Solo Valley Works, mega proyek pemerintah untuk mengatasi banjir di Jawa Tengah - WisataHits
Jawa Timur

Solo Valley Works, mega proyek pemerintah untuk mengatasi banjir di Jawa Tengah

Sungai Solo | © Commons Wikimedia

Pemerintah Hindia Belanda pernah memprakarsai Pekerjaan Lembah Solo, proyek ini menjadi penahan banjir, dan pembangunan jaringan irigasi termahal setelah Perang Jawa, namun usaha mulia ini sayangnya gagal.

Pada akhir abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda memprakarsai proyek Solo Valley Werken, yaitu program pengendalian banjir dan pembangunan jaringan irigasi yang membentang dari Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Surabaya.

Menurut Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bojonegoro, lahan Lembah Solo yang melintasi empat kabupaten itu memiliki luas total 160.000 hektar. Sekarang tanah milik negara sebagian dikelola oleh kotamadya untuk pertanian, perkebunan dan perikanan darat.

Mudji Hartono Wujud politik etis di Bojonegoro dalam kajian sosial ekonomi awal abad XX (2014) menjelaskan bahwa tujuan utama dari proyek besar tersebut adalah untuk menghentikan penumpukan pasir Wegast.

Rahasia Onggo-Inggi, siluman air yang tinggal di Bengawan Solo dan sering meminta korban

“Modifikasi jalur laut kecil untuk memungkinkan kapal melewati pelabuhan Surabaya,” katanya.

Mudji mengatakan proyek itu muncul mengikuti kebijakan etis atau politik salahmu (penghargaan) kepada negara jajahan yang disampaikan oleh Ratu Wilhelmina dalam pidato pembukaannya di Parlemen Belanda.

Ia mengatakan bahwa di akhir era sistem liberal, pemerintah kolonial Belanda memiliki kewajiban moral yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat kolonial. Karya Lembah Solo juga dipandang sebagai bukti keseriusan pemerintah Belanda.

“Pembenahan sistem irigasi di Bojonegoro merupakan bagian dari implementasi kebijakan kesejahteraan. Pembangunan infrastruktur irigasi dan peningkatan sistem rekayasa irigasi di Bojonegoro cukup luas dan biayanya sangat tinggi,” jelasnya.

proyek membengkak

Mudji mengatakan pembangunan irigasi Pekerjaan Lembah Solo tidak berdiri sendiri tetapi terintegrasi dengan pembangunan infrastruktur irigasi lainnya. Ini termasuk pembangunan waduk, bendungan dan kanal.

Pembangunan infrastruktur ini dimulai pada tahun 1905. Sejumlah waduk yang telah dibangun antara lain Waduk Tlogo Haji, Waduk Koedoer, Waduk Pengantin, Balong Soembak, Pirang, Plesoengan, dan Pacak. dan Waduk Kerjo.

Ada lebih dari 17 bangunan infrastruktur irigasi seperti waduk, bendungan dan kanal. Angka ini menunjukkan bahwa perbaikan teknis sistem irigasi lebih banyak dibandingkan daerah lain di Karesidenan Rembang.

Dalam catatan Mudji, proyek tersebut disebut-sebut sebagai proyek termahal pemerintah Belanda setelah Perang Jawa. Pemerintah kolonial awalnya memperkirakan 19 miliar gulden, tetapi kemudian tumbuh menjadi 38 miliar gulden.

Story Today (1 Oktober 1917) – Vokal, Maestro Keroncong Indonesia

Kenaikan biaya ini karena proyek tersebut akan dilengkapi dengan pembangunan saluran irigasi di kawasan lembah Sungai Bengawan Solo. Khususnya di Bojonegoro.

“Saluran itu hanya bisa mengairi sawah petani di Surabaya utara,” tulis Mudji.

Selain itu, biayanya berlipat ganda. Waktu pengerjaannya pun memakan waktu lebih lama, tidak seperti perkiraan semula, yakni sekitar 7-8 tahun, bahkan lebih lama hingga akhirnya terhenti.

Tidak aktif

Mengutip dari artikel Aw. Syaiful Huda, peneliti Poverty Resource Center Initiative (PRCI) pos soloJaringan irigasi Lembah Solo dirancang untuk saling terintegrasi.

Seperti Waduk Pacal yang sudah tergabung dalam Kanal Lembah Solo atau jaringan lainnya. Namun, Syaiful menyayangkan setelah Indonesia merdeka, kanal tersebut tidak berfungsi dengan baik, bahkan terbengkalai.

Menurutnya, bencana banjir dapat diminimalisir jika terus dilakukan dan bekerja secara optimal. Wilayah selatan yang sering dilanda krisis air terutama pada musim kemarau juga akan mampu memenuhi kebutuhan air bersihnya.

Artis Korea dengan bangga menyanyikan lagu Bengawan Solo

“Bahkan, saya membayangkan jika dikembangkan dengan baik, Jaringan Irigasi Lembah Solo dapat menjadi aset baik wisata alam maupun wisata sejarah. Bojonegoro bisa seperti kota-kota di dunia yang memiliki sungai-sungai indah yang membelah dan berada di tengah kota (kabupaten),” tulisnya.

Dia kemudian menjelaskan jika Lembah Solo benar-benar sudah selesai saat itu. Dimana sungai ini dikelola dengan baik airnya jernih dengan rumpun pohon dan bebatuan yang indah.

Syaiful meyakini Bojonegoro akan seperti kota Giethoorn dan Amsterdam (Belanda) dan Stockholm (Swedia) atau seperti Kanal Rideau di Ottawa (Kanada). Lembah Solo juga bisa menjadi magnet, memicu pertumbuhan ekonomi daerah.

“Tapi sayang sekali, sekali lagi sebagai sebuah kata, itu layu sebelum berkembang,” tulisnya.

Source: www.goodnewsfromindonesia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button