Pemimpin harus rela berkorban untuk bangsa dan negara - WisataHits
Jawa Timur

Pemimpin harus rela berkorban untuk bangsa dan negara

JAKARTA (Waspada): Kota Surabaya memiliki sejarah panjang dan heroik dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan kota Surabaya menjadi lokasi kejadian 10 November yang menjadi Hari Pahlawan. Maka semangat Surabaya ini dihidupkan kembali. Termasuk
bukannya Gowes dengan PDIP.

“Dalam 28 hari ini kita akan menandai sebuah peristiwa yang sangat penting, yaitu Hari Pahlawan. Di sana, dengan patriotisme tak kenal takut, para pejuang mengibarkan bendera biru di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) dan memberlakukan Sang Saka Merah Putih. Kami adalah bangsa pejuang. Setiap pemimpin memiliki kewajiban untuk menyalakan semangat pengorbanan bagi bangsa dan negara untuk berjuang tanpa pamrih,” kata Hasto dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/10/2022).

Di kota pahlawan, ini menjadi saksi saat PDIP bekerja sama dengan Nahdaltul Ulama (NU). Hari Santri PDIP berada di puncak sedangkan NU berada di puncak pada Hari Lahir Pancasila.

Dengan kerjasama ini, Hasto mengatakan bahwa ketika Presiden Joko Widodo bertarung di sebuah pondok pesantren di Malang dalam pemilihan presiden 2019, dirancang sebuah memorial dan keselarasan sejarah atas pembubaran jihad pada 22 Oktober 1945. bangsa dan negara dari penjajah adalah jihad, red).

“Kemudian kami, kemudian Pak Ahmad Basarah, merencanakan bahwa pembubaran jihad pada 22 Oktober 1945 adalah peristiwa heroik yang sangat penting dan perubahan sikap dunia akan membawa Indonesia sebagai negara yang baru merdeka memiliki semangat patriotik, semangat pantang menyerah. , kata Hasto.

“Nah, semangat acara itu sangat penting. Karena kita saat ini berada dalam situasi ekonomi yang tidak mudah dan keadaan masyarakat yang sering terpecah belah karena adanya politik identitas yang memanas yang melupakan kebhinekaan dan melupakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Semangat itu kita ambil dengan menampilkan budaya politik yang penuh dengan semangat juang,” kata Hasto.

Berdasarkan diskusi tersebut, beberapa pimpinan daerah PDIP berniat pada 10 November 2022 untuk berdemonstrasi merobek bendera biru dan memisahkannya dari Sang Saka Merah Putih.

mencapai kedaulatan pangan

Kunjungan Hasto ke Surabaya bukan hanya sekedar mengantar, ia juga mendengarkan laporan perkembangan sejumlah pimpinan daerah PDIP Jatim. Khususnya dalam pelaksanaan instruksi Presiden Jenderal Megawati Soekarnoputri untuk mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus bersinergi dengan kebijakan Presiden Jokowi.

Hasto meminta pimpinan daerah PDIP yang hadir melaporkan secara khusus arahan Presiden Jenderal PDIP Megawati Soekarnoputri untuk mengembangkan 10 tanaman padi pelengkap.

Kepala daerah antara lain Walikota Surabaya Eri Cahyadi, Walikota Nganjuk Marhaen Djumadi, Walikota Ponorogo Sugiri Sancoko, Walikota Batu Dewanti Rumpoko, Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, Wakil Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo dll.

Hasto mengatakan kepala daerah PDIP harus bisa menawarkan solusi dan memikirkan masa depan. Untuk itu kita perlu bekerja dan berkomunikasi dengan para menteri, baik PDIP maupun non-PDIP.

“Pemimpin PDIP harus tidak konvensional tetapi berakar pada kehendak rakyat. Dorong kerja sama untuk mendorong investasi guna memberi nilai tambah pada sektor pertanian,” kata Hasto.

Wali Kota Surabaya Eri mengatakan, dirinya selalu berpegang pada pesan Megawati untuk selalu menangis dan tertawa bersama masyarakat. Sehingga pemimpin daerah PDIP selalu dekat dengan masyarakat.

“Saya pesan, Bu Mega. Kami membuktikannya ketika orang membutuhkannya. Kami tidak berteman dengan warga Balai Kota karena Balai Kota bersama. Milik rakyat,” jelas Eri yang digambarkan sebagai ketua kelas para kepala daerah PDIP.

Wali Kota Ponorogo Sugiri Sancoko membenarkan telah melaksanakan instruksi Presiden Jenderal PDIP tersebut.

“Kami mengikuti instruksi Bu Megawati. Kami menanam 40.000 hektar jagung. Begitu juga porang di tiga kecamatan. Padahal harga porang sedang turun,” ujarnya.

Hasto berpesan kepada pimpinan daerah untuk terus meneliti dan berinovasi, karena setiap daerah pada dasarnya unik.

Di akhir kuliah, Hasto menghimbau kepada para kepala daerah untuk segera membentuk lembaga penelitian dan inovasi daerah serta menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi. “Meningkatkan kualitas produk di daerah masing-masing, mulai dari makanan, kuliner, pariwisata, pengembangan industri dan juga budaya. Penelitian obat juga penting. Oleh karena itu, kerjasama dengan perguruan tinggi harus dilakukan”, tutup Hasto. (irw)

Source: waspada.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button