Menanam apel semakin sulit, petani meminta pemerintah kota turun tangan - WisataHits
Jawa Timur

Menanam apel semakin sulit, petani meminta pemerintah kota turun tangan

Frustrasi – Petani apel di Kota Batu mengeluhkan mahalnya biaya perawatan tanaman apel. Karena jika tetap mahal, petani akan merugi dan keberadaan budidaya apel akan terancam.

Salah seorang petani di Desa Tulungrejo, Arochman Mustofa mengatakan, harga pupuk kini semakin mahal. Untuk pupuk ZA non subsidi Rp 400.000 per kantong dan pupuk mutiara Rp 1 juta. “Bahkan ada yang menggunakan pupuk kimia untuk mempercepat prosesnya.

Namun, pohon apel tersebut rusak dan menyebar ke akar kambiumnya,” kata pria yang akrab disapa Tofa itu. Dikatakannya, banyak petani apel di Desa Tulungrejo yang beralih menanam sayuran akibat rusaknya pohon apel. “Rata-rata petani tidak kuat membiayai pemeliharaan, dan bingung formula apa yang digunakan untuk mengobati penyakit apel,” ujarnya. Tofa menjelaskan, dari lebih 500 petani apel di Desa Tulungrejo, saat ini hanya tersisa 300 petani apel.

Dikatakannya, kondisi apel Kota Batu akan memburuk di musim penghujan seperti saat ini. Kondisi ini menyebabkan kualitas buah apel menurun atau dikenal dengan sebutan busuk buah. “Jadi muncul bintik-bintik hitam di permukaan apel. November lalu lebih parah karena selalu hujan deras,” jelasnya.

Atas kondisi tersebut, ia berharap Pemkot Batu mencari solusi yang tepat dalam menangani kebun apel. Selain itu, apel menjadi ikon pariwisata kota Batu.

Sri Wahyuni ​​menjelaskan kepada subkoordinator Bidang Pembinaan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKPP) Kota Batu bahwa persoalan terkait panen apel sangat kompleks. (jika/penutup)

Frustrasi – Petani apel di Kota Batu mengeluhkan mahalnya biaya perawatan tanaman apel. Karena jika tetap mahal, petani akan merugi dan keberadaan budidaya apel akan terancam.

Salah seorang petani di Desa Tulungrejo, Arochman Mustofa mengatakan, harga pupuk kini semakin mahal. Untuk pupuk ZA non subsidi Rp 400.000 per kantong dan pupuk mutiara Rp 1 juta. “Bahkan ada yang menggunakan pupuk kimia untuk mempercepat prosesnya.

Namun, pohon apel tersebut rusak dan menyebar ke akar kambiumnya,” kata pria yang akrab disapa Tofa itu. Dikatakannya, banyak petani apel di Desa Tulungrejo yang beralih menanam sayuran akibat rusaknya pohon apel. “Rata-rata petani tidak kuat membiayai pemeliharaan, dan bingung formula apa yang digunakan untuk mengobati penyakit apel,” ujarnya. Tofa menjelaskan, dari lebih 500 petani apel di Desa Tulungrejo, saat ini hanya tersisa 300 petani apel.

Dikatakannya, kondisi apel Kota Batu akan memburuk di musim penghujan seperti saat ini. Kondisi ini menyebabkan kualitas buah apel menurun atau dikenal dengan sebutan busuk buah. “Jadi muncul bintik-bintik hitam di permukaan apel. November lalu lebih parah karena selalu hujan deras,” jelasnya.

Atas kondisi tersebut, ia berharap Pemkot Batu mencari solusi yang tepat dalam menangani kebun apel. Selain itu, apel menjadi ikon pariwisata kota Batu.

Sri Wahyuni ​​menjelaskan kepada subkoordinator Bidang Pembinaan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKPP) Kota Batu bahwa persoalan terkait panen apel sangat kompleks. (jika/penutup)

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button