Lezatnya Oyek Ikan Wader Kebumen di Warung India
Harianjogja.com, KEBUMEN—Apa kombinasi rasa antara oyek dan wader? Ini adalah salah satu masakan leluhur yang terdapat di Kebumen, Jawa Tengah. Ini laporan reporter Jogja setiap hariSiroyul Khafid.
Seorang pengusaha pernah berkata, “Sarapan di Indonesia, makan siang di Singapura, kemudian makan malam di Roma.”
Mungkin dia ingin memberi tahu Anda bahwa Anda harus sukses sehingga Anda bisa pergi ke mana saja dan makan apa saja. Meski tidak semua warga Kebumen pernah mendengar ungkapan ini, mereka punya cara tersendiri dalam menerapkannya, terutama saat jam makan siang. “Sarapan di rumah, makan siang di India.”
DIDUKUNG:
Pada pembukaan IKM di Umbulharjo, Dinas Perinkopukm Jogja berharap IKM naik peringkat
India bukan negara Aamir Khan disini, tapi yang dimaksud adalah Warung India. Warung yang terletak di Jalan Karangsambung No. 18, Kebumen ini menjadi langganan banyak orang, terutama pegawai pemerintah.
Menu yang paling diincar adalah wader dan nasi oyek. Kedua menu tersebut populer di kalangan pelanggan di Warung yang sebenarnya cukup jauh dari pusat kota, sekitar 12 kilometer dari Alun-Alun Kebumen. Tapi ada kekuatan, jika Anda jatuh cinta, Anda akan mengikuti jalan yang panjang, tikungan tajam tidak akan ada artinya.
“Entah kenapa banyak yang menyebut toko ini Warung India sejak pertama kali dibuka. Mungkin karena saya terlihat seperti orang India atau tidak tahu,” kata Wasini, 76, pemilik Warung Lestari Muda.
Ketika saya pertama kali bertemu Wasini, orang mungkin mengira dia berasal dari India atau setidaknya berdarah Timur Tengah. Bahkan jika ternyata dia tidak memiliki darah Timur Tengah. Kedua orang tuanya adalah keturunan Jawa.
Misalnya orang tidak tahu, mungkin saat mau pesan akan ada kalimat: “Oyek nasi dengan wader, jangan lupa di campur. kabhi khushi kabhie gham Ya memang.”
Memulai Kandang India
Sepeninggal orang tua Wasini, dia mengambil alih bisnis jajanan keluarga. Saat itu orang tuanya menjual gulai dan sate. Namun, ketika tahta kepemimpinan perkebunan sudah di tangannya, Wasini memutuskan untuk menjual jenis makanan lain.
Ia melihat di sekitar apartemennya sudah ada berbagai jenis makanan, seperti sate, bakso, mie ayam dan lain-lain. “Sekitar tahun 1963 kami ke sini mencari bahan makanan yang belum laku dijual, dan yang khas di sini adalah oyek dan wader,” kata Wasini saat ditemui tim. Wisata Kuliner: Mengolah dapur peninggalan nenek moyangSelasa (18/10/2022).
Eksplorasi kuliner adalah program Jogja setiap hari didukung oleh Otoritas Borobudur dan Alfamart.
Tidak jarang orang tua datang dan bertanya apakah ada ojek dan penyeberang. Hal ini membuat Wasini semakin percaya diri dalam menjual oyek, wader dan lauk pauk lainnya.
“Oyek juga baik untuk kesehatan, bisa mencegah diabetes,” kata Karyuni, kakak Wasini, yang juga mengelola toko tersebut.
Awalnya, Wasini tidak tahu cara membuat oyek. Ia adalah pendatang dari Jawa Timur. Ia belajar membuat oyek dari para petani di sekitar rumahnya. Area di sekitar rumah Wasini masih banyak pekerjaan bagi para petani.
Saat membuat oyek, setelah singkong dikeluarkan dari tanah, proses pertama adalah mengupas. Singkong kemudian direndam dan dikeringkan. Selanjutnya singkong direbus lalu digiling. Belum jadi, masih perlu dikukus, dikeringkan dan terakhir diayak. Proses pengayakan agar tekstur oyeknya kecil-kecil seperti kacang kedelai. Seluruh proses ini bisa memakan waktu sekitar satu minggu.
Para penyeberang di Warung India juga cukup segar. Ada juga sedikit udang ekstra kecil di mangkuk wader. Bahan baku ikan wader dan udang berasal dari sungai yang ada di sekitar pantai.Satu hal yang membedakan dengan penyeberang lainnya adalah terkait rasa dan tingkat kekeringannya. “Semua bahan baku berasal dari sekitar Karangsambung,” kata Wasini.
Dengan model penyajian buffet, kita hanya perlu merogoh kocek Rp 15.000 untuk mendapatkan nasi oyek, wader, sambal dan sayur. Dalam sehari Wasini bisa menjual rata-rata 3 kg oyek dan 4 kg ikan wader. Tak jarang ada pelanggan yang hanya membeli ikan wader, sekali beli bisa 2 kilogram.
Selain pegawai pemerintah dan katering untuk kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebagian besar klien Warung India adalah turis. Baik wisatawan yang melewati warung atau sengaja datang ke sini, meski berlibur di sudut lain Kebumen.
“Sebagian besar turis yang datang ke sini tidak ingin orang-orang di sini (warga lokal). Warga di sini mungkin bosan, kata Wasini.
“Orang-orang juga tidak membuat sepeda motor sendiri [di rumahnya masing-masing], sekarang kaya. Tapi kalau soal nasi, sekarang lebih mahal lagi untuk oyeknya.”
Warga yang ingin ke Warung India bisa menuju Pasar Mertokondo dari Alun-Alun Kebumen. Ikuti saja jalan, di sebelah kanan Anda akan menemukan toko dengan bangunan sederhana.
BACA JUGA: Kisah Jito Pernikahan Hummer dengan Tiwul Gunungkidul
Cuaca di luar toko berawan dengan gerimis sesekali. Tapi di toko, wajah Darel basah oleh keringat. Sedikit tergesa-gesa, seolah-olah dia belum makan selama beberapa hari, dia menyendok oyek dan wader. Tidak butuh waktu lama untuk makanan di piring untuk segera terjual habis.
“Ini pertama kali saya mencoba oyek dan wader, dan cocok di lidah saya,” ujarnya sambil menahan hawa panas.
Darel menemukan bahwa rasa oyek mirip dengan nasi Jepang Shirataki. Ada nuansa anyep dan ringan dalam menyantap oyek. Bumbu wader yang merupakan perpaduan asin, manis dan pedas, lumer di lidah.
“Ini saus yang enak. Tapi bagi yang tidak suka pedas, mungkin terlalu pedas. Tapi rasanya benar-benar menu yang sehat,” kata Darel.
“Tingkat memasaknya adalah 9 dari 10.”
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita
Source: news.google.com