Pengusaha tekstil ingin PHK massal pekerja, Departemen Tenaga Kerja mengatakan masih ada rute tiga cabang - WisataHits
Yogyakarta

Pengusaha tekstil ingin PHK massal pekerja, Departemen Tenaga Kerja mengatakan masih ada rute tiga cabang

TEMPO.CO, jakarta – Sekretaris Jenderal Kementerian Tenaga Kerja Anwar Sanusi berharap pengusaha tidak memberhentikan pekerja di tengah kondisi ekonomi global yang lemah saat ini. Meski demikian, Anwar mengakui, jalur PHK merupakan jalan terakhir bagi industri untuk merespons krisis.

“Mudah-mudahan jalur terakhir tidak diambil, itu yang kita harapkan. Kita ada dialog dua arah, kalau menemui jalan buntu, kita akan ada dialog tiga arah,” kata Anwar di Jakarta Convention Center, Minggu, 30 Oktober 2018. 2022.

Menurut Anwar, isu PHK dapat dihindari melalui komunikasi atau konsultasi antara pengusaha sebagai pengusaha dan pekerja itu sendiri. Dalam dialog yang terjalin antara para pihak, pengusaha dan pekerja dapat menyelesaikan masalah tidak hanya di tingkat bilateral.

Namun bisa juga mencapai tahap tripartit dengan melibatkan pemerintah sebagai pihak ketiga. “Kami menengahi bahwa PHK adalah solusi terakhir, dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja menengahi melalui Direktorat Jenderal Hubungan Industrial (PHI),” kata Anwar.

Baca Juga: 43.000 Pekerja Tekstil Di PHK di Jawa Barat, Konflik Rusia-Ukraina Disebut Jadi Penyebabnya

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmadja memprediksi PHK massal di industri tekstil. Tanda-tanda tersebut tercermin dari penurunan ekspor yang mencapai 30 persen pada Oktober 2022.

Gangguan ekspor menyebabkan penurunan tajam dalam pemanfaatan industri tekstil, yang menyebabkan pengurangan jam kerja. “Akhirnya ada pemutusan,” kata Jemmy saat ditanya Tempo, Kamis, 27 Oktober 2022.

Dia menjelaskan, penurunan ekspor industri tekstil terjadi seiring dengan melemahnya daya beli di Amerika Serikat dan Eropa. Kedua daerah tersebut tetap menjadi tujuan ekspor tekstil terbesar bagi Indonesia.

Ancaman resesi pada 2023 telah mendorong perusahaan untuk memprediksi penurunan ekspor yang berkepanjangan. Ada juga risiko PHK tahun depan.

Pelaku ekonomi melihat penyebab penurunan ekspor di tengah melemahnya daya beli di AS dan Eropa. Kondisi ini memaksa negara produsen tekstil lainnya seperti China, Bangladesh, Vietnam, dan India masuk ke pasar Indonesia. Hal ini menimbulkan persaingan antara produksi dalam negeri dan impor.

“Di satu sisi permintaan ekspor menurun, di sisi lain pasar domestik dibanjiri produk impor,” katanya. Untuk itu, Jemmy berharap pemerintah dapat mempertahankan pasar domestik agar lebih menguntungkan bagi produsen Indonesia.

Selain itu, kata dia, Indonesia dinilai layak di tengah kegelapan ekonomi global akibat resesi 2023 dan memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Inflasi Indonesia juga diperkirakan tidak akan meningkat terlalu tinggi.

Baca Juga: Fenomena PHK, Ma’ruf Amin: Kurang Menggembirakan, Ratusan Ribu Karyawan Terkena Dampak

Ikuti berita terbaru Tempo di Google News, klik di sini.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button