Keboan Aliyan Banyuwangi, tradisi agraris ketika warga menjadi “kerbau”. - WisataHits
Jawa Tengah

Keboan Aliyan Banyuwangi, tradisi agraris ketika warga menjadi “kerbau”.

Keboan Aliyan Banyuwangi, tradisi agraris ketika warga menjadi “kerbau”.

Merdeka.com – Ribuan semut di sepanjang jalan utama Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Minggu (31/7). Pagi itu mereka menggelar penebusan desa sebelum memulai ritual adat Keboan Aliyan.

Tidak lama setelah penyelamatan, sejumlah petani dan warga yang mengenakan atribut seperti hewan kerbau kehilangan kesadaran.

Artikel media taboola

Sejumlah warga dan petani yang mulai “hilang kesadaran” kemudian berjalan keliling kampung. Dalam kepercayaan lokal, mereka dikatakan kerasukan roh leluhur. Diiringi musik gamelan dan replika kerbau disajikan bersama warga. Pergi ke titik pertemuan kantor desa di tengah desa.

Mereka berjalan seperti kerbau membajak sawah. Mereka juga berkubang, bergulat di lumpur, dan berguling-guling di jalan setapak. Bahkan ketika berjalan di atas bahu mereka, peralatan bajak terpasang.

Para petani, yang menjadi “kerbau”, kemudian berjalan di sekitar desa di empat titik mata angin. Saat mereka berjalan melalui desa, “kerbau” melakukan ritual seperti siklus pertanian, dimulai dengan membajak sawah, mengairi, dan menabur benih padi.

Ada dua kelompok warga yang mengikuti arak-arakan Aliyan. Dari sisi timur datang kantor desa dari warga Dusun Krajan. Kemudian menyusul rombongan Dusun Sukodono. Masing-masing menggelar atraksi di hadapan para tamu undangan di halaman kantor desa.

“Ini merupakan tradisi permohonan kami kepada Tuhan Yang Maha Esa agar desa kami selalu dilindungi dari berbagai bencana dan mendapat keamanan serta hasil panen yang melimpah,” kata Kepala Desa Aliyan Anton Suyarvo.

bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang juga menjadi saksi Keboan Aliyan mengapresiasi kebersamaan masyarakat. Menurutnya, kegiatan kota akan menjadi modal pembangunan.

“Solidaritas warga Aliyan dalam menggelar acara ini merupakan perwujudan dari semangat gotong royong. Saya yakin kerjasama akan membawa kemajuan bagi semua orang,” kata Ipuk.

Ipuk berharap kegiatan Keboan Aliyan bisa menjadi salah satu daya tarik wisata. Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perputaran ekonomi masyarakat setempat. “Semoga pelaksanaannya lebih baik dan lebih kreatif sehingga menjadi daya tarik wisata yang lebih banyak lagi,” harapnya.

Keboan Aliyan sendiri dirangkai dengan berbagai kegiatan penunjang lainnya. Seperti pertunjukan wayang kulit, Janger hingga pasar rakyat. “Kami sedang mempersiapkan acara ini sebagai festival rakyat. Bukan hanya untuk komunitas Aliyan, tapi untuk semua orang yang ingin datang ke desa kami,” tambah Anton.

Keboan Aliyan yang konon dipentaskan sejak zaman Kerajaan Blambangan merupakan peninggalan Buyut Wongso Kenongo yang makamnya terletak di Dusun Cempokosari di Desa Aliyan. Ritual ini dilakukan oleh masyarakat adat Osing setiap masuk bulan Suro dalam penanggalan Jawa.

[hrs]

Source: www.merdeka.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button