Mengatasi kemiskinan, fokus pada Mountain Egret DIY - WisataHits
Yogyakarta

Mengatasi kemiskinan, fokus pada Mountain Egret DIY

Mengatasi kemiskinan, fokus pada Mountain Egret DIY

Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah DIY tetap berkomitmen untuk mengentaskan kemiskinan pada tahun 2023, dengan fokus menanggulangi kemiskinan di Kuntul Gunung.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Beny Suharsono mengatakan Pemda DIY akan menyasar daerah tertinggal yang tingkat kemiskinannya paling tinggi.

Pemda DIY akan fokus pada pengentasan kemiskinan di tiga kabupaten di sisi selatan DIY, yakni Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul, yang belakangan populer disebut Kuntul Gunung. Ketiga daerah juga telah berkomitmen untuk bekerja sama dalam perencanaan pembangunan, khususnya untuk wilayah pesisir.

Benny mengatakan Gubernur DIY Sri Sultan HB X telah memerintahkan perlindungan sosial dan jaminan sosial segera diberikan kepada masyarakat miskin. Saat ini Pemda DIY melalui pemerintah kabupaten/kota sedang memeriksa siapa saja yang mengklasifikasikan warganya ke dalam kategori miskin. “Jadi ini bukan soal sampling lagi, ini aksi nyata, siapa dan dimana rakyat miskin. Nanti kita lihat siapa dan di mana 463.000 itu, kata Jumat (20/1).

Beny menjelaskan, publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa angka kemiskinan perbaikan rumah tertinggi di Jawa adalah statistik triwulanan. Perbandingan seperti itu tampaknya meningkatkan angka kemiskinan di DIY. Namun dari tahun ke tahun, tingkat kemiskinan perbaikan rumah justru turun. “Jadi tolong jangan membacanya sepotong-sepotong [kuarter per kuarter] karena jalur pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan dapat didiskusikan triwulan demi triwulan dan diakumulasikan dari tahun ke tahun. Yang dirilis kemarin [BPS]“Ini angka tiga bulan terakhir, kemiskinan turun dari 11,34 menjadi 11,59,” katanya.

Benny mengatakan berdasarkan statistik perbaikan rumah lainnya, sebenarnya naik. Sebut saja Angka Harapan Hidup, Indeks Kebahagiaan, Angka Harapan Rata-rata Lama Sekolah, Indeks Kesejahteraan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Benny menilai hal itu kontradiksi, paradoks, atau anomali mengingat angka kemiskinan.

Benny mencontohkan, di Kulonprogo angka kemiskinan hampir 18%, namun angka harapan hidup penduduk di sana mencapai 75 tahun, tertinggi di DIY bahkan di Tanah Air. Selain itu, menurut Benny, rata-rata angka harapan hidup sekolah di bidang perbaikan rumah cukup tinggi, mencapai 15,59, atau tertinggi kedua secara nasional setelah DKI Jakarta.

Bappeda DIY juga menemukan bahwa IPM di DIY meningkat sebesar 5,37 poin dari tahun 2010 ke 2022, dari 75,37 di tahun 2010 menjadi 80,64 di tahun 2022.

“Itu fakta lain. Mungkinkah kemiskinan ekstrem tertinggi dalam perbaikan rumah, angka yang belum dibahas sebelumnya? Kami tidak dapat memperbaikinya, tetapi kami mengirimkan data lain, yang juga harus kami berikan informasinya,” katanya.

kegunaan

Paniradya Pati Aris Eko Nugroho mengatakan, pihaknya juga berupaya mengentaskan kemiskinan perbaikan rumah dengan menggunakan berbagai program bantuan masyarakat.

Program-program tersebut didasarkan pada penggunaan Dana Khusus (Danais) DIY yang khusus diperuntukkan bagi pengentasan kemiskinan. Sejumlah program seperti Desa Berbudaya Mandiri, Desa Wisata rintisan Kallurahan berbudaya dan kemudian juga RTLH atau Rumah Layak Huni merupakan program yang dibiayai oleh Danais.

Ada juga program seperti beasiswa untuk anak, desa prima untuk ibu yang diprioritaskan oleh kepala keluarga, RTLH perorangan dan terpadu, KUBE, pemanfaatan tanah kas desa yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu agar salah satu kebutuhan rumah dapat terpenuhi dengan baik. .

Pemulihan tercepat

Bank Indonesia memperkirakan DIY telah memasuki masa pemulihan ekonomi dengan menggunakan indikator produk domestik bruto (PDB) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi pascapandemi Covid-19.

Direktur Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta Budiharto Setyawan mengatakan, akumulasi PDRB DIY selama tiga triwulan pertama tahun 2022 secara konstan berada di level Rp 83,58 triliun, meningkat 4,68% (ctc). sesuai. dibandingkan dengan akumulasi PDRB Q1 hingga Q3 2021. “Tingkat PDRB tersebut bahkan melampaui akumulasi PDRB pada triwulan yang sama 2019 sebesar Rp 74,79 triliun. Jika prestasi ini dijadikan ukuran keberhasilan, maka DIY merupakan salah satu provinsi yang [proses] pemulihan tercepat di Indonesia,” kata Budi.

Untuk mengukur kemiskinan, lanjut Budi, BPS telah menerbitkan beberapa indikator. Berdasarkan indikator tersebut, meskipun pertumbuhan ekonomi DIY dinilai sangat baik, garis kemiskinan yang mencerminkan nilai rupiah dari pengeluaran minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar selama satu bulan menurun baik di perkotaan maupun di perdesaan. “Kami melakukan penilaian untuk indikator kemiskinan ini. Beberapa hal penting dapat kami sampaikan dari hasil penilaian tersebut,” ujarnya.

Mayoritas do-it-yourselfers sudah memiliki pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Tingkat pengangguran di sektor DIY sekitar 4,06% (Agustus 2022), yang dinilai Budi sangat baik, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 5,86%.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button