Yogyakarta

Malam 1 Suro, Keraton Yogyakarta Tidak ada pementasan tradisi Lampah Mubeng Benteng

WARTAKOTALIVECOM, JAKARTA — Dalam tradisi Keraton Yogyakarta sebagai warisan Mataram Islam, biasanya diadakan perayaan Tahun Baru Jawa 1 Sura Pernikahan 1956 atau Tahun Baru Islam 1 Muharam 1444 H dengan mengadakan perayaan khusus seperti Lampah Budaya Tapa Doa Bisu Mubeng

Dalam unggahan di Instagram @kratonjogja diinformasikan bahwa karena beberapa pertimbangan pada hari Jumat 29 Juli 2022, Hajad Kawula Dalem Lampah Tapa Bisu Mubeng Beteng Budaya tidak dapat dilakukan pada kesempatan ini.

Tradisi tapa bisu ini biasanya dilakukan dengan berjalan-jalan di sekitar benteng Keraton Yogyakarta dari tengah malam hingga dini hari tanpa berbicara dengan siapa pun.

Juga, tidak diperbolehkan memakai sepatu saat berjalan-jalan.

Tapa Bisu Mubeng Beteng dimulai ketika lonceng Kyai Brajanala dibunyikan 12 kali di Keben Regol.

Setelah itu, lagu macapat dibawakan oleh komunitas Srimanganti.

Kemudian para abdi dalem dan warga berjalan mengitari benteng Keraton Yogyakarta sejauh kurang lebih lima kilometer.

Tradisi ini awalnya dilakukan oleh para prajurit keraton dengan maksud untuk mengamankan kawasan Keraton Yogyakarta.

Hal ini terjadi karena pada saat itu belum ada benteng yang mengelilingi kawasan keraton.

Pada Jumat malam (29/7/2022), Keraton Yogyakarta akan menggelar salat bersama dan Macapatan di area lobi Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti.

Tepatnya di Kompleks Pengadilan Kamandungan Lor (keben), Keraton Yogyakarta.

Acara dilanjutkan dengan undangan terbatas dengan protokol kesehatan yang berlaku.

Kemudian Keraton Yogyakarta juga menginformasikan penutupan Keraton Yogyakarta dari tanggal 1 hingga 3 Agustus 2022 untuk semua pertunjukan Kedhaton dan kegiatan wisata sehubungan dengan upacara Siraman Pusaka.

Source: wartakota.tribunnews.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button