Lumbung Mataram Bedah rumah andalan untuk mewujudkan swasembada pangan - WisataHits
Yogyakarta

Lumbung Mataram Bedah rumah andalan untuk mewujudkan swasembada pangan

WAKTU INDONESIA, YOGYAKARTA – Pemerintah daerah DIY terus berupaya mewujudkan Desa Mandiri Pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya. Salah satu langkah yang dilakukan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY adalah menjadikan Desa Bende Semin Gunungkidul dan Pengasih Kulonprogo sebagai sasaran program Lumbung Mataram yang dibiayai dari Dana Tambahan (Danais).

Sugeng Purwanto, Kepala DPKP DIY, mengumumkan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X akan meresmikan Lumbung Mataram di Bending, Semin.

“Melalui pemanfaatan Tanah Kas Desa (TKD) seluas 1,5 hektar, Desa Bending membangun agrowisata dan wahana edukasi pertanian dan peternakan. Semua ini untuk para petani milenial yang tertarik dengan konsep pertanian modern masa kini.”

Sugeng mengungkapkan Lumbung Mataram sebenarnya sedang bekerja sama dengan pariwisata saat ini, digarap bersama industri dalam negeri dan pengembangan UMKM. Sesuai arahan Sri Sultan untuk memaksimalkan TKD, pihaknya berupaya menggabungkan program Lumbung Mataram dengan pemanfaatan TKD.

Di Lumbung Mataram terdapat paket lengkap tidak hanya pendidikan dan wisata tetapi juga pemasaran yang dikelola oleh UMKM. Inilah bagaimana kemerdekaan benar-benar diwujudkan.

“Di sana ada pameran sehingga banyak wisatawan datang berbelanja. Bersamaan dengan itu diadakan pula pelatihan demonstrasi berbagai tanaman, ternak kambing, termasuk pembuatan pupuk, aplikasinya dan lain-lain. Jadi konsepnya dikembangkan seperti itu,” ujarnya kepada Sugen.

Program Lumbung Mataram didasarkan pada budaya kuno dalam menyediakan makanan bagi masyarakat. Dahulu, masyarakat menyimpan beras saat panen raya dan membelanjakannya untuk memenuhi kebutuhan saat paceklik. Dari sinilah Lumbung Mataram tercipta.

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam program Lumbung Mataram seluas 2.000 meter persegi. Relatif kecil, tapi masih berjalan sebagai awal untuk swasembada pangan. Dengan tanah seluas 2.000 meter persegi, Lumbung Mataram dieksekusi secara besar-besaran. Artinya, masyarakat dapat hidup di atas 2.000 meter persegi spesies tanaman yang berbeda.

“Dulu ada Lumbung Hidup, Apotek Hidup, lalu Warung Hidup. Konsepnya memang begitu,” ujarnya.

Sugeng mengatakan, perhatian Sultan terhadap program ini tidak main-main. Selain kunjungan langsung ke peresmian lumbung Mataram, juga akan dilakukan dialog dengan para petani. Sultan juga akan meresmikan Meja Istimewa dan mengunjungi Pabrik Pupuk.

Menariknya, pabrik pupuk yang bisa dikunjungi ini sebenarnya sudah lama berada di bawah pengawasan Sultan.

“Gubernur DIY pernah meminta Sumiantoro, pemilik pabrik pupuk, untuk magang di Jepang.

Sekembalinya ke rumah, Sumiantoro mempraktekkan ilmunya mengolah kotoran kelelawar yang banyak terdapat di goa menjadi pupuk organik. Hasil produksinya bahkan sudah dinikmati oleh daerah lain di luar pasar konstruksi yang rutin mendistribusikan puluhan ton setiap bulannya,” ujarnya.

Menurut Sugeng, yang terpenting adalah mengubah citra dan pola pikir kaum milenial guna merevitalisasi pertanian di wilayahnya. Milenial tidak harus memilih keluar desa untuk bekerja karena mereka bangga bekerja di dunia pertanian. Tidak perlu mengubah lahan untuk bertani karena bertani tetap bisa bagus dan keren dan Anda tetap bisa menjadi miliarder.

**) Ikuti berita terbaru KALI Indonesia di Berita Google

Klik tautan ini dan jangan lupa untuk mengikutinya.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button