Penyebab Matahari “Datang Terlambat” di Kampung Heubeul Isuk Bandung - WisataHits
Jawa Barat

Penyebab Matahari “Datang Terlambat” di Kampung Heubeul Isuk Bandung

bandung

Suara ayam di pagi hari membangunkan warga Kampung Heubeul Isuk, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Suasana asri di desa jauh dari hiruk pikuk kota.

Penduduk desa bagian timur tidak bisa menikmati matahari seperti masyarakat pada umumnya. Matahari di desa baru muncul pada siang hari.

Desa Heubeul Isuk di wilayah timur terletak di atas bukit yang cukup tinggi. Artinya, mayoritas penduduk di sebelah timur desa hanya terlambat datang ke sinar matahari.

Seorang warga Desa Heubeul Isuk, Jajang, 48 tahun, mengungkapkan warga di wilayah timur Desa Heubeul Isuk memiliki kebiasaan unik. Kebiasaannya adalah menjemur pakaian di siang hari.

“Saat orang mengeringkan pakaiannya, mereka suka berada di sini jam 10 pagi. Jadi mereka mencucinya di pagi hari, mereka baru menjemurnya di sore hari. Tapi ada juga yang langsung dijemur di pagi hari.” Tapi matahari juga menyinari siang,” kata Jajang saat ditabrak detikJabar, Sabtu (12/3/2022).

Pihaknya menjelaskan, kondisi tersebut berbeda dengan warga Kampung Heubeul Isuk yang berada di bagian bawah atau di wilayah barat. Desa-desa yang lebih rendah dapat menerima matahari pada pukul 08.00 WIB.

“Di desa Heubeul Isuk turun jam 8, saya juga bisa moyan (berjemur). Untuk yang paling atas, matahari akan ada mungkin sekitar jam 10 atau 11 siang,” ucapnya.

“Ya itu benar. Di sini matahari jarang bersinar saat fajar. Tapi di sini matahari muncul sekitar jam 10 pagi,” imbuhnya.

Dia mengatakan bahwa kejadian unik terjadi pada malam hari. Menurutnya, kawasan itu masih terang benderang pada malam hari.

“Maka bahkan saat matahari terbenam masih seperti siang di sini. Jadi jam 6 sore di sini masih terang. Soalnya di sana atau ke barat, belum menutupi gunung atau apa, jadi mataharinya masih ada,” ujarnya.

Jajang mengaku tinggal di kawasan itu sejak 1998. Dia pindah ke daerah itu karena dia menikah dengan penduduk lokal di desa.

“Iya saya dapat info dari istri saya, mertua saya juga suka ngobrol seperti ini. Tapi selama saya dari tahun 1998, ya memang begitu,” bebernya.

Ia menjelaskan, mayoritas masyarakat di desa tersebut adalah petani. Namun saat ini, beberapa warga yang sedang berkembang memiliki kawasan konveksi.

“Mayoritas di sini dulunya adalah petani. Sekarang ada beberapa yang bekerja atau membuat konveksi mandiri. Ya, ada sekitar 10 konveksi lain di desa ini,” ujarnya.

Penyebab matahari “terlambat” di Heubeul Isuk

Sementara itu, Kepala Urusan Umum Desa Sukajadi Imas Rahayu Sukmana membenarkan bahwa matahari bersinar terang di desa tersebut pada siang hari. Menurut dia, hal itu disebabkan adanya penahan oleh sebuah bukit bernama Heubeul Isuk.

“Matahari masih bersinar seperti yang lainnya. Hanya saja saat matahari bersinar, kawasan tersebut tertutupi oleh Bukit Heubeul Isuk. Di daerah ini juga banyak tanaman bambu,” kata Imas saat ditemui detikJabar di dalam kantornya.

“Jadi memang Desa Cileutik agak terang, tapi Heubeul Isuk belum. Dulu ada istilah heubeul isuk yaitu pagi yang panjang. Masalahnya, matahari itu lama sekali muncul,” imbuhnya.

Imas mengatakan, ratusan orang tinggal di Desa Heubeul Isuk. Menurutnya, data tersebut meningkat dibandingkan beberapa tahun terakhir.

“Jumlah KK di Desa Heubeul Iruk sekitar 91 KK. Kemudian jumlah laki-laki sekitar 166 orang, kemudian jumlah perempuan 146 orang, sehingga totalnya sekitar 312 orang. Jadi datanya berdasarkan RT dan RW,” ujarnya.

Katanya dulu tidak seramai sekarang. Apalagi saat kakeknya masih di kampung.

“Setahu saya dulu ada beberapa karena kakek saya juga tinggal di sana. Ya, dulu ada beberapa rumah di sekitarnya, hanya yang paling tua. Makin banyak, pasti makin banyak, karena istilahnya punya anak,” jelasnya.

“Sekarang saya berusia 51 tahun, ketika saya masih kecil tidak banyak rumah kaya di sana. Jadi saya tinggal di Kampung Cileutik, sebelah kampung Heubeul Isu,” pungkasnya.

(enak enak)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button