Malang menggunakan pembangkit listrik hybrid, menggunakan tempat wisata
MALANG, terkemuka.id – Sulitnya akses listrik di sejumlah tempat wisata dengan air terjun yang dikelola Perhutani Malang Raya memungkinkan penyediaan sumber energi alternatif. Energi alternatif berupa pembangkit listrik hybrid yaitu air dan tenaga surya atau sinar matahari menjadi pilihan.
Pengembangan energi alternatif di tiga tempat wisata yaitu Coban Jahe, Coban Tarzan dan Coban Talun bekerjasama dengan Politeknik Negeri Malang (Polinema). Pada tahun 2018 hingga 2022, penyediaan listrik di sejumlah tempat wisata dimulai secara bertahap.
Ketua Tim Riset Ketenagalistrikan Polinema Mohammad Noor Hidayat mengungkapkan, pemilihan pembangkit listrik hybrid dengan menggabungkan dua sumber energi merupakan bagian dari bentuk pengabdian universitas kepada masyarakat. Pilihan antara dua sumber energi, yaitu air dan energi matahari atau dari alam yang disesuaikan dengan sinar matahari dari tempat wisata itu sendiri.
“Pada pagi hingga siang hari sel surya masih bisa dioperasikan saat ada air, karena airnya banyak, kami gunakan sebagai sumber energi. Jadi ada pengontrol di baterai yang mengatur aliran arus ke generator. Untuk hybrid ini penelitian kami baru, pertama (di Indonesia),” kata Noor Hidayat di Politeknik Negeri Malang, Selasa (20/9/2022).
Noor menambahkan pembangkit listrik alternatif ini menghasilkan listrik 500 watt. Dimana ada energi yang cukup untuk menyalakan lampu, charger untuk handphone dan laptop. Bahkan dengan alternatif dua sumber energi, nyala listrik lebih tahan lama karena tidak bergantung pada satu sumber saja.
Padahal, perkiraan biayanya cukup tinggi karena hanya untuk pembangkit hybrid membutuhkan biaya minimal Rp 20-30 juta, mencerminkan pembangkit listrik tenaga angin dan panas bumi, dengan alokasi terbesar untuk infrastruktur pemasangan tiang pancang.
“Dayanya masih kecil, plus minus maksimal 500 watt. Tapi untuk tempat wisata katanya sangat bermanfaat.
Selain sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, Noor mengaku pembangkit listrik hybrid ini juga sedang dikembangkan sebagai laboratorium lapangan bagi mahasiswanya. Pasalnya, dalam proses pengembangan dan implementasinya, sekitar 23 mahasiswa terlibat di tempat wisata tersebut.
“Mahasiswa bisa melihat kesehatan pembangkit yang sebenarnya, meski kecil, tapi dari sumber ke pembangkit hingga regulasi beban. Sebanyak 40 mahasiswa terlibat dalam kegiatan penelitian ini,” ujarnya.
Anggota tim peneliti energi listrik Polinema, Irwan Herwanto mengungkapkan, kerjasama antara Polinema dan Perhutani Malang mengantarkan pihaknya mengembangkan sumber energi listrik terbarukan di beberapa tempat wisata di Malang.
“Salah satu kendala wisata hutan adalah PLN jarang memiliki listrik. Inovasi kami dari Polinema adalah mengembangkan pariwisata di daerah-daerah sehingga ketika ada listrik, pengunjung hanya tertarik untuk mengisi daya ponsel,” kata Irwan Herwanto.
Source: www.celebrities.id