Mengelilingi labirin di tengah kota hujan - WisataHits
Jawa Barat

Mengelilingi labirin di tengah kota hujan

Dinamakan labirin karena di desa ini terdapat banyak gang dan kelokan.

REPUBLIK.CO.ID, Oleh: Fuji Pratiwi, jurnalis Republik

Suara doa wanita terdengar dari seberang jembatan Kampung Kebon Jukut, Desa Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat. Pada Senin (12/5/2022) pagi ini Rasulullah dilantunkan pembicara Masjid dengan penuh semangat.

Seberangi jembatan bercat hijau di atas Sungai Ciliwung, Republika mulai memasuki kawasan yang menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) sejak tahun 2018 yang diberi nama Kampung Labyrinth Astra Honda. Sasarannya adalah rumah ketua RW 10. Setelah dua kali menanyai warga, jawabannya: langsung ke masjid.

Suara pengajian yang belum berhenti justru menunjukkan jalan menuju masjid. Namun, tidak semudah ternyata. Lorong-lorong berkelok-kelok yang hanya harus dilalui dua orang ini sukses Republika berbalik beberapa kali untuk mencari jalan.

“Dinamakan labirin karena banyak gang dan belokan, sehingga sering dikunjungi orang menyimpang. Itu sebabnya pengunjung kami merekomendasikan untuk menggunakannya Manualkata Bendahara Desa Labirin Astra Honda Nur Eka Wati saat akhirnya berhasil Republika bertemu di rumah Presidium RW 10.

Eka menuturkan Desa Labirin lahir dengan bantuan Rain Terminal yang melihat potensi di sana. Apalagi Wali Kota Bogor Bima Arya pernah mengatakan bahwa kawasan desa Kebon Jukut sebenarnya terlihat indah dari jauh.

Terminal Rain adalah organisasi nirlaba yang mendukung pengembangan pendidikan dan ekonomi masyarakat Kampung Kebon Jukut bertahun-tahun sebelum kampung tersebut menjadi KBA. Dua pegawai Rain Terminal, Anggun dan Sela, melihat potensi Kampung Kebon Jukut untuk dikembangkan menjadi tempat wisata bertema. Mereka kemudian mengajukan proposal ke Yayasan Astra Honda Motor (AHM).

Ketua Yayasan AHM, Ahmad Muhibbuddin mengatakan, pada tahun 2018 ini, dengan para juara dan tokoh masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi Kampung Kebon Jukut. Setelah berdiskusi dan bermusyawarah, RW 10 Kampung Kebon Jukut akhirnya diresmikan pada 1 Desember 2018 sebagai Kampung Labirin Astra Honda oleh Walikota Bogor Bima Arya bersama AHM Foundation.

AHM Foundation memberikan dukungan infrastruktur, pembekalan pengetahuan, keterampilan dan dukungan kepada masyarakat Desa Labirin. Yayasan AHM juga mensosialisasikan penyelenggaraan festival budaya dengan mendukung berbagai sarana dan prasarana berupa renovasi jembatan, pengecatan kawasan dan spot selfie. selfie

Selain itu, AHM Foundation mendukung kegiatan wisata air berupa bantuan perahu dan peralatan serta pembangunan dermaga. AHM Foundation saat ini sedang membina UMKM khas Desa Labirin yaitu keripik Jengkol.

“Yayasan AHM berharap Astra Honda Labyrinth Village dan warganya dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dan mandiri dengan sifat berkontribusi dan kolaboratif,” kata Muhibbuddin dalam keterangan tertulis.

Tetap inovatif

Dalam publikasi di akun Instagram Labyrinth Village, setidaknya ada empat Festival Labyrinth Village yang akan digelar sepanjang tahun 2019. “Yang ditawarkan dalam wisata di desa Labirin ini mulai dari produksi keripik jengkol, atraksi seni, kuliner khas Bogor hingga pertunjukan musik. injak, hadroh, dan tarian daerah,” kata Eka Nur Wati, Bendahara Astra Honda Labyrinth Village.

Di penghujung Februari 2020, pernah digelar Festival Kampung Labirin yang memberikan daya tarik baru untuk wisata arung jeram. Lokasinya berada di sekitar jembatan yang menuju ke perkampungan.

Efek pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas masyarakat membuat festival di sana tak terelakkan rem tiba-tiba. “Pada masa pandemi Covid-19, kegiatan di Desa Labirin hanya dilakukan saat kunjungan. Misalnya kunjungan pengurus atau mahasiswa yang melakukan penelitian,” kata Eka.

Manajemen Kampung Labirin tidak ingin pariwisata di sana berhenti setelah empat tahun berdiri. Di tahun 2021 ada virtual tour bersama kampus dan peluncuran Maze Shop.

Pada tanggal 3 Desember 2022, Kampung Labirin menggelar wisata malam Labirin Menakutkan bersama kampus di kota Bogor. Setelah mencoba satu kali, tur malam ini akan berlanjut di tahun 2023.

“Labirin yang mengerikan sedemikian rupa sehingga aktivitas terus berlanjut meski tidak ada waktu acara‘ kata Eka.

Setiap ada festival atau kunjungan, mereka yang datang dipersilahkan untuk melihat dan membeli produk UMKM Desa Labirin. Yang paling khas adalah keripik jengkol yang produksinya sudah bertahan lebih dari 60 tahun.

Usai berbincang di rumah ketua RW 10, Eka bertanya Republika Lihat langsung cara pembuatan keripik jengkol. Melalui jalan yang berkelok-kelok kami sampai di rumah Nyai Maryani. Ia mengencerkan jengkol yang sudah dimasak menjadi keripik dengan cara tradisional.

Nyai Maryani menggunakan alas batu kali dan tamper yang juga dihaluskan secara tradisional di permukaannya. Dia telah menggunakan kedua batu tersebut selama sekitar 40 tahun. Ia sendiri mulai membuat keripik Jengkol sejak berusia 25 tahun.

Ketika ditanya mengapa dia berkomitmen untuk membuat keripik, Nyai Maryani menjawab, “Di antara adik-adik saya, toksisitas kita berbeda. saya bisa emping. Kegiatan ini diturunkan dari nenek saya,” kata Nyai Maryani.

Ia menjelaskan, keripik jengkol harus menggunakan jengkol lama karena akan berpengaruh pada keripik yang dihasilkan. Jengkol tua juga harum saat dimasak. Baru saat musim berakhir harga jengkol menjadi mahal, bisa mencapai Rp 40.000 per kilogram. Jika demikian, perajin akan kesulitan membeli karena keterbatasan modal.

Ia bersyukur Kampung Labirin telah melakukan gebrakan dalam empat bulan terakhir dengan berdirinya Koperasi UMKM Emping Jengkol yang didukung oleh AHM Foundation. Keikutsertaan pengrajin emping jengkol dalam koperasi bersifat sukarela.

Pengrajin yang bergabung bisa mendapatkan bantuan untuk membeli bahan baku jengkol dari koperasi, kata Nyai Maryani. Bahan baku tersebut kemudian diolah menjadi keripik yang dibeli oleh koperasi dan dipasarkan ke pusat oleh-oleh Bogor. Hasil penjualan kripik di koperasi digunakan untuk membayar kredit pembelian bahan baku. Keuntungan dibagi dengan pengrajin dan koperasi.

Diakui Nyai Maryani, keberadaan koperasi sangat membantu perajin seperti dirinya. “Karena perajin memiliki kepastian bahan baku jengkol dan pembeli keripik,” ujarnya.

Nyai Maryani pun menyusun strategi agar produksi berjalan lancar. Saat Jengkol sedang musim, ia memproduksi keripik secara massal. Keripik jengkol kering yang dijemur di bawah terik matahari bisa disimpan berbulan-bulan. Maka ketika persediaan jengkol menipis, Nyai Maryani menjual persediaan keripik jengkol kering.

“Aku pergi tidur dengan Keripik Jengkol di rumah,” kata Nyai Maryani.

Selain keripik jengkol kering, Nyai Maryani juga menjual keripik jengkol goreng. Harganya Rp 5.000 per bungkus.

Republika apakah rasanya enak. Setelah dikunyah, muncul sedikit rasa pahit, mirip dengan keripik melinjo. Saat keripik ditelan, aroma khas jengkol menyeruak dari tenggorokan.

Dari rumah Nyai Maryani, Republika diajak kembali ke gang-gang Kampung Labyrinth. Sasarannya adalah kawasan budidaya Magot di tepian Sungai Ciliwung, dekat jembatan menuju desa. Syawal, Rendi dan Firman menyambut mereka dengan hangat. Ketiga pemuda tersebut merupakan bagian dari Satgas Naturalisasi Ciliwung di Labirin Kampung.

Saat Syawal mengajaknya melihat tempat pembibitan belatung, dia mengatakan sebelumnya pernah menjadi tim kebersihan Kampung Labirin. Kemudian ia menjadi salah satu utusan Desa Labirin untuk menjadi Satgas Naturalisasi Ciliwung yang ditugaskan oleh desa setempat (Desa Babakan Pasar).

Sebagai juru kunci, Syawal sempat memikirkan bagaimana mengolah sampah organik yang dihasilkan setiap harinya. Syawal mendapat informasi dari temannya dan pergi ke Bank Sampah Siliwangi untuk belajar mengolah sampah dan menanam magot.

aksi dimulai. Di Kampung Labirin, tepatnya di RT 01 RW 10, terdapat 61 rumah dengan satu ember kecil di setiap rumah untuk menampung sampah organik. Kemudian setiap 10 rumah akan dilengkapi dengan drum penampung sampah organik. Sembilan hingga sepuluh kilogram sampah organik dikumpulkan setiap hari untuk dijadikan pakan magot. Setelah Magotte dipanen, sampah organik diangkut ke lokasi budidaya Magot lain di Sempur, Bogor.

Magot bisa dipanen setiap dua minggu sekali. Setelah panen, bisa diperoleh 30 kilogram magot hidup. Harganya Rp 7.000 per kilogram dan jual lewat Facebook. Magotte hidup digunakan sebagai pakan burung atau unggas.

Selain itu, mereka juga menjual magot kering sebagai makanan ikan. Harganya Rp 5.000 per 40 gram Republika, Syawal menunjukkan toples magot kering yang kaku. “Magotte kering berbau harum kayak kacang tanah dan bisa dimakan,” kata Syawal.

Untuk aromanya memang benar magot kering berbau seperti kacang panggang. Makhluk berbentuk batang dan kecokelatan itu terasa kasar saat dipegang. Meskipun mengandung protein Republika Kecilkan nyali jika Anda harus mencicipinya.

Syawal, Rendi dan Firman juga sedang membangun kandang ayam petelur. Mereka muncul dengan ide membuat kegiatan budidaya Magot secara melingkar. Jadi Magotte tidak hanya dijual, tapi juga sebagai pakan ayam petelur.

Mereka juga ingin membuat bank sampah di kawasan budidaya Magot. Ini karena sampah anorganik dapat dipilah untuk dikumpulkan di tempat pembuangan sampah yang lebih besar.

“Kami sedang dalam proses mendirikan bank sampah. Semoga sampah menjadi berkah,” kata Syawal.

Syawal juga sering terlibat dalam kegiatan wisata di Desa Labirin. Dia bisa berfungsi sebagai penyelamatan air Wisata air untuk pemain Hadroh.

Akhirnya Republika pamit, mengakhiri kunjungan ke Kampung Labirin dan menyeberangi jembatan menuju jalan utama. Suara pengajian para ibu tak terdengar lagi, tergantikan oleh suara azan dzuhur pembicara Masjid.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button