Kesedihan Asriyatun: Dipukuli dan Dipenjara, Gaji Tidak Dibayar - WisataHits
Jawa Timur

Kesedihan Asriyatun: Dipukuli dan Dipenjara, Gaji Tidak Dibayar

Probolinggo (WartaBromo.com) kadang-kadang Asriyatun memegangi kepalanya. Kenangannya kembali berputar, mengingat rangkaian peristiwa yang dialaminya selama bekerja sebagai Tenaga Kerja (TKW) di Malaysia.

Duduk di kursi plastik, perempuan berusia 44 tahun ini mulai bercerita bagaimana awal mulanya menjadi TKW. Semuanya dimulai dengan kenalannya dengan seseorang pada tahun 2019.

Kenalan baru itu mengaku memiliki hubungan dengan “agen” yang bisa mengirimnya ke Malaysia. Saat itu, dia setuju untuk bertemu dengan agen tersebut dan menceritakan keinginannya menjadi TKW.

Asriyatun sama sekali tidak menyadari kecepatan seluruh proses dan dua minggu setelah pertemuan dia dipanggil untuk melihat Juanda Surabaya. “Ya, karena ingin memperbaiki ekonomi, mereka putus asa,” katanya.

Di Surabaya ia bertemu dengan dua orang Lekaki yang juga berencana untuk hijrah ke Malaysia. Karena itu, ia menjadi lebih percaya diri dan kemudian terbang ke Bandara Hang Nadim, Kota Batam, Kepulauan Riau.

Sesampainya di Kota Batam, ia dijemput oleh seorang pria yang mengaku berasal dari Madura. Pria ini kemudian mengurus paspornya untuk pergi ke Malaysia.

Sambil menunggu paspornya selesai, dia tinggal di penginapan yang disediakan. Seminggu kemudian dia menerima kabar bahwa paspornya sudah siap. Namun, dia merasa ada sesuatu yang salah.

Hal ini karena paspor yang dimaksudkan untuk keperluan kerja ternyata adalah paspor perjalanan atau pariwisata. Lebih aneh lagi, dia tidak pernah diizinkan untuk menyimpan paspornya.

“Saya tidak tahu dari paspor saya alamatnya di mana, apakah itu wanita Pakuniran atau orang Batam, karena itu dikeluarkan di Batam dan saya tidak pernah memilikinya. Bahkan orang yang merawatnya (orang Madura, catatan redaksi) sudah bebas. Saya tidak dimintai uang untuk izin ini,” katanya.

Sesaat, Asriyatun berhenti bercerita dan mengajak WartaBromo menikmati suguhan di meja.

Asriyatun tidak begitu mengerti perbedaan antara paspor perjalanan dan paspor pekerja. Yang dia tahu, paspor merupakan prasyarat untuk bisa bekerja di luar negeri. Ia kemudian kembali melanjutkan perjalanannya ke Malaysia.

Setelah tiba di Malaysia, ia dibawa ke agen tenaga kerja di Johor. Agen ini menjemputnya dari calon majikannya, seorang dokter keturunan India.

Asriyatun merasa tenang sejenak. Setidaknya dia bisa membayangkan mengirim uang ke keluarganya di desa setiap bulan. Namun, ketenangan itu hanya sementara. Karena dia tidak pernah diberikan kontrak kerja yang bisa menjamin haknya sebagai TKW.

Bahkan, ia kerap mengalami kekerasan fisik dan psikis dari majikannya ini. dipukuli tawanan. “Saya dipukul di kepala sekali dengan rotan. Katanya pekerjaan saya lambat,” jelasnya.

Suatu ketika saudara majikannya datang menjenguknya, dia harus disiksa lagi karena tidak mengetahui keberadaan dompet saudara majikannya yang hilang itu. “Saya dipukul, gaji saya diambil juga, katanya, untuk biaya pembuatan paspor saya,” keluhnya.

Luasnya siksaan yang dideritanya membuatnya berani kabur tanpa identitas. Sampai saat itu, ia beristirahat di sebuah masjid pinggir jalan. Di masjid ini dia secara tak terduga bertemu dengan orang Indonesia. Pria ini mengaku bisa menancapkannya untuk kembali bekerja.

Pria ini kemudian mengantarnya ke calon majikan barunya dan menjanjikan gaji 600 ringgit per bulan. Padahal, klaim gaji hanyalah janji palsu. Padahal, ia hanya menerima 50 ringgit setiap bulan. “Saat saya tanya sisanya, dia bilang ingin aman dan tidak hilang,” katanya.

Source: www.wartabromo.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button