempadewa), melakukan aksi bungkam keliling desa yang berakhir pada Kamis, 14 Juli 2022 di Kantor Desa Wadas. Tindakan ini diambil untuk menentang upaya pemerintah untuk terus mensurvei lahan milik warga Desa Wadas sebagai lokasi penambangan andesit.

“Kami melakukan aksi diam karena kami tidak memiliki kata-kata. Kami sudah puluhan kali protes dan menempuh jalur hukum, tapi pemerintah tidak pernah mendengarkan kami,” kata Siswanto, salah satu tokoh pemuda di Desa Wadas, dalam keterangan tertulis dari Gempa, 14 Juli 2022.

Sekitar pukul 13.30 WIB, warga mulai beraksi di Dusun Randuparang. Mereka menyusuri jalan desa dan berakhir di kantor desa Wadas. Anggota gempa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan menutup mulutnya dengan selotip, simbol yang membuat mereka terdiam, topi besek, simbol tradisi perempuan Wadas yang akan hilang karena bambu adalah bahan baku pembuatannya. Besek akan mati karena penambangan dan membawa bibit tanaman sebagai simbol perlindungan alam yang konsisten.

Sementara itu, Sulimah, salah satu anggota Wadon Wadas, menjelaskan bahwa uang yang terpampang di bagian depan merupakan simbol bahwa alam sebagai anugerah Tuhan tidak dapat digantikan dengan uang. “Kami tidak dibutakan dengan kompensasi miliaran rupiah sehingga kami tega merusak alam,” kata Sulimah.

Warga juga membawa berbagai poster, antara lain “Wadas harus lestari”, “Cabut IPL Wadas”, “Penyidikan kasus kriminalisasi terhadap warga Wadas selesai” dan masih banyak lagi lainnya. Sulimah mewakili Bumidewa menjelaskan, warga Wadas juga menuntut agar aparat yang melakukan kekerasan terhadap warga Wadas pada 23 April 2021 dan 8 Februari 2022 diadili dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diminta menghentikan semua kegiatan tersebut. bentuk pengukuran dan dialog dengan masyarakat Wadas. “Kami meminta Presiden Joko Widodo untuk segera menyelesaikan kasus di Wadas,” katanya.

Setelah sampai di halaman Balai Desa Wadas, warga terdiam selama 10 menit. Enam perwakilan warga maju dan meletakkan bibit pohon di pekarangan sebagai simbol bahwa alam Wadas harus lestari. Poster mereka sekarang digantung di balai kota dengan harapan pemerintah akan membacanya. Anggota Gempa melakukan aksi bungkam ini saat Kantor Pertanahan Kabupaten Purworejo melakukan inventarisasi dan identifikasi pembebasan lahan tahap II desa Wadas. Proses pendataan lahan milik warga yang menyerahkan lahannya untuk ditambang dilakukan pada Selasa, 12 Juli hingga Jumat, 15 Juli.

Lokasi tambang andesit sendiri akan merampok warga sekitar 146 hektare lahan di Perbukitan Wadas. Batu tersebut akan digunakan untuk pembangunan Bendungan Bener yang ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) yang juga berlokasi di Purworejo. “Tindakan ini merupakan bentuk sikap kami bahwa masyarakat Wadas tidak akan menerima pembayaran ganti rugi, kami tetap menentang rencana pemerintah untuk menambang batu andesit di lahan pertanian kami,” kata Siswanto.

Dijelaskannya, Bumidewa masih tabah menjaga alam Desa Wadas karena mengingat ajaran para Kyai di Desa Wadas. Penambangan merusak alam dan kewajiban menjaga alam harus dipenuhi seperti kewajiban umat Islam untuk shalat. “Sesepuh Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy’ari pernah berkata bahwa petani adalah penolong tanah. Jika kami petani di Desa Wadas kehabisan lahan, kami tidak bisa memenuhi fungsi kami membantu lahan ini dengan memproduksi berbagai produk pertanian,” ujarnya.

Baca juga: Kronologis Perlawanan Warga Wadas Belum Berhenti Sejak 2013

Source: nasional.tempo.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button