Tradisi Apitan, kearifan lokal dalam menyambut Idul Adha di Jawa Tengah - WisataHits
Jawa Tengah

Tradisi Apitan, kearifan lokal dalam menyambut Idul Adha di Jawa Tengah

KOMPAS.com – Tradisi Apitan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan masyarakat di Jawa Tengah menjelang perayaan Idul Adha.

Pelaksanaan tradisi Apitan biasanya dilakukan setiap bulan Apit dalam sistem penanggalan Jawa atau bulan Dzulqa’dah dalam penanggalan Hijriah.

Baca Juga: Grebeg Besar, Tradisi Berebut Gunungan di Keraton Yogyakarta dalam rangka memperingati Idul Adha

Dinamakan bulan Apit juga karena letaknya yang berada di antara dua hari raya Islam yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.

Baca Juga: Grebeg Besar Demak, Tradisi Menjelang Idul Adha di Masjid Raya Demak

Pelaksanaan tradisi Apitan telah berlangsung di beberapa daerah, khususnya di Jawa Tengah, selama ratusan tahun.

Baca Juga: Manten Sapi, Tradisi Unik Masyarakat Pasuruan Jelang Idul Adha

Ada berbagai bentuk pelaksanaan tradisi Apitan, namun secara umum lebih dikenal dengan sedekah bumi.

Arti dari tradisi Apitan adalah sebagai bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa atas karunia hasil bumi yang dinikmati.

Meskipun tidak diketahui kapan pertama kali dilakukan, diyakini bahwa tradisi ini diperkenalkan oleh Wali Songo pada masa penyebaran Islam di Jawa.

Wali memasukkan unsur Islam dan memodifikasi tradisi yang dianut oleh masyarakat sebelumnya agar masyarakat juga tertarik untuk menganut agama Islam.

Seperti dilansir situs Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, tradisi Apitan memiliki makna yang dalam sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara umum, tradisi Apitan diisi dengan kegiatan pengajian dan penyelesaian Al-Qur’an.

Kemudian tradisi tersebut dipadukan dengan berbagai kegiatan kesenian seperti rebana, ketoprak atau wayang kulit.

Bentuk budaya wayang kulit ini merupakan salah satu peninggalan kegiatan syiar yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga semasa hidupnya.

Karnaval budaya dan sesaji larung juga digelar di beberapa tempat bagi warga pesisir.

Seperti pada tradisi Apitan di Kampung Panjang, Desa Manyaran, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang yang berbentuk panggung sederhana dan menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit serta menyajikan berbagai macam makanan tradisional.

Ada juga tradisi yang dilakukan oleh warga pantai utara Tambak Bulusan, Karangtengah, Demak dengan melempar sesaji berupa gunungan tumpeng di pantai Istanbul.

Selain itu, di Desa Wisata Penadaran, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah terdapat karnaval budaya apitan yang terdiri dari berbagai prosesi seperti Nawu Sendang, Tayub Jembangan, Tayub Cah Angon, Bale Ngubengi, Karnaval Bregodo dan pentas seni.

Kemudian di Desa Sumber Jatitree, Kabupaten Grobogan, tradisi Apitan dilestarikan dalam bentuk arak-arakan gunung yang dilombakan usai sholat berjamaah.

Tradisi Apitan yang lestari seringkali menarik perhatian masyarakat karena menunjukkan masih adanya upaya melestarikan tradisi yang selama ini dilupakan oleh banyak orang.

Sumber:
jadesta.kemenparekraf.go.id
jatengprov.go.id
manyaran.semarangkota.go.id
tourism.demakkab.go.id
rri.co.id
travel.kompas.com

dapatkan pembaruan pesan yang dipilih dan berita terbaru setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update” caranya klik link lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: regional.kompas.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button