Rangkaian jadwal peringatan Idul Fitri Keraton Yogyakarta, akan ada tujuh gunungan yang akan dibagikan - WisataHits
wisatahits

Rangkaian jadwal peringatan Idul Fitri Keraton Yogyakarta, akan ada tujuh gunungan yang akan dibagikan

Rangkaian jadwal peringatan Idul Fitri Keraton Yogyakarta, akan ada tujuh gunungan yang akan dibagikan

Piknikdong.com – Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan menggelar rangkaian peringatan Idul Fitri 1444 H/Tahun Ehe 1956.

Berbeda dengan tiga tahun sebelumnya yang dilakukan secara terbatas akibat pandemi, pelaksanaan tahun ini berjalan sebagaimana mestinya secara offline.

Tujuh Gunung Bakal Dibagikan, Keraton Yogyakarta Gelar Seri Idul Fitri OfflineGunungan Kraton Yogyakarta, Gambar oleh: Kratonjogja.id

Utamanya persiapan prosesi Garebeg Sawal yang akan dilakukan dengan iring-iringan 10 prajurit Brimob Istana mengawal tujuh gunung.

Serangkaian catatan harian untuk memperingati Idul Fitri 2023 Kraton Jogja

Berikut rangkaian catatan harian dalam rangka memperingati Idul Fitri 2023:

1. Rabu, 19 April 2023/28 Pasa Ehe 1956

Berlian Numplak di Pareden Panti

Tempat: Kompleks Magang Keraton Yogyakarta Pukul 15.00 WIB/bakda asar

2. Kamis 20 April 2023/29 Pasa Ehe 1956

Gladi Busana Brigade Prajurit Keraton Yogyakarta

Lokasi : Berangkat dari Lapangan Kamandungan Kidul (ikut jalan Garebeg Sawal) pukul 15.30 WIB-selesai

3. Sabtu, 22 April 2023/1 Sawal Ehe 1956

Hajad Dalem Garebeg Sawal

Tempat : Masjid Keraton-Kagungan Dalem Gedhe (Pura Pakulaman dan Kepatihan) Pukul 10.00 WIB

4. Sabtu, 22 April 2023/1 Sawal Ehe 1956

Lagu Ringgitan Bedhol Lagu dari lakon “Jumenengan Prabu Kresna” Tempat : Kagungan Dalem Bangsal Performance

20.00 WIB-selesai

Siaran langsung: Youtube Kraton Yogyakarta

Seluruh jadwal di atas terbuka untuk umum dilihat dan streaming melalui Instagram Live @kratonjogja dan Youtube Live Kraton Jogja.

Sementara itu, agenda Hajad Dalem Ngabekten yang digelar selama dua hari pada Sabtu (22/04) dan Minggu (23/04) telah ditutup.

Ngabekten sendiri merupakan tradisi sungkeman di Keraton Yogyakarta, karena masyarakat muslim pada umumnya merayakan Idul Fitri.

Ngabekten akan diikuti oleh kepala daerah kabupaten/kota, Sentana Dalem/orang tua, dan Abdi Dalem.

Prosesi Sawal Pelaksanaan Garebeg

Garebeg Sawal tahun ini dengan iring-iringan tentara dan tujuh gunung tidak melintasi Alun-alun Utara.

“Gunung di Kecamatan Pancaniti, Kamandungan Lor, akan dibawa oleh Kanca Abang melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar melalui Pagelaran Barat menuju Masjid Gedhe.

Di Masjid Gedhe, setelah shalat, akan ada dua gunung yang akan dibawa ke Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan”

ujar Penghageng KHP Parasraya Budaya Keraton Yogyakarta, GKR Maduretno pada Senin (17/04) siang di Kraton Yogyakarta.

GKR Maduretno menambahkan sebelum prosesi Garebeg Sawal akan dilakukan prosesi Numplak Intan terlebih dahulu.

“Dilaksanakan di Pareden Home, Kompleks Magangan pada Kamis (19/04) setelah (bakda) Asar.

Sedangkan gladi bersih prajurit akan berlangsung pada Kamis (20/04) mulai pukul 15.30 WIB.

Untuk Ngabekten sendiri ditutup dan akan dilaksanakan selama dua hari pada Sabtu (22/04) dan Minggu (23/04)”

kata putri ketiga Sri Sultan itu.

Gusti Madu, sapaan akrabnya, juga mengimbau masyarakat yang mengikuti Rangkaian Peringatan Lebaran dan Catatan Harian Garebeg Sawal agar tertib dan tetap taat pada agenda kesehatan.

“Kami berharap masyarakat dapat merayakan gunungan setelah mendoakan gunungan dan menjaga ketertiban agar pelaksanaan Garebeg Sawal dapat berjalan dengan baik.

Tolong beri jalan kepada konvoi tentara dan gunungan”

dia menjelaskan.

Di sisi lain, terdapat 10 brigade prajurit keraton yang akan menjaga gunungan yaitu Wirabraja, Dhaeng, Patangpuh, Jagakarya, Prawiratama, Kenggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis dan Surakarsa.

Brigade Bugis akan mengawal gunungan ke Kepatihan. Sedangkan gunungan candi Pakualaman akan dikawal oleh prajurit candi Pakualaman yaitu Dragunder dan Plangkir.

Selama prosesi peringatan Idul Fitri, zona larangan terbang akan diberlakukan di kawasan Keraton Yogyakarta.

Artinya, masyarakat dilarang menerbangkan drone dan sejenisnya pada jarak 0 hingga 150 meter di atas tanah (0 hingga 492 kaki AGL).

Hal ini dilakukan untuk menunjang kelancaran seluruh prosesi, khususnya garebeg, sekaligus sebagai penghormatan kepada jalur Hajad Dalem yang merupakan simbol sedekah raja.

Hal ini juga sesuai dengan NOTAMN nomor B0754/23 NOTAMN yang dikeluarkan oleh AirNav Indonesia.

Larangan ini berlaku mulai Rabu (19/04) pukul 00:00 WIB (17:00 UTC) hingga Minggu (23/04) pukul 23:59 WIB (16:59 UTC).

Berbagi Jenis dan Makna Gunungan

Ada lima jenis gunungan yang dibagikan dalam prosesi Garebeg Sawal pada Sabtu (22/04).

Deputi Penghageng KHP Widya Budaya KRT Rinta Iswara menjelaskan lima jenis tersebut adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat dan Gunungan Pawuhan.

“Gunungan akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai dengan urutan sebelumnya,”

jelasnya, Senin (17/04) di ruang kerjanya.

Akan ada tiga Gunungan Kakung yang masing-masing diperuntukkan bagi Masjid Gedhe, Pura Pakualaman dan Kepatihan.

Sedangkan yang lainnya masing-masing satu dan juga dirayakan di Masjid Ghe, dengan Gunungan Kakung.

Ditambahkannya, sebenarnya Garebeg sendiri merupakan salah satu upacara yang hingga saat ini rutin digelar Keraton Ngayogyakarta Hadinerrat.

Kata Garebeg berasal dari bahasa Jawa berarti berjalan bersama di belakang Ngarsa Dalem atau seseorang yang dianggap Ngarsa Dalem.

“Garebeg yang dilakukan di Keraton adalah Hajad Dalem, yaitu upacara budaya yang diselenggarakan Keraton dalam rangka memperingati hari besar keagamaan Islam yaitu Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi Muhammad SAW,”

dia menambahkan.

Menurut pendapat lain, Garebeg atau yang secara umum disebut “Grebeg” konon berasal dari kata “gumrebeg”, merujuk pada gemuruh angin atau keramaian yang ditimbulkan saat upacara berlangsung.

“Sementara gunungan merupakan wujud kemakmuran keraton atau pemberian raja kepada rakyatnya.

Dengan demikian, makna Garebeg Sawal secara singkat merupakan wujud rasa syukur (mangayubagya) atas datangnya hari raya Idul Fitri, yang diwujudkan dengan memberikan pangan kepada masyarakat melalui ubarampe gunungan berupa hasil panen dari tanah Mataram”

pungkas Kanjeng Rinta.

Museum Keraton Yogyakarta dan Jam Buka Wisata

Di sisi lain, terkait pelaksanaan peringatan Idul Fitri dilakukan penyesuaian jam buka museum dan kunjungan ke keraton di Yogyakarta.

Carik KHP Nitya Budaya Nyi R.Ry Noorsundari menjelaskan untuk kunjungan ke Kedhaton atau bangunan induk keraton akan ditutup selama tiga hari.

“Kedhaton tutup pada Jumat (21/04), Sabtu (22/04) dan Minggu (23/04)”

dia menjelaskan.

Wisata Kedhaton akan dibuka kembali pada Senin (24/04).

“Ini edisi khusus Idul Fitri, karena biasanya setiap hari Senin kunjungan ke keraton ditutup”,

tambahnya, Sabtu (15/04).

Museum keraton lainnya seperti Museum Wahanarata, Jalan Rotowijayan akan ditutup hanya pada Kamis (20/04) dan Jumat (21/04).

“Sementara Wisata Tamansari tutup pada Jumat (21/04) dan Sabtu (22/04), akan dibuka kembali pada Minggu (23/04)”,

dia telah tutup.

Source: www.piknikdong.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button