Mengapa monyet datang ke pemukiman di Wendit? - WisataHits
Jawa Timur

Mengapa monyet datang ke pemukiman di Wendit?

  • Monyet di Wendit Waterpark menyelinap ke area pemukiman. Mereka membuka dan menerobos langit-langit rumah. Sejak lima bulan tersebut, puluhan kera ini telah meninggalkan habitatnya di Wendit Waterpark. Mereka adalah salah satu objek wisata ikonik yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Malang.
  • Kera-kera tersebut diduga berasal dari Wendit Waterpark karena kekurangan makanan. Pengunjung turis selama pandemi anjlok sementara pakan ternak bergantung pada pengelola dan hadiah dari pengunjung. Wendit tidak memiliki cukup buah dan daun untuk makanan alami kera.
  • Rosek Nursahid, Ketua ProFauna Indonesia, menghimbau kepada para pengelola untuk memastikan kecukupan pakan karena selama ini mereka mendapatkan keuntungan dari monyet ikonik ini. Selain itu, perlu dilakukan pengkajian populasi dengan daya dukung habitat.
  • Mamat Ruhimat, Kepala Bidang Konservasi BBKSDA Jawa Timur Wilayah VI Probolinggo, mengatakan telah berkoordinasi dengan pengelola Wendit untuk menangani kera tersebut. BKSDA saat ini sedang menyelidiki apakah monyet meninggalkan habitatnya karena kekurangan makanan atau habitat yang tidak mendukung.

Puluhan kera ekor panjang (Macaca fascicularis) pada genteng rumah warga di Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Dijajah, monyet-monyet ini membuka dan menerobos langit-langit rumah. Sejak lima bulan tersebut, puluhan kera ini telah meninggalkan habitatnya di Wendit Waterpark. Mereka adalah salah satu objek wisata ikonik yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Malang.

Warga di RT 5, RW 5, Desa Mangliawan Sodik B mengatakan, sudah jarang kera berkolonisasi bersama di lahan seluas 2,2 hektar itu. “Itu terparah, biasanya hanya dua atau tiga,” kata Sodik.

Pria yang tinggal di Wendit sejak 1986 itu khawatir atap rumahnya rusak. Selama musim hujan, beberapa rumah, termasuk sekolah dan gereja di distrik Wendit, bocor.

“Ruang kelas sering kebanjiran dan atapnya bocor. Siswa juga takut monyet masuk kelas,” katanya.

Warga, kata Sodik, sudah melapor ke pengelola dan ketua RT setempat. Itu tidak ditanggapi dengan serius selama lima bulan. Bahkan cenderung dibiarkan begitu saja.

“Ada staf Wendit di sini tapi masih belum ada tindakan,” katanya.

Karyawan Wendit Waterpark, kata dia, tidak langsung mengecek keberadaan kera-kera yang tinggal di rumah warga. Warga setempat kesulitan mengusir primata ini karena tidak takut dengan manusia.

Sodik berteori bahwa kera-kera itu kehabisan makanan dan meninggalkan habitatnya karena populasinya terus bertambah.

Pengunjung turis selama pandemi telah turun sementara beberapa bergantung pada pengunjung untuk makanan. “Mungkin lebih sedikit makanan,” katanya.

Habitat Wendit tidak dapat mendukung pemberian makan monyet.  Sejauh ini, hewan bergantung padanya[ dan pengelola dan pengjunjung. Pandemi menerpa, monyet masuk ke pemukiman. Foto: Eko Widianto/ Mongabay IndonesiaHabitat di Wendit tak bisa mendukung pakan monyet. Selama ini, satwa bergantung hidu[ dan pengelola dan pengjunjung. Pandemi menerpa, monyet masuk ke pemukiman. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Juru kunci Punden Mbah Kabul dan Sedang Widodaren di Wendit Waterpark, Mbah Soleh mengatakan, monyet ekor panjang di Wendit terdiri atas empat kelompok. Meliputi kelompok di area parkir, area pelataran Wendit, bagian dalam dan belakang di punden Mbah Kabul. Masing-masing kelompok memiliki pemimpin, yakni monyet dengan postur paling besar.

Setiap kelompok tak bisa melintasi teritorial masing-masing. Soleh menjadi juru kunci sudah 15 tahun lebih hingga mengenal karakter monyet.

 

Kurang pakan?

Selama ini, katanya, monyet bergantung pakan dari pengelola dan pengunjung. Wendit tak memiliki buah dan dedaunan cukup untuk pakan alami monyet.

Populasi terus bertambah, Soleh memperkirakan sekitar 500 monyet hingga perlu pakan cukup. Dia tak tega, kelompok monyet belakang jarang mendapat jatah pakan cukup hingga kelaparan, tak jarang mengais di tong sampah.

“Selama ini, kelompok di belakang tak diberi pakan. Saya tahu di lapangan. Silakan cek,” katanya.

Soleh juga membagikan tumpeng dan sesaji yang biasa dibawa peziarah ke Punden Mbah Kabul kepada monyet-monyet ini, termasuk sumbangan dari donatur berupa pisang dan ketela rambat.

Dia duga monyet kekurangan pakan hingga keluar habitat dan mendekati rumah warga. Selain itu, raungan gergaji mesin saat memotong pohon tumbang menyebabkan monyet ketakutan dan kabur karena stres.

Ribut, warga setempat tak tega dengan kondisi monyet kelaparan. Dia berinisiatif bersama-sama masyarakat memberi pakan berupa pisang dan ketela. “Kasihan saya beri semampu saya.”

 

Plafon gereja ruasak akibat dirusak monyet ekor panjang penghuni Wendit Waterpark, Malang. (Foto: Rupiatin).Plafon gereja ruasak akibat dirusak monyet ekor panjang penghuni Wendit Waterpark, Malang. Foto: Rupiatin)

 

Dia tergerak menyisihkan Rp50.000 untuk membeli pisang. Usaha memberi pakan sudah sejak setahun lalu. Aktivitas Ribut berhenti sejak dilarang pengelola memberi pakan kepada monyet. “Kami tergerak memberi pakan. Tidak ingin dipuji.”

Yuli Satria, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wendit Waterpark Dinas Pariwisata Kabupaten Malang, saat dihubungi Mongabay tengah ada kegiatan. Dia tak bisa memberikan penjelasan. “Maaf masih belum bisa, masih ada acara,” tulis Yuli melalui aplikasi perpesanan.

Heri, pegawai Wendit Waterpark mengatakan, pengelola memberi pakan cukup untuk monyet. Pakan dua kali sehari, pagi dan sore. “Pakan cukup, tidak kekurangan.”

Mahbubatus Sakdiyah, Antropolog Universitas Airlangga meneliti interaksi pengunjung dengan monyet dalam perkembangan pariwisata di Wendit. Monyet di area pelataran lebih sering berinteraksi dengan pengunjung termasuk kebiasaan memberi pakan.

“Seringnya monyet berinteraksi dengan manusia bisa saja menyebabkan perubahan perilaku monyet dari sifat aslinya,” tulisnya dalam penelitian berjudul Studi Perbandingan Perilaku Sosial Monyet Ekor Panjang di Taman Wisata Air Wendit.

Monyet mendapat asupan pakan dari pengelola dan pengunjung daripada pakan alami yang tersedia di habitat.

Monyet di kelompok dalam, memiliki aktivitas sosial tinggi, seperti berteriak, grooming, kawin, berkelahi, berjemur dan mandi.

Aktivitas bersama seperti grooming dan tidur untuk memperkuat ikatan sosial dalam kelompok. Ketika tidur, monyet lain berjaga. Sebagai salah satu fungsi hidup berkelompok untuk proteksi dari ancaman luar.

Kelompok luar, katanya, memiliki struktur sosial berbeda. Dalam aktivitas grooming monyet yang memiliki cacat tubuh menjadi individu subordinat. Sebaliknya, yang bertubuh kekar, kuat dan besar akan dominan. “Kelompok luar cenderung lebih tenang dan jarang mengeluarkan teriakan. Aktivitas tertinggi istirahat yang meliputi duduk dan tidur,” tulis Sakdiyah.

 

 

Monyet ekor panjang bermain di atas arca kawasan Wendit Waterpark, Malang. (Foto: Eko Widianto).Monyet ekor panjang bermain di atas arca kawasan Wendit Waterpark, Malang. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

 

Daya dukung habitat

Rosek Nursahid, Ketua ProFauna Indonesia mengatakan, monyet merupakan primata yang mudah beradaptasi dengan lingkungan, termasuk pakan, bahkan cenderung jadi pemakan segala alias omnivora.

Apalagi, katanya, monyet di Wendit sudah berinteraksi dengan pengunjung dan diberi pakan. Monyet pun makan yang diberikan pengunjung.

Meski di habitat tak memiliki cadangan pakan alami, namun monyet bisa bertahan dengan makan pemberian pengunjung bahkan, dengan mengais sisa makanan.

Pengelola Wendit, katanya, harus memastikan pasokan pakan cukup sesuai kebutuhan populasi monyet.“[Apakah] apakah persediaan makanan cukup? Apakah jumlah pakannya sesuai dengan populasinya?” tanya Rosek seraya mengatakan populasi mereka terus bertambah.

Habitat monyet di Wendit, katanya tidak ada makanan alami untuk mendukung mereka, sehingga mengharapkan bantuan dari pengelola atau pengunjung.

“Monyet-monyet di Wendit tidak takut pada manusia. Dia telah berinteraksi dengan orang-orang sejak dia lahir.”

Jika tidak ada cukup makanan, koloni monyet dapat meninggalkan habitatnya untuk mencari makanan, bahkan di daerah pemukiman.

Rosek mendesak manajer untuk bertanggung jawab dan menyediakan makanan yang cukup karena dia telah menghasilkan keuntungan dengan ikon monyet ini sejauh ini. Selain itu, perlu dilakukan pengkajian populasi dengan daya dukung habitat.

“Dengan melibatkan tenaga ahli yang berkompeten di bawah pengawasan Balai Konservasi Sumber Daya Alam.”

Seekor kera ekor panjang hinggap di atap rumah warga di sebelah Wendit Waterpark, Malang.  (Foto: Rupiah).Seekor kera ekor panjang hinggap di atap rumah warga di sebelah Wendit Waterpark, Malang. Foto: Rupiah

Mempelajari daya dukung habitat, menurut Rosek, diperlukan untuk mencegah konflik antara kera dan manusia. Selain itu, dalam 20 tahun terakhir, kondisi habitat telah berubah, banyak bangunan fisik yang dipenuhi pepohonan.

“Jika populasi monyet terlalu besar, maka perlu segera dipindahkan ke lokasi lain.”

Konflik antara kera dan manusia harus diperhitungkan, karena hewan ini dapat menularkan berbagai penyakit atau penyakit zoonosis kepada manusia, seperti hepatitis, TBC, cacar dan lain-lain.

Pengelola, kata dia, harus bertindak cepat untuk menangani kera yang menyerbu kawasan pemukiman.

Mamat Ruhimat, Kepala Bidang Konservasi BBKSDA Jawa Timur Wilayah VI Probolinggo, mengatakan telah berkoordinasi dengan pengelola Wendit untuk menangani kera tersebut. BKSDA saat ini sedang menyelidiki apakah monyet meninggalkan habitatnya karena kekurangan makanan atau habitat yang tidak mendukung.

“Bila terjadi kelebihan populasi, kera ditangkap dan dibawa ke hutan lindung lainnya,” katanya.

Pulau Nusa Barong di Puger, Kabupaten Jember, kata dia, bisa menjadi salah satu opsi untuk merelokasi kera tersebut. BKSDA bekerja sama dengan Jaringan Bantuan Satwa Jakarta (JAAN) untuk menangkap monyet-monyet tersebut.

Pengunjung memberi makan monyet ekor panjang di Wendit Waterpark, Malang.  Foto: Eko Widianto/ Mongabay IndonesiaPengunjung memberi makan monyet ekor panjang di Wendit Waterpark, Malang. Foto: Eko Widianto/ Mongabay Indonesia

********

Source: www.mongabay.co.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button