Tantangan Mangrove Sampah Sungai di pantai Kulon Progo - WisataHits
Yogyakarta

Tantangan Mangrove Sampah Sungai di pantai Kulon Progo

KULON PROGO, KOMPAS.com – Sampah masih menjadi salah satu tantangan utama warga dalam pelestarian dan pengembangan kawasan mangrove di sisi barat muara Sungai Bogowonto, kawasan Pantai Pasir Kadilangu.

Situs tersebut berada di kawasan Kalirahan Jangkaran, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sampah terbawa air ke hulu sungai kemudian keluar dari muara. Masih banyak yang terjebak di hutan bakau.

Banyak mangrove baru yang menjadi korban dan mati. Oleh karena itu, keberhasilan penanaman di sini tidak tinggi.

Baca Juga: Euforia HUT RI, Bendera Merah Putih Berkibar di Jembatan Bambu Penghubung Kulon Progo – Bantul

“Empat orang hidup dan enam orang tewas tertimpa sampah,” kata sekretaris Kelompok Tani Mangrove Pasir Kadilangu (TMPK) Finda Timur Windarto saat ditemui di kawasan wisata mangrove Pantai Pasir Kadilangu, Rabu (10/8/2022).

Sampah datang dari waktu ke waktu, biasanya saat hujan dan banjir di hulu sungai, kemudian membawa sampah keluar dari muara. Beberapa sampah bisa tersangkut di pohon bakau.

TMPK berupaya untuk terus melestarikan dan mengembangkan mangrove di lokasi ini.

Menurut Finda, tanaman itu sudah ada sejak 1993. Penanaman pertama dilakukan oleh civitas akademika Universitas Gadjah Mada.

Kawasan mangrove terus berkembang hingga saat ini. Banyak instansi, dunia usaha, dan kelompok masyarakat juga telah menanam pohon serupa di sana.

Menurut Finda, penanaman paling sukses terjadi pada 2007, di mana lebih dari 70 persen bertahan hingga hari ini.

Tiga jenis mangrove telah berkembang di daerah ini yaitu Api-api atau Avicennia, Nipah hingga sebagian besar Rhizophora yang ditandai dengan akar yang menjulur ke dalam tanah.

Kadang-kadang kita juga menemukan pohon Sonneratia, yang buahnya tampak bulat.

“Semuanya (ditanam) di alur sungai ini hidup,” kata Finda.

Kawasan mangrove terletak di Sungai Kalipasir, anak sungai Bogowonto.

Sungai-sungai kecil ini bertemu di dekat muara Bogowonto. Pepohonan yang rimbun di sana kini semakin bagus dan menarik wisatawan.

Pasir Kadilangu berkembang menjadi tempat wisata. Banyak wisatawan yang datang di akhir pekan untuk menikmati suasana dari jembatan bambu.

Kegiatan ini berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar. Kelompok tani mangrove terdiri dari 33 orang.

Mereka juga bekerja di sekitar kolam kepiting.

Mereka menargetkan menanam hingga 50.000 bibit di muara sungai.

Mereka mengambil bibit dari mangrove yang ada, membuat pembibitan sendiri dan siap ditanam kapan saja.

“Hanya 40.000,” kata Finda.

Humas TMPK Matsue mengatakan, sampah memang menjadi salah satu tantangannya.

“Pada tahun 2006, jembatan di sini hampir ambruk karena terdorong oleh sampah,” kata Matsue.

Namun tantangan lain, kata dia, muara sungai ditutup saat musim kemarau.

Akibatnya, air mengalir ke dusun dan menenggelamkan pemukiman, merusak hutan bakau dan tambak.

Baca Juga: BERITA FOTO: Ribuan Bendera Merah Putih Membagi Sawah di Kulon Progo

Yang terburuk adalah ketika muara ditutup selama tujuh bulan beberapa tahun lalu. Air tidak mengalir ke laut.

“Akar bakau kami membusuk,” kata Matsue.

Karena itu, Matsue bersyukur pemerintah mengupayakan normalisasi berupa dermaga dan pemecah gelombang di muara Bogowonto. Proyek ini masih berlangsung.

“Jadi tidak ada lagi siklus tahunan muara yang tertutup. Dulu, kawasan ini tergenang saat banjir,” katanya.

“(Dengan estuari control) air bisa mengalir jauh langsung ke laut, sampah tidak lagi menumpuk di muara,” kata Matsue di sela-sela kegiatan penanaman mangrove PT Angkasa Pura I (Persero).

sabuk hijau YIA

General Manager AP I Yogyakarta International Airport (YIA) Agus Pandu Purnama mengungkapkan perlunya kesiapsiagaan bencana bagi YIA di berbagai sisi.

Termasuk di bagian selatan dimana terdapat desa seperti Karangwuni, Jangkaran dan Glagah.

Oleh karena itu, program realisasi dilaksanakan sabuk hijau atau jalur hijau di sisi selatan mulai dari Pasir Kadilangu, Jangkaran.

Pandu mengatakan YIA membagikan ribuan bibit pohon untuk ditanam, antara lain mangrove, udang pinus, anggur laut, dan pandan laut.

Semua melalui dana CSR yang padat karya.

“Kami akan memastikan bahwa seribu pohon harus tumbuh. Kami bekerja sama dengan kelompok tani di tiga desa,” kata Pandu.

Baca Juga: BERITA FOTO: Ribuan Bendera Merah Putih Membagi Sawah di Kulon Progo

Kelompok tani desa merawatnya sampai tumbuh dan berkembang.

“Diharapkan pohon menjadi reduktor jika terjadi tsunami,” kata Pandu usai melakukan penanaman bibit mangrove di Pantai Pasir Kadilangu, Rabu pagi.

Direktur Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta Muhammad Wahyudi menilai pentingnya jalur hijau yang baik di pesisir selatan Kulon Progo.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah termasuk menanam pohon seperti sekarang ini.

“Secara teknis dimungkinkan untuk menggunakan pemecah gelombang, tetapi biayanya banyak. Sedangkan menanam pohon lebih murah dan ramah lingkungan,” kata Wahyudi yang juga terkesima usai menanam mangrove.

dapatkan pembaruan pesan yang dipilih dan berita terbaru setiap hari dari Kompas.com. Jom join grup Telegram “Kompas.com News Update” caranya klik link lalu join. Anda harus terlebih dahulu menginstal aplikasi Telegram di ponsel Anda.

Source: regional.kompas.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button