Menparekraf mengembangkan pola perjalanan Candi Plaosan di Desa Bugisan, Jawa Tengah - WisataHits
Jawa Tengah

Menparekraf mengembangkan pola perjalanan Candi Plaosan di Desa Bugisan, Jawa Tengah

Warta Ekonomi, Jakarta –

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno akan menyiapkan satu pola perjalanan atau pola perjalanan wisata Candi Plaosan termasuk dalam ekosistem pengembangan Destinasi Super Prioritas Borobudur.

“Candi Plaosan ini merupakan destinasi wisata unggulan yang termasuk dalam ekosistem Borobudur. Nanti akan kita kembangkan.” pola perjalanan dari Borobudur. Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, mereka seusia dan juga menampilkan kearifan lokal dan relief yang mewakili keadaan masyarakat kita yang penuh dengan kearifan lokal 1.200 tahun yang lalu,” kata Sandiaga, Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif. dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/322).

Baca Juga: Menparekraf Temui Jejaring Pariwisata Muhammadiyah di Yogyakarta Bahas Peluang Kerja Sama Bidang Pariwisata dan Industri Kreatif

Candi Plaosan yang terletak di Desa Wisata Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mudah dijangkau karena dekat dengan pusat kota Yogyakarta dan hanya sekitar 45 menit berkendara.

Desa Wisata Bugisan masuk dalam peringkat 50 besar ajang Indonesian Tourism Village Award (ADWI) 2022. Dengan berkembangnya pola perjalanan, Menparekraf Sandiaga berharap Candi Plaosan dapat memberikan pengalaman berwisata yang lebih berkualitas kepada wisatawan, sejalan dengan masa depan. tren pariwisata yang mempersonalisasi, menyesuaikan, melokalisasi, dan lebih kecil. Selain menjadi alternatif untuk menjawab tingginya permintaan kunjungan wisatawan di kawasan wisata Candi Borobudur.

“Ini cara kami memastikan 20 juta wisatawan yang datang ke Borobudur juga terbang ke Klaten untuk mengunjungi Desa Wisata Bugisan,” kata Menparekraf.

Candi Plaosan sering disebut sebagai Candi Kembar karena ada dua candi yang secara historis dibangun oleh raja keenam Kerajaan Mataram Kuno, Rakai Pikatan, untuk dipersembahkan kepada salah satu permaisurinya yang bernama Pramudyawardani.

Keduanya berbeda agama. Raja Rakai Pikatan beragama Hindu sedangkan permaisuri Pramudyawardani beragama Budha. Perbedaan agama bukanlah halangan, mereka hanya memperkuat cinta mereka. Kisah ini tergambar jelas pada relief-relief di Candi Plaosan. Maka tidak heran jika candi Plaosan ini menunjuk pada berbagai aspek kehidupan seperti alam, budaya, toleransi dan agama.

Menparekraf Sandiaga mengatakan kisah cinta ini semakin memperkuat potensi Desa Wisata Bugisan.

“Di situ saya melihat daya tarik atau daya tarik Candi Plaosan atau Candi Kembar, karena mereka ada di sana storynomics Cinta,” kata Sandiaga.

Di dalam area Candi Kembar terdapat halaman rumput hijau yang menambah keindahan alam lanskap Jawa. Candi Plaosan yang memadukan gaya Hindu dan Budha menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Selain Candi Plaosan yang menjadi daya tarik wisata utama, Desa Wisata Bugisan juga memiliki daya tarik di bidang seni yang erat hubungannya dengan masyarakat setempat hingga saat ini. Baik berupa seni musik tradisional (gamelan), Pring Sedapur (alat musik asli Bugis yang terbuat dari bongkahan bambu), bacaan Gejlog (lempeng itu sendiri adalah alat yang digunakan orang zaman dahulu untuk menumbuk padi) hingga tulisan Jawa yang juga dikenal adalah sebagai Hanacaraka.

Desa Bugisan ini menawarkan berbagai kuliner yang terbuat dari olahan pepaya yang dibuat oleh ibu-ibu PKK desa. Seperti permen, nuget, permen, keripik dan puding. Selain kuliner kelezatan, ada juga kerajinan tangan mulai dari ukiran kayu hingga miniatur candi Plaosan yang bisa dijadikan oleh-oleh. Tentunya hal ini akan mendorong peningkatan perekonomian dengan membuka lapangan kerja.

Desa Bugisan juga dikenal sebagai desa mandiri dalam pengolahan sampah. Dimana proses pembuatannya berasal dari limbah rumah tangga yang tidak dapat terurai. Hasilnya adalah produk-produk seperti pupuk, kerajinan tangan, bahkan fashion daur ulang.

Dengan potensi alam, budaya dan seni desa tersebut, semakin lengkap dengan hadirnya beberapa keluarga angkat yang dikelola langsung oleh warga. Dengan gaya arsitektur Jawa yang masih kental, wisatawan dapat merasakan adat dan berinteraksi langsung dengan penduduk desa.

Selain homestay, fasilitas lainnya antara lain toilet umum, fasilitas cuci tangan, dan Paseban Candi Kembar (restoran yang dilengkapi panggung pertunjukan kesenian tradisional).

Kelembagaan desa yang menjadi salah satu poin penilaian ADWI 2022 juga telah dilaksanakan oleh masyarakat desa Bugisan.

Dalam kesempatan tersebut, Menparekraf Sandiaga menyaksikan atraksi Jatilan di desa Bugisan. Jatilan adalah seni yang dimainkan dengan properti berupa kuda buatan yang terbuat dari anyaman bambu atau kuncir. Kesenian ini juga sering disebut dengan jaran kepang.

Selain Jatilan, Menparekraf juga menyaksikan kemunculan ‘Gunungan’ yang dihasilkan Bumi didampingi oleh Bregodo (tentara). Atraksi ini merupakan bentuk rasa syukur komunal atas hasil panen desa.

“Saya melihat Desa Wisata Bugisan menjadi kluster percontohan penciptaan 1,1 juta lapangan kerja baru berbasis masyarakat di pedesaan. Sehingga pada akhirnya kita bisa melihat kekuatan masyarakat untuk bangkit kembali setelah pandemi. Dan target 2024 untuk menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru bisa tercapai. “Kami akan mewujudkannya,” kata Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif.

Bagi yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang Desa Wisata Bugisan, bisa mengunjungi sosial media channel Instagram @desawisatabugisan dan YouTube Desa Wisata Bugisan.

Foto: Kemenparekraf

Source: wartaekonomi.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button