Pemerintah akan membantu pencatatan hak intelektual alat musik asli di Desa Wisata Bugisan - WisataHits
Jawa Timur

Pemerintah akan membantu pencatatan hak intelektual alat musik asli di Desa Wisata Bugisan

METROULENGMenteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Klaten/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Parekraf/Baparekraf RI) Sandiaga Salahuddin Uno, mengunjungi Desa Wisata Bugisan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah (Jawa Tengah). Jawa).

Sandi disambut dengan semarak paduan irama alat musik tradisional mengiringi gerakan lincah para penari Kuda Lumping Jathilan. Bersama Bupati Klaten Hj. Sri Mulyani.

Baca juga: Sandiaga Uno Kunjungi Desa Wisata Bugisan di Klaten

Dalam kesempatan itu, kata Sandi, pemerintah akan memberikan bantuan untuk mengamankan hak intelektual atas alat musik asli desa tersebut
Wisata Bugisan, Pring Sedapur buatan Ki Sutikno, warga desa Bugisan. Alat musik ini dibuat dari sekelompok pohon bambu atau pring sapur.

“Jadi ini direkam untuk diteruskan ke generasi berikutnya,” katanya dalam siaran pers yang dikirim ke Metrosulteng, Jumat (7/8).

Baca juga: Desa Wisata Bugisan di Klaten Punya Berbagai Objek Wisata Yang Wajib Dikunjungi

Nuansa alam pedesaan yang asri dan budaya Jawa, keramahan dan seni budaya merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dilestarikan oleh anggota masyarakat. Kekayaan alam dan peninggalan sejarah inilah yang menjadikan desa Bugisan sebagai simbol interaksi harmonis antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Desa Wisata Bugisan memiliki beberapa objek wisata buatan yang berkualitas, diantaranya adalah Candi Paseban Kembar. Ini adalah kafetaria yang terletak di sebelah timur Candi Plaosan. Paseban Candi Kembar didesain sebagai kafe semi modern yang dihiasi lampion warna-warni. Pondok juga telah dibangun di sana bagi pengunjung untuk singgah dan ada panggung untuk acara musik live.

Baca Juga: Tunjangan Sertifikasi Guru Kuartal Kedua Banggai Dibayar Juli Ini

Lalu ada Daleme Simbah, rumah adat yang ditinggalkan oleh salah satu kepala desa. Di dalam bangunan tersebut, wisatawan dapat menemukan aksen Jawa kuno atau aksara Hanacaraka yang masih terpelihara. Tulisan tersebut menceritakan tahapan kehidupan manusia menurut bahasa Jawa dari lahir sampai mati.***

Source: www.metrosulteng.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button