Rekomendasi tempat wisata di sekitar Alun-Alun Pasar Tegal - WisataHits
Jawa Barat

Rekomendasi tempat wisata di sekitar Alun-Alun Pasar Tegal

AKURAT.CO, Alun-alun sering digunakan sebagai ruang rekreasi keluarga yang dapat dibangun dengan rumput buatan atau taman bunga. Seperti diketahui, fasilitas umum seperti alun-alun dapat digunakan oleh semua orang tanpa terkecuali. Salah satunya adalah Alun-alun Tegal.

Hotel ini terletak di pusat kota, tepat di Jalan Pancasila, Mangkukusuman, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Alun-alun ini dikelilingi oleh bangunan penting dan bahkan bersejarah di Tegal termasuk Balai Kota, Masjid Agung, Menara Air, Taman Pancasila, Gedung SCS dan Stasiun Kereta Api.

Berikut tempat wisata sejarah yang harus dikunjungi saat berkunjung ke Alun-Alun Kota Tegal.

Baca juga:

Masjid Agung kota Tegal

Jika Anda ingat ketika perang antara Pangeran Diponegoro dan penjajah Belanda dikenal dengan Perang Jawa, maka akan mudah bagi Anda untuk mengingat kembali sejarah pembangunan Masjid Agung Kota Tegal, Jawa Tengah.

Karena antara tahun 1825 dan 1830, saat Perang Jawa pecah, Masjid Agung Tegal dibangun oleh KH Abdul Aziz.

Dibangun pada masa perang, keberadaan masjid ini seolah menjadi saksi bisu perlawanan Pangeran Diponegoro dan pengikut setianya dalam membela kebenaran.

Masjid Agung Kota Tegal telah mengalami beberapa kali renovasi sejak awal berdirinya hingga saat ini. Dilaporkan pada tahun 1927 ruang Paseban masjid direnovasi karena sudah tidak representatif lagi. Sebagai gantinya, dibangunlah KUA (Kantor Urusan Agama), tempat untuk melangsungkan pernikahan bagi umat Islam Tegal.

Kemudian, pada tahun 1953-1954, Masjid Agung yang terletak di sebelah barat alun-alun kota Tegal direnovasi kembali. Bahkan, konversi dan renovasi dilakukan secara besar-besaran saat itu. Ruang depan masjid diperpanjang ke depan sehingga menyatu dengan KUA.

Untuk memenuhi kebutuhan air cucian masyarakat, pada tahun 1970 dilakukan perbaikan area cuci di sebelah kanan masjid. Pada tahun 1985, untuk memberikan tampilan masjid yang modern, atap masjid dirombak dan diganti dengan atap yang tumpang tindih seperti yang terlihat saat ini.

Meski atapnya sudah direnovasi, namun jika kita melihat masjid ini dari belakang, gaya arsitektur modernnya tidak akan terlihat karena sampai sekarang, bagian belakang masjid ini belum pernah direnovasi dan masih terlihat tua.

Ngomong-ngomong, lokasi Masjid Agung tidak jauh dari Anjungan Wali Kota Tegal, tepatnya sekitar 150 meter barat laut pendopo. Adzan dikumandangkan melalui pengeras suara di atas menara masjid.

Gedung SCS Gedung

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kota Tegal menjadi kawasan yang cukup strategis di pesisir utara Jawa antara abad ke-18 dan ke-20 Masehi.

Kondisi ini juga didukung dengan adanya jalur kereta api yang melintasi kawasan Tegal dan menghubungkan kota-kota di sepanjang pantai utara Jawa. Hal ini tampaknya dibuktikan dengan keberadaan bekas kantor perusahaan kereta api swasta Semarang-Cheribon Stoomtram Matschappij (SCS), anak perusahaan dari perusahaan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), yaitu gedung Birao.

Kantor perusahaan ini sebelumnya digunakan sebagai kantor administrasi perusahaan kereta api sejak jalur kereta api Cirebon-Semarang dibangun.

Gedung Birao pertama kali dirancang pada tahun 1911 oleh seorang arsitek terkemuka dalam perkembangan arsitektur Belanda, Henri Maclaine Pont, seorang arsitek kelahiran Jakarta keturunan Bugis Belanda.

Bangunan ini sangat kental dengan gaya arsitektur Belanda. Namun, Maclaine Pont mahir memanfaatkan sumber daya alam lokal dan mempekerjakan pekerja lokal dengan harapan dapat melatih mereka untuk mengasah keterampilan mereka.

Pembangunan gedung Birao juga mempertimbangkan kondisi lingkungan setempat, seperti halnya Lawang Sewu dibangun. Bangunan ini dirancang agar sesuai dengan iklim saat itu, jumlah sinar matahari dan gaya hidup masyarakat setempat.

Tidak seperti orang Eropa yang lebih suka menggunakan material impor, Maclaine Pont menggunakan material lokal seperti kayu jati, bata dan pasir lokal.

Gedung Birao menjadi saksi bisu sejarah masa Hindia Belanda yang bertahan hingga saat ini.

Pasca proklamasi 10 September 1945, gedung ini digunakan sebagai tempat pengibaran bendera merah putih, bukti pergerakan penduduk setempat untuk melawan penjajah yang melarang pengibaran bendera saat itu.

Beberapa dekade kemudian, Gedung Birao disewakan kepada Yayasan Pancasakti Tegal dan digunakan sebagai kampus dua Universitas Pancasakti Tegal. Setelah masa sewa habis, gedung Birao dibiarkan begitu saja hingga kini terdaftar sebagai cagar budaya.

menara air

Kota Tegal tidak terlepas dari sejarah dan peninggalan zaman kolonial. Banyak sekali bangunan dan peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh di Kota Tegal, salah satunya Menara Air PDAM atau Waterleideng Tegal.

Bangunan ini sudah ada sejak tahun 1931. Bangunan ini, mencuat lurus ke langit, menyerupai Menara Pisa dan tepat di atas pintu menara ini tertulis Anno 1931.

Bangunan ini merupakan bukti infrastruktur Kota Tegal yang dikenal sebagai Gemmentee of Tegal dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat Kota Tegal saat itu.

Dibangun oleh Tower Waterleideng Beedrif Provinsi Jawa Tengah, sebagai implementasi dari Implementasi Kebijakan Etis yang disusun pada tahun 1917.

Struktur menara ini unik dan memiliki tinggi 30 meter, luas bangunan 95 meter dan luas tanah 4.058 meter. Sedangkan panjang bangunan berdiameter 11 meter dan lebar bangunan berdiameter 11 meter.

Pada masa pendudukan Jepang dari tahun 1942 sampai 1945, gedung ini berfungsi sebagai menara air murni permanen bernama Suwindo, yang berarti pipa air.

Setelah kemerdekaan, gedung ini menjadi bagian dari Perusahaan Air Minum (SAM) hingga tahun 1975 ketika diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Taman Pancasila

Jika Anda berkunjung ke Alun-alun Kota Tegal, jangan lupa untuk mengunjungi Taman Pancasila.

Taman ini dulunya bernama Taman Poci. Nama Taman Poci berasal dari sebuah patung besar berupa teko di tengah kolam.

Pada masa jabatan Walikota Tegal Dedy Yon Supriyono, Taman Poci direorganisasi dan berganti nama menjadi Taman Pancasila.

Jalan Pancasila yang semula sempit, melebar dan terasa lebih lebar ke dua arah dari timur ke barat.

Tempat wisata di Tegal ini sudah dibuka sejak 28 Oktober 2021 dan dibuka secara simbolis oleh Walikota Tegal, Dedy Yon Supriyono.

Objek wisata ini buka selama 24 jam setiap hari. Taman ini terletak di Jl. Pancasila, Panggung, Kec. Tegal Timur, Kota Tegal.

Semakin ramai pada hari bebas mobil, yang biasanya berlangsung dari pukul 05:30 hingga 8 pagi di Alun-Alun Kota Tegal.

Pada saat car free day, Alun-Alun Kota Tegal akan dipenuhi oleh orang-orang yang ingin berolahraga atau sekedar jalan-jalan dan bersantai bersama keluarga.

Anak-anak, remaja dan orang tua akan memadati kawasan sekitar Alun-Alun Kota Tegal hingga kawasan sekitarnya, termasuk Taman Pancasila.

Masuk ke taman ini gratis karena merupakan taman kota umum.

Meski tidak berbayar, pengunjung tetap harus menghormati aturan yang telah ditetapkan agar taman tetap nyaman dan dapat diakses oleh semua orang.

Pengunjung akan menemukan banyak fotografer berbayar yang bersedia mengambil foto di beberapa spot foto di seluruh taman.

Biasanya harga yang ditawarkan cukup murah, mulai dari Rp 15.000 hingga Rp 20.000.

Di sini Anda juga bisa menemukan aneka jajanan dan wisata permainan untuk anak-anak, harga bervariasi mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 35.000.

Pengunjung juga dapat menjelajahi taman dengan skuter dan sepeda listrik sewaan, atau berjalan kaki. Biaya sewa skuter dan sepeda adalah Rp 20.000 per 20 menit.[]

Source: akurat.co

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button