Tips melintasi SpongeBob Rise di Lembang - WisataHits
Jawa Barat

Tips melintasi SpongeBob Rise di Lembang

Bandung Barat

Kawasan Wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) selalu menjadi destinasi liburan yang digemari para wisatawan. Selain menggunakan jalur transportasi utama untuk menuju kawasan wisata Lembang, Anda bisa menggunakan beberapa jalur alternatif.

Namun di setiap jalur alternatif ada tanjakan yang menantang untuk dilalui. Salah satunya adalah SpongeBob Bangkit.

SpongeBob Rise merupakan tanjakan ekstrim di Jalan Bukagara, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, KBB. Pendakian tersebut merupakan jalur alternatif dari Lembang menuju Bandung melalui Punclut.

Tanjakan yang terjal dan sempit memaksa pengendara baik mobil maupun sepeda motor yang ingin melintasi jalur ini harus ekstra hati-hati jika tidak ingin terlibat kecelakaan.

“Banyak turis yang datang ke sini, terutama saat musim liburan. Banyak yang terjadi di sini sejak liburan Natal kemarin, apalagi besok saat malam tahun baru pasti akan lebih ramai lagi,” kata Rafly (22), pemuda setempat berbincang dengan detikJabarKamis (29/12/2022).

Kalau berbahaya, bagaimana cara mendaki tanjakan tersebut? Dia memberikan tip kepada pengendara yang ingin menegosiasikan tanjakan SpongeBob. Mulai dari mematikan pendingin atau AC, naik gigi 1 untuk mobil manual, dan yang terpenting percaya diri.

“Kalau mau lewat sini matikan AC, pakai gigi 1 atau kalau otomatis harus jalan kaki. Tapi yang penting aman, tetap bismillah dulu,” kata Rafly.

Sementara dia dan anak muda lainnya berbagi peran. Ada yang berfungsi sebagai pemacu, pemacu, atau pengemudi cadangan bagi pengendara yang enggan melintasi tanjakan.

“Ada juga yang di atas, soalnya banyak juga yang mau turun dari atas. Kalau nanti Perwis di tengah sama-sama, bisa masuk ke taman di sebelah kiri,” ujar Rafly.

“Kalau macet banyak, ada penjaga di tengah, kalau tidak bisa naik akan diblokir. Kemudian penumpang diminta turun terlebih dahulu. Jika pengemudi tidak bisa, seseorang dapat menggantikannya,” tambahnya.

Sedangkan untuk driver cadangan, Rafly adalah salah satunya. Ia sendiri sudah menjadi “sosok penjaga” di lereng selama empat tahun.

“Biasanya saya punya, jadi dari bawah drivernya perempuan atau perempuan biasanya saya ragu, makanya saya tanya bisa diantar apa tidak. Saya biasanya nyetir 4 kali sehari. Tuhan.” , nggak apa-apa juga,” kata Rafly.

Bagi Rafly dan anak muda lainnya, kebangkitan Spongebob adalah sumber rezeki. Karena kendaraan wisata yang lewat menyisihkan sedikit uang untuk jasanya mengatur lalu lintas.

“Alhamdulillah Karang Taruna dapat jajanan dengan membantu mengatur lalu lintas disini, kalau tidak diatur akan macet. Sebelum COVID-19, selama liburan Tahun Baru, saya mendapat 1 juta rupee per hari. Alhamdulillah sudah dibagikan,” kata Rafly.

Pengemudi dan polisi mengatakan tentang jalan SpongeBob

Nasihat penjaga muda di lereng bukit terbukti efektif. Salah satunya dipraktikkan Riki (23), warga Cileunyi. Lereng itu kerap ia lewati saat ingin mengunjungi kerabatnya di Kayuambon, Lembang.

“Memang tanjakannya ekstrem, kalau salah hitung malah mundur lagi. Yang terpenting sebenarnya adalah mentalitas,” kata Riki.

Karena dari bawah, pengemudi harus yakin untuk meratakan tanjakan. Jangan ragu tancap gas, malah penuh perhitungan. Matikan AC dan ayunkan.

“Di bawah kru harus benar, gas diatur, jangan ragu. Kalau di tengah kurang kuat, kita pengendara jangan panik. Penumpang juga akan panik. Pulang pelan-pelan”, kata Riki.

Memang bagi polisi, keberadaan SpongeBob Rise merupakan jalur alternatif untuk mengurai kepadatan kendaraan wisata di jalan arteri tersebut. Namun, tidak disarankan untuk menyeberang saat musim hujan.

“Memang jalan ini menanjak kalau mau ke Punclut, jadi sebenarnya tidak terlalu direkomendasikan kalau tidak tahu jalurnya,” kata Kanit Lantas Polres Lembang AKP Asep Ratman.

Untuk melintasi jalur tersebut, pihaknya mengimbau pengemudi agar terampil dan tidak memuat kendaraan dengan penumpang terlalu banyak.

“Pengemudi harus terampil, dia harus bisa membuat keputusan. Kemudian yang paling penting adalah penumpangnya tidak benar-benar kelebihan beban. Berbahaya bukan hanya di tanjakan, tapi juga di jalan biasa jika penumpang kelebihan muatan,” kata Asep.

(enak/sendok)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button