Wisata alam Dung Tungkul, surga di pinggiran Semarang - WisataHits
Jawa Tengah

Wisata alam Dung Tungkul, surga di pinggiran Semarang

semarang – Perkembangan destinasi wisata baru atau objek wisata perintis di kota Semarang semakin memperkaya khasanah wisata yang layak dikunjungi.

Wisata Alam Dung Tungkul yang terletak di kawasan RW 10 Desa Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang ini bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang menyukai wisata berbasis alam.

Wisata Dung Tungkul yang baru dibuka pada Agustus 2022 memberikan sensasi berbeda karena jauh dari hiruk pikuk kebisingan kota.

Selain wisata alam, Dung Tungkul juga menyajikan masakan tradisional yaitu aneka olahan makanan khas tempo dulu, dengan pilihan yang beragam.

Antara lain pecel gendar, nasi pecel, gethuk, tiwul, pisang rebus, singkong rebus, jagung rebus, wedang wuwuh, jahe dan aneka jajanan dari kebun warga setempat dengan sistem pembayaran dengan “kepeng” (uang logam), per kepeng seharga tiga ribu rupiah.Pengunjung Wisata Alam Dung Tungkul menikmati aliran Sungai Babon dalam cuaca cerah.

Untuk wisata alam sendiri, Dung Tungkul sedang menjajaki Sungai Babon untuk menjadi tujuan wisata para penggemar river tubing atau sekedar iseng (bermain air) dengan keamanan yang diperhitungkan pengelola dari bahaya banjir dari kawasan Ungaran yang mungkin saja datang. dari waktu ke waktu.

Selain itu, latar belakang pemandangan Gunung Ungaran terlihat begitu indah bagi para fotografer amatir sehingga dapat dijadikan oleh-oleh bersama keluarga sebagai alternatif wisata alam bagi warga kota Semarang.

Saat ditemui Isnur Hendratno, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dung Tungkul, ditemui awak media satujuang.com, ia mengatakan ide ini berawal dari keinginan untuk mendongkrak perekonomian masyarakat pasca pandemi Covid-19.

Bersama Ketua RW 10 Kumaidi dan masyarakat, Isnur mengatakan pihaknya telah menyulap lahan di bantaran Kali Babon yang langsung terhubung dengan Gunung Ungaran.

Secara gotong royong, Pemkot membuka lapak atau lapak yang diperuntukkan bagi warga sekitar.

“Ada beberapa potensi sumber daya alam di sini yaitu makam Mbah Kyai Abdul Mukthi dan potensi alam berupa Sungai Babun yang jika dikelola dengan baik,” kata Isnur, Senin (22/10/22) siang disertai gerimis dan Makanan, kopi panas dan makanan dari kebun warga, menceritakan kisah awal dibukanya wisata alam Dung Tungkul.

Gayung juga menyambut antusias warga Isnur, dan ide Kumaidi mendapat dukungan dari warga sekitar untuk gotong royong membersihkan lahan dan membangun warung yang terbuat dari bambu dan atap jerami kering dengan nuansa pedesaan yang sangat kental.

Isnur mengatakan, sebelum membuka lapak, warga terlebih dahulu mendapat pembekalan mengenai konsep barang yang akan dijual di landmark kawasan wisata Dung Tungkul tersebut dengan menggandeng instansi yang terkait dalam pengolahan makanan.

“Jadi konsep kami tradisional. Artinya, warga yang berjualan tidak boleh mengubah lokasi yang menjadi ciri khas atau ciri yang sudah ada, serta makanan tradisional yang melambangkan kearifan lokal. Ya, ini tokonya, semua terbuat dari bahan alami seperti bambu dan jerami kering, menyajikan makanan tradisional dari masa lalu,” katanya.

Isnur berharap dibukanya wisata religi dan alam di Desa Meteseh ini dapat menjadi alternatif wisata di Kota Semarang dengan konsep kearifan lokal, baik secara budaya maupun ekonomi bagi warga sekitar Dung Tungkul.

Kumaidi, Ketua RW 10 Desa Meteseh, berbagi ide pendirian Kampung Tematik Dung Tungkul untuk membantu warga yang memiliki potensi untuk memulai usaha kecil-kecilan namun tidak memiliki lahan lagi untuk dijual.

“Karena masih banyak calon warga yang ingin berjualan tapi tidak punya tempat, akhirnya kami bawa ke sini dengan nama Kampung Tematik Dung Tungkul,” ujarnya.

Dengan mengusung tema Kampung Dung Tungkul, Kumaidi dan Isnur berharap ke depan bisa mendongkrak perekonomian warga dengan menjual makanan olahan tradisional yang melambangkan kearifan lokal.

Beberapa hasil pengelolaan pariwisata adalah memperbaiki sarana dan prasarana situs Dung Tungkul agar lebih tertata dengan segala fasilitas yang diperlukan seperti daya tarik wisata. (merah/hdi).

Source: www.satujuang.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button