Ketepatan evakuasi kecelakaan bus wisata masih menjadi pekerjaan rumah - WisataHits
Yogyakarta

Ketepatan evakuasi kecelakaan bus wisata masih menjadi pekerjaan rumah

YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus wisata, terutama di jalan menurun. Hal ini masih menjadi momok yang perlu segera diantisipasi agar tidak ada lagi korban jiwa.

Elemen penting yang dapat menentukan tingkat kematian suatu kecelakaan adalah bagaimana proses evakuasi bekerja. Misalkan kecelakaan terjadi di tengah malam di hutan, dapatkah informasi tersebut disampaikan langsung ke petugas penyelamat?

Ketua Penyidik ​​Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan mengatakan, proses penyampaian informasi kecelakaan harus benar-benar jelas, berapa korbannya, di mana terjadinya dan sebagainya.

Baca Juga: Fakta Di Balik Kecelakaan Fatal Bus Wisata di Magetan, 7 Meninggal dan Tidak Ada Bekas Selip

Sebuah bus rombongan wisata dari kota Semarang menabrak jurang sedalam lebih dari 10 meter di jalur maut Sarangan - Tawangmangu.KOMPAS.COM/SUKOCO Sebuah bus rombongan wisata dari kota Semarang memasuki jurang sedalam lebih dari 10 meter di jalur maut Sarangan – Tawangmangu.

“Kalau operasional bus pariwisata ini benar-benar terintegrasi dengan baik, maka setiap perjalanan di bus pariwisata ini bisa terpantau, mau kemana, naik berapa penumpang, informasi seperti itu penting,” kata Wildan dalam siaran persnya. forum humas dan media release Safety Bus Wisata di Indonesia (Studi Kasus Kecelakaan Bus Wisata di Tebing Bego Bantul).

Dia mengatakan, jika ada bus yang mogok, sinyal darurat atau sejenisnya dapat secara otomatis dikirim ke petugas penyelamat seperti rekan medis dan tim lainnya.

“Jangan sampai belasan korban dievakuasi, tapi rekanan medis hanya menyiapkan ambulans karena informasinya tidak jelas. Ini akan memakan waktu. Oleh karena itu, informasinya harus jelas agar tim penyelamat dapat menyiapkan peralatan dengan cepat dan akurat. “kata Wildan.

Baca Juga: 7 Jenazah Korban Tabrakan Bus di Magetan Dipulangkan dari RS Sayidiman

Sebuah bus rombongan wisata dari kota Semarang melaju ke jurang sedalam 10 meter di jalur maut Sarangan-Tawangmangu.  Bus diduga mengalami kerusakan rem, yang mengakibatkan menabrak pembatas jalan dan masuk jurang sedalam lebih dari 10 meter.KOMPAS.COM/SUKOCO Sebuah bus rombongan wisata dari kota Semarang melaju ke jurang sedalam 10 meter di jalur maut Sarangan-Tawangmangu Bus dilaporkan mengalami rem blong, menabrak pembatas jalan dan melaju ke jurang sedalam lebih dari 10 meter .

Ia juga menjelaskan, daerah yang sering terjadi kecelakaan bus wisata biasanya berada di tempat-tempat terpencil dan hal ini juga perlu disiapkan oleh tim rescue.

Dosen Universitas Negeri Jember Sonya Sulistiyono menyarankan standarisasi GPS built-in diperlukan pada setiap bus wisata karena beberapa kali terjadi kecelakaan bus, hanya sedikit bus yang dilengkapi full GPS dan lainnya hanya dengan GPS biasa.

“Bila semua bus pariwisata dilengkapi dengan GPS yang baik dan terintegrasi dengan baik, maka informasi yang dikirimkan akan lengkap sehingga proses evakuasi dapat dipercepat, dan diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban,” kata Sonya.

Baca Juga: Butuh Terminal Transit Bus Wisata untuk Akses Tempat Wisata

Sehingga kecepatan dan ketepatan ini dapat dipengaruhi oleh perangkat GPS yang ada pada setiap bus, sehingga alat ini dapat segera dilengkapi untuk mengurangi tingkat fatalitas pada kecelakaan bus wisata.

dapatkan pembaruan pesan yang dipilih dan berita terkini setiap hari dari Kompas.com. Yuk gabung di grup Telegram “Kompas.com News Update” caranya klik link lalu gabung. Anda harus menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu di ponsel Anda.

Source: news.google.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button