Keindahan Batu Kapur Mata Air Gunung Kendeng - WisataHits
Jawa Tengah

Keindahan Batu Kapur Mata Air Gunung Kendeng

Gua Pancur © Gua Pancur / Instagram

Pegunungan Kendeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah tidak hanya menyimpan cadangan air tanah bagi ribuan hektar lahan pertanian dan jutaan penduduk setempat. Tempat ini juga melestarikan keindahan gua bawah tanah.

Keindahan pemandangan karst dengan stalaktit dan stalagmit serta bebatuan unik diantaranya Gua Pancur di Dukuh Gasong, Desa Jimbaran, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.

Di sini, wisatawan akan dibuat takjub dengan pemandangan stalaktit dan stalagmit di sepanjang perut Kendeng. Sungai bawah tanahnya jernih dan tidak pernah mengering meski pada musim kemarau, kedalaman air bervariasi dari 1 meter hingga 6 meter.

Saat Singa Barong dan Nagareja menjadi lambang masyarakat Kendeng Jaga alam

Gua Pancur dipercaya sebagai penampung air besar dari Pegunungan Kendeng. Meski permukaan pegunungan tidak ditumbuhi pepohonan, perut bumi masih mengandung mata air besar.

“Selama ini goa menjadi sumber utama air pertanian dan sebagian besar dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai tempat ritual,” jelas Rendra Sanjaya dalam Pelestarian dalam tradisi masyarakat Kendeng keluaran kompas.

Dinamakan oleh Rendra, air yang berasal dari mata air bawah tanah dan mendorong orang untuk datang ke dalam gua. Dipercaya bahwa manfaat airnya dapat memberikan kekuatan magis kepada siapa saja yang membasuh muka di berbagai mata air.

Batu unik

Panjang lorong gua di bagian terdalam Pegunungan Kendeng Selatan ini mencapai 8,72 kilometer. Gua Pancur pertama kali ditemukan sekitar tahun 1932 oleh warga sekitar yaitu Mbah Sarto.

Penemuan dimulai dengan suara gemericik air yang berasal dari dalam gua. Warga kemudian membuat mulut goa yang lebar untuk menelusuri aliran sungai di dalam goa. Semakin dalam Anda pergi, semakin keras percikan air dan semakin kuat arusnya.

“Makanya tempat ini disebut Gua Pancur,” jelas Rendra.

Salah satu kekhasan gua stalaktit adalah banyaknya batuan karst di dalam bumi. Begitu juga Gua Pancur. Hamparan stalaktit dan stalagmit memiliki arti dan bentuk yang mudah diingat oleh wisatawan.

Pentingnya Ibu Pertiwi dalam tradisi Masyarakat Kendeng dalam melestarikan alam

Bebatuan tersebut seperti pahatan alam akibat pelarutan air yang terus menerus di bebatuan kawasan karst Pegunungan Kendeng. Stalaktit dan stalagmit yang berumur ribuan tahun memiliki warna yang berbeda-beda, sebagian besar berwarna putih, merah marun dan abu-abu kehitaman.

Ahmad Najib, pengelola wisata yang sudah puluhan tahun tidak berkunjung ke Gua Pancur, mengatakan saat musim kemarau air sedikit surut. Saat itu, bebatuan kristal indah yang menyerupai terasering atau cekungan sawah bertingkat muncul di lantai gua.

“Ada juga kelereng yang menyerupai tokoh pewayangan Semar,” aku Ahmad.

objek wisata

Suyitno, konsultan di Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Gua Pancur, baru melakukan pengembangan sejak 2013. Pokdarwis setempat mengembangkan kawasan wisata seluas 2,9 hektar.

Lokasi gua yang berada di atas perbukitan ini sangat menarik bagi wisatawan. Dari tepi mulut goa, wisatawan bisa leluasa melihat hamparan persawahan yang hijau. Ada kandang merpati putih di beberapa pohon di sekitar pintu masuk gua.

“Pengunjung bisa memberi makan biji jagung merpati,” jelasnya.

Kartini dari Jawa Tengah ini akan terus mengekspresikan pelestarian bumi

Untuk menikmati keindahan perut bumi, Gua Pancur, pengelola wisata lokal yang tergabung dalam komunitas Gasong menawarkan beberapa paket cave trekking. Paket ini terdiri dari 3 km, 5 km atau 15 km mendaki ke dalam gua.

Pemandu juga akan membuatkan perahu dari ban mobil bagi yang tidak ingin basah kuyup. Karena tidak ada jalan setapak, Anda harus melewati sungai di dalam gua.

Selain pemandangan yang indah, pengunjung tidak perlu khawatir karena ada lampu. Lampu yang tersedia juga lembut sehingga cahayanya tidak merusak stalaktit dan stalagmit.

Khabibur Rohman menegaskan, wisatawan tidak perlu khawatir dengan keselamatan karena semua pemandu gua telah lulus pendidikan pecinta alam dari Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

“Demi keamanan dan kenyamanan wisatawan caving, jumlah peserta akan dibatasi,” jelasnya.

Nantinya, wisatawan akan dipinjamkan peralatan keselamatan seperti jaket, jaket pelampung, senter, helm, sepatu bot karet dan senter besar, yang dibawa oleh pemandu wisata. Tur ini berakhir pada jam 5 sore dan memakan waktu tiga jam untuk melewati Gua Pancur.

Source: www.goodnewsfromindonesia.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button