PHRI Gunungkidul memperkirakan sektor pariwisata belum sepenuhnya pulih
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL – Beberapa waktu lalu, pemerintah pusat mencabut Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Masyarakat kini dapat kembali beraktivitas seperti sebelum pandemi COVID-19.
Namun, dapat dipahami bahwa Leniency Notice tidak berdampak pada sektor pariwisata di Gunungkidul.
Seperti yang dikatakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gunungkidul Sunyoto.
“Efeknya terhadap pariwisata belum signifikan,” ujarnya, Minggu (29/1/2023).
Asumsi Sunyoto itu berdasarkan jumlah kunjungan Natal dan Tahun Baru (Nataru) lalu.
Pasalnya, jumlah wisatawan ke Gunungkidul tidak sesuai dengan perkiraan semula.
Begitu juga saat liburan Imlek di awal Januari 2023. Meski masa libur panjang, menurutnya jumlah kunjungan wisatawan tidak meningkat.
“Saat libur Imlek kemarin, kenaikannya hanya 10 sampai 20 persen,” kata Sunyoto.
Menurutnya, pembatalan PPKM tidak sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat.
Karena perekonomian dinilai belum pulih, sehingga dampaknya ke sektor pariwisata belum terasa.
Namun, Sunyoto optimistis masih lama sektor pariwisata di Gunungkidul kembali normal.
Antara lain dengan memanfaatkan hari-hari besar yang penting.
“Mungkin saja saat libur lebaran akan terlihat peningkatan,” terangnya.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Gunungkidul Mohamad Arif Aldian justru memperkirakan tingkat kunjungan wisatawan saat liburan Imlek meningkat hingga 44 persen. Apalagi dibandingkan dengan akhir pekan biasa.
Jumlah kunjungan saat libur Imlek juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul menargetkan PAD sebesar Rp 28,9 miliar pada 2023.
“Hingga 23 Januari, PAD pariwisata Gunungkidul sudah mencapai Rp990.806.365,00,” kata Arif.
Source: news.google.com
