Pentingnya Manajemen Risiko dan Kegiatan Mass Tourism • Radar Jogja - WisataHits
Yogyakarta

Pentingnya Manajemen Risiko dan Kegiatan Mass Tourism • Radar Jogja

RADAR JOGJA – Dinas Pariwisata Yogyakarta bersama Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf) kembali melakukan bimbingan teknis (bimtek) peningkatan kapasitas penyelenggara kegiatan Aparatur Sipil Negara (ASN). Bimbingan teknis dipusatkan di Griya Persada Hotel Kaliurang, Sleman.

Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Pariwisata Dinas Pariwisata DIY, Titik Sulistyani, mengingatkan pentingnya bimbingan teknis bagi penyelenggara acara ASN. Menurut Titik, acara tersebut harus berkualitas tinggi. Oleh karena itu, ASN yang terlibat harus dilatih. Anda harus memiliki persediaan yang cukup. “Agar acaranya bisa berkualitas dan menarik banyak wisatawan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat,” ujarnya di sela-sela acara kemarin (10 Desember). Tur teknis berlangsung selama dua hari hingga hari ini, Kamis (13 Oktober).

Titik mengatakan DIY termasuk salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Judul harus acara yang berkualitas. ASN harus memiliki strategi pemasaran dan promosi. Potensi tersebut dapat dimulai dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam (SDA) dan budaya yang ada di DIY.

Panduan teknis juga memperkenalkan Sirajuddin, pembicara yang didatangkan langsung dari Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia mengajar setiap hari di Politeknik Pariwisata Lombok. Sirajuddin berpengalaman dalam menyelenggarakan event-event internasional. Diantaranya event MotoGP Mandalika baru-baru ini. Ia juga direktur perencanaan dan pengembangan Jember Fashion Carnival (JFC). Sebuah acara pariwisata global.

Kepada peserta, Sirajuddin mengatakan ada delapan materi yang perlu diketahui peserta bimbingan teknis. Dimulai dengan pemahaman konsep acara, perencanaan, pemantauan, evaluasi (monev) dan laporan pelaksanaan. Ia juga menekankan pentingnya peran media dalam setiap acara.

“Acara tanpa media tidak ada artinya. Di Mandalika misalnya besar karena media berperan besar,” jelasnya. Sementara itu, tidak kurang dari 200 hingga 700 media memberitakan JFC setiap tahun. Media, jelas Sirajuddin, adalah key-makers atau pemegang kunci yang mengangkat setiap peristiwa.

Ia menambahkan, ini bukan saatnya ASN memahami konsep acara. Selain itu, masih banyak daerah yang potensial untuk dikembangkan. Ide dan konsep dapat dieksplorasi. Selain itu, perencanaan pelaksanaan dan pemasaran dari setiap kegiatan yang akan dilakukan.

Selain itu, sesuai dengan strategi pemasaran, dibuatlah kerangka acuan (KAK) sebagai pedoman. Semuanya dimulai dengan rencana dan strategi. Kemudian buatlah Rencana Anggaran Biaya (RAB). Ada dua jenis RAB. Berorientasi bisnis atau kepentingan sosial, juga dikenal sebagai nirlaba.

di luar itu. Sirajuddin juga mengingatkan pentingnya manajemen risiko. Dalam TOR harus ada risk management dan crowd management. Keduanya berbeda.

“Manajemen risiko lebih bersifat preventif. Di sisi lain, crowd management lebih berpikiran maju,” jelasnya. Menurut RAB dan KAK, manajemen risiko harus dirumuskan. Jangan sampai kejadian seperti tragedi Stadion Kanjuruhan di Malang terjadi.

Dikatakannya, hingga saat ini risk and crowd management di Indonesia belum dirinci. Oleh karena itu, dengan adanya petunjuk teknis ini dapat membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat. “Betapa pentingnya manajemen risiko dan kerumunan,” kenang Sirajuddin. (lan/kus)

Source: radarjogja.jawapos.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button