Sejarah Masjid Sultan Riau, Masjid Albumen di Pulau Penyengat - WisataHits
Yogyakarta

Sejarah Masjid Sultan Riau, Masjid Albumen di Pulau Penyengat

Sejarah Masjid Sultan Riau, Masjid Albumen di Pulau Penyengat

TRIBUNJOGJA.COM – Kepulauan Riau (Kepri) memiliki banyak destinasi wisata yang berpotensi untuk dikembangkan, mulai dari alam, budaya, sejarah hingga religi.

Salah satu destinasi wisata unggulan yang wajib dikunjungi adalah Masjid Sultan Riau di kota Tanjungpinang di Pulau Penyengat.

Selain arsitektur masjid yang unik, daya tarik lain tempat ibadah umat muslim ini adalah penggunaan putih telur sebagai bahan komposit untuk pembangunan masjid.

Tetua adat Pulau Penyengat, Raja Al Hafiz mengatakan, Masjid Sultan Riau dibangun pada tahun 1832, sehingga belum ada semen. Oleh karena itu campuran perekat yang digunakan dalam pembangunan masjid menggunakan pasir, tanah liat, kapur dan protein.

“Mengapa menggunakan putih telur? Sultan Mahmud biasa meminta bantuan kepada seluruh masyarakat pulau untuk bisa membantu dalam bentuk bantuan apapun, baik itu tenaga kerja, makanan, ikan dan sebagainya,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (1/6/ 2023).

Namun, kata Hafiz, bantuan utama yang diberikan kepada masyarakat saat itu adalah telur yang bisa dimakan para pekerja.

“Karena telur terlalu banyak dan tidak bisa dimakan utuh, para pekerja hanya makan kuning telurnya saja. Jadi putih telurnya dibuang,” ujarnya.

Hafiz mengatakan, seorang arsitek yang melihat putih telur dibuang muncul ide untuk menggunakan putih telur sebagai campuran perekat pengganti semen.

Arsitek mempraktikkan idenya dengan mencampurkan pasir, tanah liat, kapur, dan putih telur.

Tak disangka, pencampuran putih telur dengan sejumlah bahan tersebut menghasilkan perekat yang kuat pada bangunan masjid.

“Kalau orang Singapura melihat kita punya paspor dari Pulau Penyengat saat kita berkunjung ke sana, pasti akan memanggil kita dari ‘Masjid Telor’,” katanya.

Hafiz mengatakan, Masjid Sultan Riau dibangun berkat gotong royong semua orang, baik dari kerajaan maupun dari masyarakat, termasuk laki-laki dan perempuan.

“Sebelumnya masjid di Pulau Penyengat ini dibangun pada tahun 1803. Tapi dulu masjid ini kecil dan di tepi laut,” ujarnya.

Oleh karena itu, Masjid Sultan Riau direlokasi seiring dengan perkembangan pusat pemerintahan saat ini dan dibangun pada tahun 1832 hingga berdiri saat ini.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button