Walhi Ungkap Peruntukan Lahan Pertanian Jateng Dengan Perubahan Fitur - Solopos.com - WisataHits
Jawa Tengah

Walhi Ungkap Peruntukan Lahan Pertanian Jateng Dengan Perubahan Fitur – Solopos.com

Walhi Ungkap Peruntukan Lahan Pertanian Jateng Dengan Perubahan Fitur – Solopos.com

SOLOPOS.COM – Ilustrasi lahan pertanian di Jawa Tengah. (Solopos.com/Magdalena Navriana Putri).

Solopos.com, SEMARANG – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebut, dari 1.000 hektare lahan pertanian di Jawa Tengah (Jawa Tengah) yang telah dikonversi, sebagian besar digunakan untuk perumahan. Sedangkan sisanya digunakan sebagai pertambangan hingga lahan industri, hal ini mengancam stabilitas pangan.

Manajer Advokasi Kampanye Walhi Jateng, Iqbal Alma Gofani mengatakan alih fungsi lahan terjadi merata di 35 kabupaten/kota. Meski merata, pihaknya belum bisa merinci rata-rata luas lahan yang memiliki fungsi alternatif.

Special Offers Penawaran spesial yang menarik, menginap di Loa Living Solo New Bisa nonton Netflix sepuasnya!

“Rata-rata [masing-masing kabupaten/kota], kami belum menyatukan infografis besarnya. Juga, sumber sulit ditemukan dan Anda tidak dapat mengakses dokumen dari BPN [Badan Pertanahan Nasional] dll. Maka sudah waktunya [data alih fungsi lahan dari pemerintah] bahkan tidak meluas dan sebagainya. Jadi sulit bagi kami untuk menganalisisnya. Namun yang jelas ada pemerataan fungsi lahan,” kata Iqbal Solopos.com, Selasa (31/1/2023).

Pos tunggal EMagz

Meski tidak merinci luas lahan pertanian yang dikonversi di setiap kabupaten/kota di Jawa Tengah, Iqbal memperkirakan peruntukannya beragam mulai dari pertambangan, kawasan industri, infrastruktur hingga perumahan. “Jadi ancaman pangan itu nyata. Ini sudah mulai mengurangi pasokan pangan, pada akhirnya kita harus mengambil daerah lain, bahkan ke luar negeri [impor],” jelasnya.

Selain itu, berdasarkan pengamatan terakhir dari Walhi Jawa Tengah, alih fungsi lahan lebih banyak terjadi di daerah atas atau perbukitan. Kondisi ini juga membuat daerah yang lebih rendah atau dataran rendah rentan terhadap risiko bencana seperti banjir dan tanah longsor serta investasi besar-besaran di kawasan industri.

“Jika Anda melihatnya, itu hampir merupakan area pertambangan [dataran tinggi atau daerah atas]. Selain itu, industri dan sebagainya, terutama relokasi [pabrik] dari Jakarta ke Jawa Tengah juga besar. Misalnya di Cilacap akan ada industri baru, nanti bagian pesisir akan habis,” ujarnya.

Walhi pun mengaku tak banyak yang bisa dilakukannya untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian yang menjadi lumbung pangan Jawa Tengah. Karena politik tergantung pada pembuat kebijakan masing-masing di setiap daerah.

Solopos interaktif

“Itu kembali ke pemegang bola, yaitu pemerintah. Kami hanya bisa mengatakan dalam konsultasi publik bahwa keadaan Jawa adalah bencana besar, baik krisis hutan, pangan, air dan sebagainya. Kami hanya bisa memberi tahu pemerintah apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Harapannya, pemerintah lebih peka terhadap krisis lingkungan,” ujarnya.

iklan

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button