Misteri Sejarah Patung Pastor Verbraak di Taman Maluku di Bandung - WisataHits
Jawa Barat

Misteri Sejarah Patung Pastor Verbraak di Taman Maluku di Bandung

Jumat, 28 Oktober 2022 – 21:53 WIB

PITA – Taman Bandung Maluku terkenal dengan keberadaan patung pendeta. Ada banyak informasi tentang patung pendeta. Berdasarkan informasi bahwa patung tersebut dapat bergerak sendiri pada malam hari atau bahwa patung tersebut dibuat untuk mengenang pendeta yang meninggal dalam kecelakaan pesawat di Taman Maluku. Namun, itu semua hanya desas-desus. Padahal, sang pendeta belum pernah menginjakkan kaki di kota Bandung. Lalu siapa dia?

Menurut Direktur Jemaat Aleutian, Ridwan Hutagalung, imam ini bernama Henricus Christiaan Verbraak, pria berkebangsaan Belanda yang lahir pada 28 Maret 1835. Pria yang awalnya bercita-cita menjadi saudagar ini memulai karirnya sebagai pendeta pada tahun 1862.

Setelah bertahun-tahun berlatih, dia akhirnya memutuskan untuk menjadi misionaris. Penugasan pertamanya di Indonesia, tepatnya di Padang pada tahun 1872. Setelah menyelesaikan tugasnya di Padang, Verbraak dikirim ke Aceh. Pada tanggal 29 Juni 1984 ia tiba di Aceh dan tinggal di sana sampai tanggal 23 Mei 1907.

Setelah kematian Verbraak, orang-orang yang mengingatnya mendirikan patung Pastor Verbraak di Simpang Pante Pirak dan Peunayong, dekat gerejanya. Persimpangan itu sekarang dikenal sebagai Simpang Lima dan patung itu sudah tidak ada lagi. Meski Aceh kala itu dilanda perang, Verbraak menjalankan tugasnya dengan penuh komitmen.

Hingga tahun 1877 ia harus tinggal di sebuah gubuk sederhana yang juga menjadi tempat pelayanannya. Pada tahun 1877 pemerintah Belanda memberikan tanah untuk pembangunan kapel kayu di tepi sungai Aceh yang disebut juga Pante Pirak. Namun, daerah itu sering dilanda banjir, sehingga bangunan itu tidak bertahan lama.

Penguasa militer saat itu, Van der Heyden, yang mengetahui hal itu, memberikan izin untuk membangun gedung yang lebih layak. Pada tanggal 5 Februari 1884, pembangunan gereja dan pastoran baru dimulai. Gereja dengan menara dibangun dari kayu berkualitas tinggi dan lebih kuat dari sebelumnya.

Setahun kemudian, pada Hari Paskah, gereja mulai beroperasi. Gereja ini menjadi gereja Katolik pertama di Aceh dan masih berdiri hingga saat ini setelah perombakan besar-besaran pada tahun 1924.(dra)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button