Pariwisata cerdas dan holding pariwisata - WisataHits
Yogyakarta

Pariwisata cerdas dan holding pariwisata

Jakarta (ANTARA) – Model analitis 4 tingkat Williamson menempatkan norma, adat istiadat, dan etika yang merupakan aturan informal, pada tingkat pertama, sedangkan aturan main formal ditempatkan pada tingkat kedua.

Membangun dan mengembangkan ekosistem bisnis membutuhkan “konstitusi”, baik formal maupun informal.

Dari perspektif ekosistem, tidak ada spesies yang dapat hidup atau bekerja sendiri, semua berinteraksi dalam ekosistem untuk berkembang.

Demikian pula, ekosistem bisnis (termasuk pariwisata) dibentuk dari berbagai jenis “spesies”, yaitu pelanggan (termasuk wisatawan), pelaku pasar, dan pemerintah, dengan mengembangkan hubungan yang kuat dalam lingkungan yang inklusif berdasarkan aktivitas dan jaringan bisnis tertentu.

Ide utamanya adalah bahwa setiap entitas dalam ekosistem dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh yang lain, menciptakan hubungan evolusioner di mana setiap entitas harus fleksibel dan dapat beradaptasi untuk bertahan hidup baik melalui kerjasama maupun persaingan. Ekosistem dapat berhasil/berkelanjutan atau gagal.

Namun, model ekosistem bisnis bersaing dengan model tata kelola lainnya seperti integrasi vertikal, rantai pasokan hierarkis, dan model pasar terbuka. Ekosistem menjadi model pilihan dalam lingkungan bisnis yang sulit diprediksi tetapi sangat mudah diatur.

Pariwisata adalah bisnis yang kompleks yang dapat dilihat baik sebagai sistem maupun sebagai ekosistem, menunjukkan kompleksitas interkonektivitas antara pemangku kepentingan dan sumber daya.

Ekosistem pariwisata terdiri dari jaringan organisasi yang luas pada skala spasial yang berbeda dari operasi, industri dan kegiatan, menghubungkan semua aktor, masing-masing membawa nilai, peran, minat, keterampilan, praktik, sumber daya, dan ide yang berbeda.

Dalam rangka menarik wisatawan mancanegara/domestik untuk merevitalisasi pariwisata nasional pascapandemi, pemerintah berupaya membangun ekosistem pariwisata nasional, dimulai dengan pembentukan Holding in Journey berdasarkan PP No. 104/2021 tentang pelibatan modal nasional ke dalam modal saham PT. penerbangan pariwisata Indonesia.

Holding ini mengintegrasikan sektor pariwisata hulu dan hilir yaitu penerbangan, pengelolaan bandara, hotel, industri bisnis/kreatif/cinderamata, serta berupaya mendorong lalu lintas wisata melalui kerjasama dengan para pemangku kepentingan termasuk asosiasi, swasta, dan UMKM.

Saat ini pelaku usaha yang masuk ke ekosistem “inklusif” adalah tujuh BUMN, yaitu PT. Angkasa Pura I, PT. Angkasa Pura II, PT. Hotel Indonesia Natour dan PT. Garuda Indonesia Tbk. (Persero). Juga PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia/ITDC, PT. Sarina dan PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko. pt. Aviation Tourism merupakan holding company bagi BUMN pariwisata dan pendukungnya.

Dalam jangka pendek/menengah, holding company memiliki lima fokus utama, yaitu pengelolaan portofolio bisnis bandara holding company melalui pembentukan hub logistik internasional dan pengembangan delapan bandara dengan konsep Aerocity. Selain itu, pengembangan platform travel management, konsolidasi 122 hotel milik negara dan pengembangan kawasan di destinasi pariwisata prioritas.

Baca Juga: PBB: Sertifikat, Vaksin COVID Bantu Pemulihan Pariwisata Eropa

Baca Juga: Vaksinasi dan Sektor Pariwisata “Game Changer”

Ekosistem pariwisata digital

Perkembangan teknologi digital memungkinkan pengembangan ekosistem pariwisata digital (DTE) yang menawarkan berbagai pengalaman perjalanan kepada wisatawan. DTE merupakan infrastruktur teknologi yang mendukung peningkatan jejaring dan interaksi antara pelaku bisnis dan pemangku kepentingan di sektor pariwisata dalam lingkungan digital.

Ekosistem pariwisata digital bisa datang dalam bentuk “e-tourism” atau “smart tourism” yang bahkan lebih maju. Setelah pandemi, sektor pariwisata harus beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dengan cepat dan persaingan yang meningkat. Smart tourism menggambarkan fase pengembangan yang sedang berlangsung, yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi dan menjanjikan untuk menghadapi kondisi pasar yang baru.

Penggunaan e-tourism sudah dikenal sejak lama dan saat ini masih dalam masa transisi ke “smart tourism”, yang dirangsang oleh perkembangan revolusi industri 4.0. e-Tourism adalah platform digital berbasis web yang dapat menghubungkan seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan memberikan kemudahan kepada wisatawan dengan berbagai aplikasi.

Wisatawan dapat mengakses berbagai informasi yang tersedia tentang tujuan perjalanan, penerbangan, jadwal kereta api, pilihan akomodasi melalui smartphone dan aplikasi yang tersedia, kemudian memesan, membayar, dan mencetak e-tiket penerbangan/kereta dan kamar hotel.

Pengembangan e-tourism menggunakan internet dan teknologi berbasis web (website, media sosial, Online Travel Agent/OTA, Global Distribution System/GDS, Computer Reservation System/CRS, Travel Metasearch Engine, Sharing Economy Platform dan lain-lain). pt. Sebagai contoh, Aviation Tourism Indonesia juga mengembangkan Super Apps untuk memudahkan wisatawan dalam mempelajari destinasi wisata, membeli oleh-oleh dan memilih hotel/pesawat sesuai dengan tujuan wisatanya.

Sementara itu, Wisata Cerdas menggunakan tiga komponen teknologi, yaitu cloud computing (komputasi awan), Internet of Things (IoT), dan Sistem Layanan Internet Pengguna Akhir. Komputasi awan memungkinkan untuk membuat data dapat diakses dan siap digunakan kapan saja melalui Internet.

IoT memungkinkan koneksi objek harian dan mengumpulkan, memproses, dan berbagi data dengan intervensi manusia yang minimal. Sistem layanan Internet pengguna akhir terdiri dari semua aplikasi dan perangkat keras yang memungkinkan penggunaan kedua komponen teknologi ini. Aplikasi dan perangkat keras ini dapat mencakup aplikasi target, augmented/virtual reality, GPS, sensor, komunikasi jarak dekat/NFC, kode QR, konektivitas Wi-Fi, situs web generasi berikutnya, dan jejaring sosial.

elemen utama Wisata Cerdas yaitu teknologi digital, konsumen (wisatawan, penduduk), bisnis (usaha pariwisata, bisnis dari sektor lain) dan destinasi pariwisata. konsep Wisata Cerdas dengan asumsi bahwa wisatawan cerdas dalam arti ingin memiliki pengalaman perjalanan yang unik sangat terhubung.

Baca Juga: Sandiaga Uno Ungkap Rencana Buka Bali Tours Lewat ‘Koridor Bebas COVID’

Baca Juga: Presiden Berharap Pariwisata Yogyakarta Meningkat Setelah Vaksinasi

Peran Orkestra Ekosistem

Konsep ekosistem bisnis, yang membutuhkan satu atau lebih anggota sebagai orkestra, mengakui bahwa harus ada pihak yang bertanggung jawab atas struktur dan kinerja ekosistem bisnis, termasuk tata kelola, pengaturan komersial, koordinasi dengan pasar, mekanisme penciptaan nilai, dan manajemen risiko. Orkestra membangun ekosistem, mendorong orang lain untuk bergabung, dan bertindak sebagai penengah dalam kasus konflik.

Tata kelola ekosistem merupakan keputusan desain yang penting karena menciptakan bentuk kontrol tidak langsung yang tepat atas kompleksitas dan dinamika ekosistem. Tata kelola menetapkan standar, aturan, dan proses yang mendefinisikan “konstitusi” formal dan informal ekosistem. Terkait dengan ekosistem Wisata Cerdas Peran orkestra dapat berupa platform sentral (digital) yang menghubungkan pelaku dalam ekosistem dengan wisatawan.

Satu dari pengaktif kunci Inti dari ekosistem bisnis adalah nilai merek kolektif dari semua anggota, terutama Orchestrator. Terkait ekosistem yang sedang dibangun oleh BUMN Holding pariwisata dan pendukungnya, induk perusahaan terkait BUMN Holding yaitu PT. Tourism Aviation harus bertindak proaktif sebagai orkestra, antara lain dengan membangun platform sentral (digital) untuk pertukaran data/informasi antar perusahaan anggota.

Pemulihan pariwisata dunia dan penerbangan (internasional/domestik) sangat dinanti dengan pulihnya pariwisata nasional. Sementara Garuda Airline sedang berjuang secara finansial karena utang, masih berpotensi menjadi salah satunya merek top dunia dalam bisnis penerbangan internasional dan domestik dan sebagai salah satu maskapai penerbangan terbaik dunia. Pencapaian ini sangat perlu dipertahankan, bahkan ditingkatkan.

Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik wisman ke Indonesia sejalan dengan (re)promosi dan revitalisasi pariwisata Indonesia yang destinasi dan infrastruktur pendukungnya telah dikembangkan melalui Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Garuda menang Penghargaan Maskapai Penerbangan Dunia Skytrax 2021′ dan diterima bersama dengan anak perusahaannya Citilink Penghargaan Keunggulan Covid-19 Khusus 2021.

Hotel Inna Natour (HIN) tidak hanya holding penerbangan wisata, tetapi juga holding hotel negara. Di wilayah Nusa Tenggara, HIN memiliki jaringan Hotel Indonesia Group (HIG) termasuk hotel bintang 5 yaitu Merumatta Hotel (Senggigi/Mandalika, Lombok), Merusaka Hotel (Nusa Dua, Bali) dan Meruorah Komodo Hotel (Labuan Bajo/ NTT). .

Untuk wilayah Lombok, misalnya, Garuda dan Kedutaan Besar Indonesia di negara-negara anggota G20 dapat mengintensifkan promosi pariwisata Bali/Lombok/Labuan untuk mencegah meningkatnya arus wisatawan terkait KTT G20 Bali atau kegiatan selanjutnya di wilayah Mandalika Bajo.

Selain itu, wisatawan dapat mengakses website Aviata dan mengunduh aplikasi Super Apps di smartphone/tabletnya untuk memesan tiket/hotel Garuda di jaringan HIN, bahkan paket tour/travel yang ditawarkan oleh PT. ITDC di Lombok yang dapat mencapai target Labuan Bajo.

Wisatawan asing yang sudah berada di destinasi lain di Indonesia maupun wisatawan domestik dapat melakukan hal yang sama untuk mengunjungi Lombok termasuk dari Jakarta/Yogyakarta/Batam/Bali. Meningkatnya jumlah wisatawan akan meningkatkan jumlah penumpang dan pergerakan penerbangan di Bandara Internasional Lombok (BIL), salah satu bandara yang dikelola oleh PT. API.

Namun, ini hanyalah contoh simulasi untuk destinasi Lombok. Namun, misi dari holding itu jauh lebih luas, yakni mendorong kebangkitan pariwisata nasional. Semua perusahaan anggota induk dapat berbagi data/informasi melalui pusat platform digital, dan PT. Aviata menggunakan data/informasi terintegrasi untuk mengoordinasikan dan memantau serta mengambil tindakan korektif yang diperlukan.

Pengembangan pariwisata yang didorong oleh strategi holding dan ekosistem akan berdampak positif tidak hanya bagi anggota holding, tetapi juga seluruh pemangku kepentingan di luar holding, antara lain penerbangan, akomodasi, restoran, cinderamata, UMKM, dan ketenagakerjaan.

Baca Juga: Tingkatkan Potensi Desa Wisata Di Tengah Pandemi

*). Wihana Kirana Jaya adalah staf khusus menteri perhubungan

HAK CIPTA © ANTARA 2022

Source: www.antaranews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button