Pasang surut stakeholders UMKM di Kota Malang di masa pandemi COVID-19 - WisataHits
Jawa Timur

Pasang surut stakeholders UMKM di Kota Malang di masa pandemi COVID-19

Minggu, 10 Juli 2022 – 02:44 WIB

Gaya Hidup VIVA – Pandemi COVID-19 berdampak pada semua industri. Dalam situasi seperti itu, pelaku UMKM dihadapkan pada pilihan bertahan atau menyerah. Pengusaha muda asal Malang Dessy Prayogo (29 tahun) tak hanya bertahan, wanita ini pun mampu mengembangkan usahanya.

Bisnis pertama yang ia rintis adalah di bidang fashion. Pada tahun 2016, ia menjual pakaian wanita yang dipasarkan secara online. Bisnis yang digelutinya tak lepas dari hobinya berbusana. Jadi dia dalam bisnis ini dengan senang hati.

Semua produk yang dijual berasal dari Amerika Serikat. Ia menamakan produk pakaian ini Lets Dress Up. Produk yang dijual mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Sudah 3 tahun berlalu sejak pandemi COVID-19 melanda dunia. Dia memilih bertahan dengan bisnis baru yang dia geluti.

“Saya sangat suka fashion, saya coba-coba toko baju, sedikit demi sedikit. Di sini makin banyak yang jual, alhamdulillah sampai sekarang masih jalan. Amerika Sebenarnya barangnya jarang ada di Indonesia, tapi harganya murah,” kata Dessy, Jumat, 8 Juli 2022.

Dessy mengatakan cobaan yang paling terasa selama pandemi COVID-19 adalah keterlambatan pengiriman barang dari Amerika Serikat ke Indonesia. Dia bahkan terpaksa berhenti menjual karena pembatasan. Bisnis yang baru dimulai itu tidak aktif selama satu tahun.

“Entah kenapa di awal pandemi sangat sulit mendapatkan barang dari Amerika, jadi kami tutup selama setahun. Tapi kemudian dibuka lagi, sekarang saya punya dua karyawan yang mengurus toko pakaian,” kata Dessi.

Setelah penyebaran pandemi COVID-19 terkendali, ia berusaha bangkit perlahan. Diakuinya, bisnis yang dirintisnya kini kembali berkembang pesat setelah setahun vakum, terjual ribuan keping dalam sebulan untuk penjualan puluhan juta.

Kebangkitan ekonomi di Indonesia. Ia mencoba memulai bisnis di bidang lain, yaitu di bidang katering. Ia telah menjadi franchisee di Teras Japan Yakiniku BBQ di Bali sejak pertengahan tahun lalu. Alasan dipilihnya pulau dewata karena dipandang sebagai peluang besar untuk mencari konsumen atau pelanggan dibandingkan daerah lain.

Bisnis kuliner yang dirintisnya berkonsep pedagang kaki lima atau angkringan, meski bernuansa Jepang. Konsep ini dinilai strategis bagi konsumen karena tidak takut mengeluarkan uang. Ia berharap bisnis kuliner ini akan terus berkembang dengan dimulainya pariwisata Bali secara normal.

“Karena target marketnya bukan turis asing tapi penduduk lokal atau Bali sendiri. Padahal, saat itu (saat pembukaan dimulai) banyak restoran sepi, tapi warung pinggir jalan masih bertahan dan bersyukur setiap hari ramai,” ujarnya kepada Dessy. .

Source: www.viva.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button