Kunjungi Riau, dunia akan belajar tentang keberhasilan pengelolaan gambut Indonesia
Nomor: SP.334/HUMAS/PPIP/HMS.3/12/2022
Perwakilan dari 14 negara dan berbagai lembaga internasional belajar dari pengalaman dan keberhasilan Indonesia dalam pengelolaan lahan gambut. Kegiatan ini tersemat dalam workshop internasional perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut yang diselenggarakan di Pekanbaru, Riau pada 13-15 Desember 2022.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Siti Nurbaya mengatakan Indonesia telah mengatur pengelolaan lahan gambut sejak tahun 1990, namun kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 menandai titik balik dalam merumuskan kebijakan penguatan, perbaikan dan restorasi gambut. dan penegakan hukum.
“Reformasi ini berdampak pada implementasi kebijakan di lapangan dalam waktu singkat. Alhamdulillah salah satu hasilnya Indonesia bisa terhindar dari bencana kabut asap dalam beberapa tahun ini,” kata Menteri Siti dalam pidato virtual, Selasa (12/13/2022).
Provinsi Riau, yang biasanya terkena dampak kebakaran hutan dan lahan, terutama di kawasan gambut, saat ini menjadi contoh keberhasilan penerapan langkah-langkah pengelolaan gambut di Indonesia.
Pedoman utama meliputi PP 71 Tahun 2014 juncto PP 57 Tahun 2016 tentang perlindungan dan pengelolaan gambut, dan pedoman teknis yang langsung dilaksanakan dan diikuti dengan petunjuk teknis di lapangan.
Badan Remediasi Gambut (BRG) kemudian didirikan pada 2016. Badan ini bertanggung jawab atas remediasi gambut di 7 provinsi Indonesia dengan target 1,2 juta hektar.
Indonesia juga telah menyelesaikan inventarisasi lahan gambut seluas 24.218.491 ha yang telah diklasifikasikan ke dalam 865 KHG. Sekitar 3,6 juta ha gambut telah dipulihkan di lahan konsesi dan target 49,8 juta APL. Untuk itu dibangun 28.105 unit dan 9.153 unit untuk pembangunan penutupan kanal. Selain itu, multi-stakeholder dilibatkan dalam Program Mandiri Desa Lindung Gambut atau Desa Mandiri Peduli Gambut.
“Berdasarkan pengalaman dan capaian di atas, Indonesia percaya bahwa lahan gambut yang terdegradasi dapat dipulihkan dan dimanfaatkan secara berkelanjutan,” ujar Menteri Siti.
Indonesia telah menjadikan restorasi gambut dan pencegahan kebakaran gambut sebagai fokus utama dari Net Sink Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lain (FoLU) 2030.
Pada 2019-2022, Indonesia akan terus meningkatkan remediasi gambut seluas 300.000 hektar di pemegang konsesi. Selain itu, 230 desa seluas 50.000 hektar dilakukan dengan partisipasi masyarakat setempat.
Pengalaman-pengalaman tersebut juga menjadi isu penting yang disepakati para pemimpin dunia pada masa kepresidenan G20 Indonesia dalam kerangka Kelompok Kerja Lingkungan dan Iklim. Para pemimpin G20 mengakui bahwa ekosistem gambut penting untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi.
“Indonesia siap berbagi pengalaman dan berbagi pelajaran. Saya berharap workshop hari ini dapat menghimpun dan menyatukan dukungan kita bersama untuk perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut,” kata Menteri Siti.
Indonesia juga telah bergabung dengan Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo dan Republik Peru untuk berinisiatif mendirikan Pusat Internasional Lahan Gambut Tropis dengan mitra koordinasi seperti FAO, UNEP, CIFOR dan Kementerian Lingkungan dan Kehutanan.
“Pemerintah Indonesia berharap workshop ini dapat diselenggarakan setiap tahun dan dijadikan sebagai kesempatan untuk berbagi pengalaman dan best practice dari negara, organisasi, swasta dan perguruan tinggi,” kata Menteri Siti.
Sementara itu, Sekretaris Negara Inggris untuk Luar Negeri, Persemakmuran, Energi, Iklim dan Lingkungan Lord Goldsmith mengatakan Indonesia telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam pengelolaan lahan gambut.
“Kepemimpinan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya luar biasa. Setelah mengunjungi Indonesia dan melihat langsung pekerjaan mereka, saya percaya bahwa Indonesia sekarang adalah pemimpin dunia dalam perlindungan dan restorasi lahan gambut. Menteri Siti Nurbaya menekankan kepada saya perlunya pemulihan dan perlindungan rawa untuk mengurangi emisi,” kata Goldsmith dalam sambutannya secara virtual.
450 juta hektar rawa tersebar di seluruh dunia. Goldsmit mengungkapkan bahwa meskipun lahan gambut hanya membentuk 3% dari permukaan tanah bumi, mereka adalah penyerap karbon terbesar di darat dan menyumbang 25% dari hutan dunia. Ia kemudian memberikan apresiasi atas berbagai langkah berani yang diambil pemerintah Indonesia untuk melindungi ekosistem gambut.
“Indonesia telah mengambil keputusan yang sangat berani dengan menghentikan izin baru untuk 66 juta hektar hutan primer dan lahan gambut. Juga, telah menetapkan target yang menantang untuk penanaman rekor gambut atau mangrove seluas 600.000 ha mangrove. Inggris siap mendukung ambisi FoLU Net Sink 2030 Indonesia,” kata Goldsmit.
Turut hadir dalam lokakarya ini Duta Besar Fiji untuk Indonesia, Gubernur Riau, Dirjen dan Panel Pakar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BRGM, perwakilan ASEAN, lembaga internasional dan perwakilan anggota G20. Selain workshop di Pekanbaru, peserta dari 14 negara juga akan mengunjungi beberapa lokasi remediasi gambut di Kota Dumai, Bengkalis, dan Kabupaten Siak.
____
Jakarta, KLHK, 13 Desember 2022
Pesan yang Bertanggung Jawab:
Kepala Biro Humas, KLHK
Nunu Anugrah
Halaman web:
www.menlhk.go.id
www.ppid.menlhk.go.id
Youtube:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Facebook:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Instagram:
kementerian lhk
Twitter:
@kementerianlhk
Source: news.google.com